2. Worry

1.9K 324 65
                                    


"Setelah dapet line dari kalian kemaren, gue langsung merhatiin tuh cewek mulu. And yes, she definitely has something towards your boyfriend!" Lisa mengayun-ayunkan buku Audit Manajemen di depan wajah kedua sahabatnya. Kebiasaan Lisa yang ekspresif dan sedikit berlebihan saat menyampaikan sesuatu yang ia tahu. Membuat Jennie terpaksa mengambil buku tersebut lalu meletakkannya di atas meja, ia tak ingin buku itu mendarat di wajahnya atau wajah Jisoo kalau dibiarkan terus ada di tangan Lisa.

Sedangkan Jisoo tak terlalu memedulikan itu. Ia bahkan tak peduli jika wajahnya harus terhantam buku Audit Manajemen yang setebal bantal. Info dari Lisa telah mencuri semua perhatiannya. "She has something? Keliatan banget kayak dia tertarik sama Taeyong gitu?"

Lisa menganggukan kepalanya dengan ekspresif, "Banget! Dari pas Taeyong masuk aja terus perkenalan, matanya Irene udah kayak sparkling-sparkling gitu. Terus sepanjang materi juga dia cuma fokus liatin Taeyong sambil kadang senyum-senyum terus bisik-bisikan sama temen-temennya, si Seulgi ama Wendy."

"Halah, sparkling-sparkling apaan? Lebay lu, Lis," ledek Jennie sambil melemparkan robekan kertas note--yang sudah diremas-remas--ke pipi Lisa.

Lisa mendelik ke arah Jennie. "Emang bener kok!" Suara menggelegar Lisa membuat penjaga perpustakaan menatap horor ke arahnya. Lisa menyadari hal itu, ia dapat melihat si pustakawan yang berada tak jauh dari posisi mereka duduk.

Sambil menutup mulutnya dengan satu tangan, Lisa kembali berucap dengan suara yang hampir menyerupai bisikan. "Emang bener, Jis. Gue bukannya nakut-nakutin atau ngompor-ngomporin ya. Tapi track record-nya Irene dalam hal cowok tuh udah jadi rahasia umum. Apalagi gue sekelas sama dia kan. Lo tetep kudu percaya aja sih ama Taeyong tapi gue bakal bantuin lo mata-matain mereka berdua kok kalo tiba-tiba ada yang aneh-aneh. I got your back." Lisa mengacungkan jempolnya.

Terharu atas pernyataan Lisa, Jisoo berdiri dari duduknya dan menghampiri Lisa yang notabene duduk di seberangnya lalu memeluk gadis itu. Dan terjadilah peluk memeluk yang sangat dramatis. "Huhuhu, Lisa my baby thank youuu. I love you."

"I love you too, my Jichuuu," ucap Lisa sambil berpelukan dan berputar-putar dengan Jisoo.

"Heh udah ah, kalo ada yang liat ntar dikira lesbian lo berdua." Jennie menepuk-nepuk bokong Lisa, mencoba menghentikan mereka.

"Ih, Jennie grepe-grepe pantat gue! Lesbi ya lo?!" tuding Lisa bercanda namun mampu membuat orang-orang di sekitar mereka menoleh menatap tiga gadis itu.

Jennie mengambil kembali buku Audit Manajemen di atas meja lalu berancang-ancang melemparkannya kepada Lisa. Gadis berponi rata itu hanya bisa memamerkan deretan giginya yang rapi sambil mengankat tangan membentuk tanda 'peace'.

"Bener-bener nih cabe Thailand." Jennie memutar matanya lalu meletakkan kembali buku itu. Ia mengalihkan pandangan ke arah Jisoo. "Jis, mumpung lo lagi berdiri. Tolong sekalian ambilin buku metodologi penelitian yang terbaru dong. Warna biru kalo nggak salah sampulnya. Di rak yang itu, deretan paling atas kalo nggak salah."

Jisoo berjalan menuju ke arah rak buku yang ditunjuk Jennie, tak jauh dari tempat duduk mereka. Ia mengadahkan kepalanya ke atas dan mendapati buku yang Jennie maksud sedikit menyembul keluar. Jisoo berjinjit kemudian berusaha menggapai buku itu dengan tangannya namun hasilnya nihil. Posisi buku itu terlalu tinggi.

"Jen, susah nih. Tinggi banget," keluh Jisoo, "Lis! Bantuin ambilin dong. Lo kan lebih tinggi dari gue."

"Yaelah, beda tinggi kita cuma berapa senti. Nggak akan bisa juga gue. Pake tangga aja, Jis. Minta ama penjaga perpustakaan," usul Lisa yang sebenarnya malas untuk berdiri lagi. Bokongnya seakan-akan sudah menempel pada kursi.

Pretending --lty & kjsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang