Bagian 9

2 0 0
                                    

Terra mengunjungi perkebunan buah yang kemarin ingin dia tuju. Pengunjung diperbolehkan untuk mencicipi buah, baik yang masih tumbuh di pohon maupun yang sudah dipetik dan siap dikemas. Terra akhirnya memilih untuk mencicipi buah naga dan stroberi. Setelah berjalan berkeliling perkebunan, mengambil beberapa foto, dan mencicipi buah, Terra merasa lelah, atau mungkin bosan. Suasananya menyenangkan sebenarnya, juga sejuk dan tenang. Akhirnya setelah membeli beberapa kilogram buah naga, Terra memutuskan untuk kembali ke rumah Bu Kades. Sepertinya Terra butuh teman untuk ngobrol.

Waktu masih cukup siang saat Terra tiba di rumah Bu Kades. Terra memarkirkan van di halaman samping rumah Bu Kades, khawatir akan mengganggu parkir mobil milik Rekta. Bu Kades yang sedang sibuk menata tanaman dalam pot menoleh kearah van Terra dan tersenyum. "Selamat siang Bu, saya kembali. Oh ya, saya membawa buah naga dari perkebunan." Sapa Terra begitu Bu Kades menghentikan pekerjaannya.

"Mobilnya sudah beres? Wah, segar sekali. Bagaimana kalau kita menikmati buah naga sekarang?" Bu Kades menanggapi segala hal yang membuat Terra terkekeh.

"Ya, sudah beres, Bu. Berkat bantuan Rekta. Ya, mari kita kupas buah naganya. Saya bawa banyak, nanti kita sisakan buat Bapak dan Rekta." Timpal Terra.

Di meja makan, Terra dan Bu Kades mengupas dan menikmati buah naga sambil ngobrol panjang lebar. "Jadi Terra ini aslinya dari mana? Saat ini bekerja di mana?"

"Saya dari J,Bu. Saat ini saya pengangguran, lepas resign dari bank tempat saya bekerja sebelumnya." Jawab Terra santai sambil mengunyah potongan-potongan buah naga, bibir dan giginya berubah warna menjadi keunguan.

"Oh, jadi saat ini sedang memanfaatkan momen tidak bekerja untuk berlibur ya?"

"Mm, saya bahkan belum memikirkan kapan akan kembali bekerja kantoran lagi, Bu. Saya ingin berkeliling Indonesia dulu. Tapi rasanya sepi juga kalau tidak ada teman ngobrol seperti Ibu sekarang."

"Oh begitu, mm, lalu apakah Terra sudah berkeluarga? Mohon maaf ya kalau saya tanya begini dan jadi pertanyaan sensitif."

"Santai saja, Bu. Saya belum menikah, tapi saya punya pacar kok, Bu."

"Lalu kapan berencana untuk ke jenjang selanjutnya? Saya bukan ingin ikut campur lho, hanya saja kalau misalnya Terra sudah menikah kan bisa keliling Indonesia bersama suami."

"Iya juga ya, Bu? Wah, saya belum kepikiran sayangnya. Pacar saya namanya Rendra, dia juga sepertinya belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat. Entahlah, mungkin karena kami sama-sama tipe orang yang santai jadi ya masih mengalir seperti ini saja."

"Oh, begitu. Lalu Terra berencana keliling Indonesia bersama siapa?"

"Ya sendiri lah, Bu. Mau sama siapa lagi?"

"Menyetir kendaraan sendiri untuk keliling Indonesia?"

"Tentu saja, Bu. Saya sudah membulatkan tekad. Akan saya habiskan beberapa waktu saya untuk berkeliling. Saya juga sangat bersyukur bertemu dengan Ibu, Pak Kades, dan Rekta." Jawab Terra sembari memberi isyarat bahwa dia sudah cukup makan buah naga.

"Yah, kalau kamu sudah membulatkan tekad, saya bisa bilang apa? Saya hanya bisa mendoakan supaya perjalananmu selalu lancar dan penuh keberkahan."

"Amin, terima kasih atas doanya, Bu. Tapi ngomong-ngomong, kalau kemarin perjalanan saya lancar, saya tidak akan bertemu Ibu lho. Saya tidak akan bertemu Pak Kades dan juga Rekta." Timpal Terra dengan ekspresi wajah bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SentieroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang