Bagian 1

14 0 3
                                    

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi Terra akan memiliki semuanya. Sudah hampir dua bulan dia menempati apartemen barunya. Semua dia dapatkan dengan usahanya sendiri. Terra melakukan semuanya dengan sangat berhati-hati sejak kecil. Semua nasihat papa dan mama tidak pernah tidak dia patuhi. Hasilnya? Jalur pendidikan dengan mulus dia lalui, tangga karir dengan mudah dia daki, yang menjadi keinginan sudah terpenuhi.

Drrt.. Drrt..

Telepon selular Terra bergetar, dia baru selesai mandi pagi itu. Dari Rendra.

"Ya, Ndra?"

"Aku berangkat ya, kamu stand by di bawah, aku nggak mau ke atas." Terdengar nada bercanda dan cekikikan di seberang.

"Oke, aku siap-siap dulu. Serius kamu nggak mau ke atas? Morning coffee? Morning kiss?" Terra juga menanggapi candaan Rendra dengan candaan lainnya.

"Morning kiss, yes please. Kalau gitu aku ke atas. Hahahaha.."

"Okay, see you, Ndra."

"See you very soon, Ra!"

Terra bergegas mengaplikasikan make-up sederhana ke wajahnya, favoritnya adalah maskara dan nude lipstick. Sembari membetulkan kemeja, Terra berderap ke meja makan dan menyiapkan dua cangkir kopi. Dengan memakai celemek, Terra juga mulai menyiapkan dua porsi omelet. Sekitar dua puluh menit kemudian, bel apartemennya berdering. Rendra sudah di ambang pintu dengan cengiran kuda.

"Kok cengengesan sih? Kenapa?" dahi Terra berkerut melihat ekspresi Rendra.

"Mana morning kiss-nya?" balas Rendra dengan berkelakar.

"Nih!" Terra menoyor pipi Rendra dengan jari-jari tangan yang dikerucutkan. "Ayo morning coffee dulu, aku bikin omelet." Jawab Terra sembari melepas celemeknya.

"Yah, jadi yang tadi itu bohong? Aku kecewa lho." Timpal Rendra pura-pura sedih.

"Next ya, kalau kamu serius sama aku. Aku males sama romantika ala anak muda tapi kedua belah pihak nggak ada yang mau saling serius." Terra mencibir.

"Siapa bilang aku nggak serius? Aku bahkan berusaha untuk berubah lebih santai lho demi kamu. Kamu bilang aku kaku dan nggak romantis." Rendra membela diri.

"Hahahaha, iya juga ya? Aku pernah bilang begitu ya? Tapi iya juga sih, akhir-akhir ini kamu lebih santai dan sedikit lebih romantis. Tapi sedikiit banget, segini nih." Timpal Terra sembari menunjuk ujung kukunya yang tidak panjang.

"Ah, sialan. Udah ah, aku jadi lapar. Mana omeletnya?"

Kemudian Terra dan Rendra menikmati sarapan dan kopi mereka sebelum akhirnya keduanya berangkat menuju kantor bersama. Terra dan Rendra satu kantor, tapi berbeda divisi, bahkan berbeda lantai. Keduanya saling kenal saat gathering kantor tiga tahun yang lalu. Rendra benar-benar kaku, kikuk, dan tidak menyenangkan. Tapi Terra menyukai sifat Rendra yang seperti itu. Terra sering menggoda Rendra, hingga mereka semakin intens berkomunikasi, bertemu, dan akhirnya dua tahun kemudian berkencan hingga sekarang.

***

"Ra, report kemarin udah kamu kirim ke Bu Linda belum sih?" Meisa, teman akrab Terra sejak penerimaan karyawan empat tahun yang lalu, menepuk pundak Terra yang saat itu sedang menyalakan komputernya.

"Sudah dong, malah sudah kukirim kemarin siang."

"Ih, tega banget sih Ra, kan aku bilang kirimnya bareng aku."

"Kapan kamu bilang gitu? Aku nggak ingat, serius." Terra berusaha memasang muka serius.

"Sialan, dasar teman pengkhianat kamu, Ra." Meisa mulai bersungut-sungut.

"Hahahaha, bercanda Mei. Bu Linda bilang kan maksimal dikirim sore ini. Nih baru mau aku cek lagi."

"Bodo amat, dasar pengkhianat." Meisa jadi ngambek.

"Duh, kok jadi ngambek sih. Mei, pulang pizza yuk?" bujuk Terra.

"Nggak denger!"

"Pizza, Mei, pizza. Ya?"

"Tiga macam pizza baru kumaafin."

"Mau tiga, mau lima juga boleh, Mei. Asal perutmu sanggup aja sih."

"Oke, deal ya? Tiga macam pizza." Kali ini nada Meisa sedikit santai setelah mendengar kata pizza. Meisa sangat menyukai pizza, dan juga pasta.

***

Drrt.. Drrt..

Sembari mengumpulkan jiwa dan raganya, Terra meraih telepon selularnya di meja samping tempat tidur. Hari Sabtu pukul 7 pagi, masih terlalu pagi untuk weekend yang tenang. Namun Terra tidak bisa kembali tidur, dia memutuskan untuk jogging di sekitar apartemen.

Selepas jogging, Terra berniat mengisi perut dengan sereal dan susu rendah lemak. Di saat itulah telepon selularnya berdering. 'momma', demikian nama yang tertulis di layar. Seperti biasa, setiap weekend, mama Terra akan meneleponnya. Sekedar menanyakan kabar atau berbagi berita.

"Pagi, Ma."

"Apa kabar, Nak? Kamu sudah bangun kan?"

"Sudah dong, Ma. Bahkan aku sudah jogging. Sekarang baru mau sarapan."

"Good job kalau begitu. Sehat kan?"

"Iya, Ma. Mama sama Papa gimana?"

"Sehat, baik, semuanya oke."

"Syukur deh kalau gitu, Ma."

"Kerjaan gimana? Lancar?"

"Mm, hm, lancar Ma."

"Rendra gimana kabarnya? Kalian kalau ada waktu longgar ke rumah lah, sekedar makan siang gitu."

"Rendra baik juga, makin sweet dia, Ma. Hahahaha.. Iya Ma, nanti aku bilang ke Rendra dulu."

"Ya sudah kalau gitu, sana sarapan dulu. Ini Mama mau siramin tanaman terus siap-siap ke nikahan anaknya teman Mama."

"Oke, Ma. Salam buat Papa ya."

"Okay, ini Papa kamu di sebelah Mama lagi baca surat kabar."

Sepertinya hari Sabtu itu adalah hari dimana Terra bercakap-cakap dengan orang-orang terdekatnya. Sekitar pukul 13.00 telepon selularnya berdering dan nama yang tertera di layar membuat Terra tiba-tiba terkekeh. Nama 'cabe' muncul di layar, dia baru menggantinya sekitar satu bulan terakhir. Itu adalah nickname yang diusulkannya kepada sahabatnya karena mulutnya suka berkata pedas padanya, meskipun ditolak oleh si empunya.

"Yoo, Cabe. Hahahaha."

"Kampret, namaku bener kamu ganti jadi 'cabe'? Kurang ajar." Si empunya suara bersungut-sungut.

"Sumpah lucu banget, Flo, pas aku lihat di layar namanya muncul 'cabe'. Hahahaha." Terra masih terkekeh.

"Awas ya kalau kita ketemu namaku di HP kamu masih 'cabe', aku ganti namamu di HP-ku jadi 'kamus' saking banyak omong, tebel, bikin males, nggak banget pokoknya."

"Dih, beneran ngamuk ni bocah. Hahahaha. Kenapa? Kenapa? Ada kabar apa lagi Flo?"

"Oh iya, jadi lupa kan. Buat acara ulang tahun 'paksup' kita mau beliin doi apa, Ra?"

"Heh? 'Paksup' mau ulang tahun ya? Ya ampun iyaa, aku hampir lupa juga. Mau ketemu hari ini? Mau patungan aja? Gajian masih jauh, Flo, hahahaha."

"Yuk, di tempat biasa ya sore ini?"

"Okee.."

SentieroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang