Sejak kecil, Terra sudah terbiasa hidup teratur, tertib, dan cenderung datar. Kedua orang tuanya orang kantoran yang sama-sama sibuk dan seringkali pulang larut malam. Terra adalah seorang anak tunggal yang lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, les, ekskul, dan di rumah sendirian hingga orang tuanya pulang.
Semasa sekolah, Terra juga dikelilingi dengan teman-teman yang berkeinginan untuk hidup dengan nyaman dan mapan, bekerja dengan karir yang menjanjikan, menikah, dan punya anak. Terra kecil dan Terra remaja hampir saja berkeinginan untuk menjalani hidup seperti semua orang di sekitarnya. Sampai suatu ketika saat Terra menginjak kelas dua SMP, ada sepasang suami-istri yang pindah ke sebelah rumah Terra.
Pasangan suami-istri berusia 30-an tahun tersebut bernama Tirta dan Lintang yang sangat ramah dan terbuka. Hubungan mereka bertiga dimulai ketika Terra lupa tidak membawa kunci rumah dan harus menunggu orang tuanya pulang dari bekerja.
"Psst, hai kamu sedang apa di situ sendirian?" sapa Lintang yang sudah sejak beberapa saat memperhatikan Terra duduk sendirian di teras rumah.
"Oh, eh, ng, saya sedang menunggu papa atau mama saya pulang. Saya lupa tidak membawa kunci rumah." Jawab Terra sambil melirik rambut Lintang yang gimbal.
"Memangnya orang tua kamu pulang jam berapa?"
"Biasanya sampai rumah sekitar pukul tujuh atau delapan malam."
"Eh, kalau gitu sini tunggu di tempatku aja, garing kan nunggu di situ sendirian. Masih lama lho." Tawar Lintang.
"Ehm, terima kasih atas tawarannya. Tapi saya tunggu di sini saja, Kak."
"Serius? Sekarang masih jam tiga lebih beberapa menit lho. Aku punya makanan, sofa empuk, dan kucing-kucing yang lucu." Goda Lintang sambil tersenyum memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.
Terra yang mulai merasa lapar tergoda dengan tawarang Lintang. Akhirnya Terra beranjak dari duduknya dan berjalan menuju rumah tetangga barunya tersebut. Awalnya Terra merasa sungkan, sedikit was-was, dan merasa tidak nyaman karena belum kenal sepenuhnya dengan si tuan rumah.
"Sini masuk, oh ya, aku Lintang. Nama kamu siapa?" buka Lintang sembari mempersilakan Terra masuk.
"Saya Terra, Kak."
"Nah, Terra, jangan sungkan ya. Duduk santai aja. Aku ambilkan minum sebentar."
Rumah pasangan itu dilihat Terra sebagai rumah yang isinya tidak rapi dan penuh dengan barang-barang yang menurutnya tidak penting. Souvenir-souvenir tergeletak dan tergantung di beberapa tempat. Personal computer yang menyala, musik mengalun pelan dari sebuah pengeras suara yang sekiranya seperti musik jaman dahulu kala, tiga ekor kucing gemuk berkeliaran, satu ekor berwarna hitam pekat jenis scottish fold, satu ekor jenis british short hair berwarna ginger, dan satu ekor tabby berwarna abu-abu. Setelah sejenak mengamati gerak-gerik ketiga ekor kucing tersebut, Terra dikejutkan dengan kehadiran sang suami.
"Hey, halo, saya Tirta." Sapa Tirta menghampiri dan hendak menjabat tangan Terra.
"Oh, halo Kak, saya Terra." Sambut Terra dengan membalas jabatan tangan Tirta.
"Wow, Italian name, artinya bagus." Sambung Tirta tersenyum ramah.
"Ah, terima kasih. Tidak banyak yang tahu, jadi saya berterima kasih atas pujian Kakak." Terra tersenyum malu mendengar namanya dipuji.
"Nah, Terra, enjoy your time, ya. Saya harus bekerja. Kalau ada sesuatu yang dibutuhkan, bilang ke Lintang, ya?"
"Baik, Kak. Mohon maaf mengganggu waktu kalian." Jawab Terra sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentiero
Genç Kız EdebiyatıSetiap cerita dalam kehidupan seseorang akan melalui sebuah jalan yang mungkin berlainan. Sebuah perjalanan, perjalanan yang sebenarnya, dilakukan oleh umat manusia untuk mengisi cerita kehidupannya. Terra, 27 tahun, akan melakukan perjalanan pertam...