CHAPTER 17 ( DAMN IT ! )

24 0 0
                                    

Setelah beberapa pelajaran yang telah di lalui. Sore hari, dimana semua murid mengisi waktu luang di ruang rekreasi asrama masing - masing.

    "Hoohh... Malam Haloween" keluh Lucxi sambil duduk di sofa depan perapian.

    Keadaan ruang Slytherin berbeda dari tiga asrama yang lain. Ruang rekreasi Slytherin terdapat sofa berwarna hijau zamrud di depan perapian yang di atasnya terdapat ukiran seekor ular dengan taringnya yang mencuat berwarna hijau zamrud. Penerangan asrama Slytherin berwarna perak. Asrama Slytherin berada di bawah dasar danau Hogwarts, dengan melewati sebuah lorong / terowongan dingin nan gelap. Bloody Baron berada di depan pintu masuk. Untuk kata sandi akan berubah setiap seminggu sekali.

    Asrama Slytherin memiliki tiga kamar rahasia di Hogwarts yang hanya diberitahukan secara turun - temurun dari generasi ke generasi Slytherin sendiri.

    "Bukankah bagus, kita akan menyaksikan pesta Haloween versi Hogwarts ?!" sahut Ruse sambil menulis essai ramuan yang tinggal beberapa inchi.

    "Membosankan sekali" ujar Lucxi. "Kau ngerjain apa sih ?" tanya Lucxi sambil melirik perkamen Ruse.

    "Tugas essai dari Professor Snape. Aku harus menyelesaikan, kalau tidak. Uh, mati aku"

    "Bukankah anak Slyherin itu anak emasnya ya ?"

    Namun pertanyaan Lucxi tak di gubris oleh Ruse. Ia masih berjuang menyelesaikan essainya saat ini juga.

    "Nah, selesai" ujar Ruse beberapa saat kemudian sambil merapikan kembali alat tulisnya. "Kau ingin ikut aku berjalan - jalan ?"

    "Hmm... Yah, mungkin dengan berkeliling Hogwarts akan mengobati rasa penat" celetuk Lucxi.

    Akhirnya keduanya pergi meninggalkan ruang Slytherin. Saat mereka melewati ruang kelas pertahanan, mereka mendengar ribut - ribut disana.

    "Sepertinya itu Scorpio ?" bisik Lucxi saat melihat empat anak Gryffindor bersamanya.

    "Pasti si Avalion yang cari masalah dengannya" celetuk Ruse. "Ayo kita kesana" ajaknya.

    "Kasihan sekali kau, Scoopy" ejek Leo.

    "Dan kasihan sekali kau, Avalion. Mendapatkan detensi menggosok kuali dari Professor Snape. Dan kau juga tidak malu ? Oh apa mungkin semua anak Gryffindorks itu bermuka tebal ?" celetuk Lucxi sarkas yang berhasil membuat lima anak tersebut menoleh padanya.

    "Masih ingat, melihat tampang bloon saat pelajaran ramuan ?" tambah Ruse sambil memiringkan senyumnya.

    "Oh, lihat ini. Dua anak ular dari Slutherin datang untuk membantu teman ularnya yang tak berdaya" balas Leo sambil memincingkan matanya.

    "Leo !" ujar Elly marah.

    "Jaga mulutmu, dungu ! Kau pikir kau bangga dengan otak pendekmu dan tidak punya etika bicara ?! Kau yang seharusnya ular, bukan singa ! Kau yang tidak berdaya kalau kau sedang sendirian !" sahut Scorpio marah sambil menjulurkan tongkatnya ke arah Leo.

    "Kau ingin adu mantra ? Baik !" ujar Leo sambil mengambil tongkatnya dari dalam saku jubahnya.

    "Setidaknya, pikiranku tak sependek pikiranmu !" balas Scorpio yang langsung pergi.

    "Dasar pengecut ! Haha..." ejek Leo pada Scorpio yang sudah menjauh.

    Dengan marah, Elly pun ikutan pergi. Elly tak ingin melihat muka Leo untuk saat ini, ia berjalan membuntuti Scorpio dari belakang dan melihatnya duduk di sebuah hamparan rumput luas dengan danau di depannya. Elly tanpa pikir panjang menghampiri Scorpio dan duduk di sebelahnya.

    "Kenapa kau kesini ? Apa kau juga akan mengejekku ?" tanya Scorpio yang masih menatap sendu danau di hadapannya.

    "Em.... Tidak" ujar Elly sambil mengeluarkan kertas dan melipatnya menjadi sebuah burung kertas, ia menerbangkannya di atas danau kemudian menerbangkannya lagi kembali, dan mendarat di pangkuan Scorpio. Scorpio pun menatap Elly.

    "Selama tiga hari penuh aku membutnya" ujar Elly mengebalikan kata - kata Scorpio yang pernah di lontarkan padanya.

    Scorpio tersenyum dan kembali menghadap danau.

    "Kau yang tak tau bagaimana keadaan keluargaku, bahkan dengan lancang menceritakannya pada Avalion" ucap Scorpio.

    Jantung Elly kini tiba - tiba sakit dan serasa ingin lepas dari tubuhnya.

    "Maafkan aku, Scorpio. Aku yang salah" ucap Elly lirih.

    "Tak apa" respon Scorpio.

    "Tapi..."

    "Kau tahu, sebelum aku masuk di Hogwarts, apa impianku ? Aku ingin masuk di Gryffindor. Membuka sebuah jalan baru. Aku bohong pada Dad-ku soal rasa banggaku ini, dan aku sangat iri melihat anak Gryffindor, sangat iri"

    "Scorpio ! Apapun keputusan Sorting Head, berarti tempat itu memang terbaik untukmu !" ujar Elly marah.

    "Yah, terbaik. Bahkan ia sempat bilang kalau aku berpotensi di Gryffindor ?! Aku, aku meminta pertimbangan ulang. Tapi ia menyelaku ?!" keluh Scorpio melampiaskan semua yang ada di dalam pikirannya.

    "Topi seleksi tidak salah, Scorpio. Tapi kau saja yang belum bisa memahaminya" ujar Elly menenangkan Scorpio.

    "Sudahlah, pergilah !" usir Scorpio pada Elly. Saat itu, airmata Scorpio berhasil meluncur di pipinya.

    "Tidak ! Aku tidak mau pergi !" balas Elly keras kepala.

    "Baiklah, kalau begitu , aku yang akan pergi" sahut Scorpio sambil berdiri dan menutupi tangisannya. Bersamaan dengan itu, Elly pun berdiri dan memeluk tubuh Scorpio yang lebih tinggi darinya. Berharap Scorpio bisa lebih tenang.

    "Jangan salahkan Sorting Head, Scorpio. Tak semua anak Slytherin itu jahat. Banyak penyihir hebat dari Slytherin. Kau masih bisa memilih antara jahat dan baik" bisik Elly di telinga Scorpio.

    Scorpio pun membalas pelukan Elly.

    "Terima kasih, Swan" ucapnya lirih.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC

Hogwarts Pottermore 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang