[NEWONE 2] Chapter 1

1.7K 157 48
                                    

Suatu tempat, di suatu waktu tertentu....

Siang itu hujan membasahi sebuah kota kecil yang berada di pesisir utara Korea Selatan. Cuaca seharusnya cerah, tapi entah mengapa bisa turun hujan yang cukup lebat seperti ini. Rasanya bumi memang sudah banyak berubah, khususnya cuaca dan iklimnya, dengan efek pemanasan global yang selalu diserukan setiap pemimpin dunia di setiap kesempatan dimana mereka akan saling mengingatkan bahwa saat ini saatnya menjaga dan melindungi bumi dari kerusakan agar pemanasan global tidak semakin memburuk. Berbagai gerakan pelestarian alam guna mencegah agar bumi semakin tidak rusak pun terus menyebar di seluruh pelosok bumi dengan dimotori oleh para aktivis lingkungan hidup. Jika tidak begini, keadaan seperti ini pun tak aneh dan akan semakin sering terulang.

Uniknya lagi, hujan yang mengguyur dengan tidak merata di kota kecil berpenduduk sedikit ini. Hanya bagian dan wilayah tertentu saja yang basah karena hujan, tidak dengan wilayah lain di sisi kota. Hal ini semakin membuktikan kalau cuaca dan iklim dunia saat ini semakin tak menentu untuk ditebak. Kurangi percaya pada ramalan cuaca yang selalu disiarkan di stasiun televisi.

Nampaknya orang-orang memang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas diluar ruangan saat hujan seperti ini. Tak banyak lalu lalang orang berjalan menggunakan jas hujan rapat di trotoar yang sepi, sebagian memakai payung berbagai macam warna, juga sepatu boot yang digunakan untuk melewati jalanan yang becek dan berlumpur.

Diantara beberapa orang yang berjalan acuh tak acuh satu dengan yang lain, dua orang lain berjalan berdampingan di atas trotoar lalu memasuki sebuah jalanan yang lebih sempit dari jalan raya yang mereka lewati tadi.

Satu orang dengan jas hujan berwarna biru tua, dan satu orang lagi dengan jas hujan berwarna hijau tua, berjalan menyusuri jalan yang agak menurun, tidak begitu mulus, dan menyempit ketika semakin dalam dilewati.

Rumah-rumah berdinding batu bata yang berlumut dengan pintu dan jendela kayu yang tampak lapuk menjadi pemandangan yang bisa dilihat oleh kedua orang yang terus berjalan lebih dalam. Suara air hujan yang jatuh ke atap rumah dengan genteng batu menimbulkan suara bising yang agak menakutkan. Tak ada orang lain yang berpapasan atau keluar dari salah satu rumah yang mereka lewati. Rumah-rumah yang tampak tak terawat itu bahkan seperti tidak ada penghuninya.

Keduanya berjalan dalam diam menyusuri jalan yang berkelok-kelok, agak berbatu dan becek itu. Ketika jalan semakin sempit, satu orang membiarkan yang lain untuk berjalan lebih dulu karena jalan hanya bisa dilalui oleh satu orang saja.
Tak lama setelah itu sekitar lima belas meter dari tempat mereka bergiliran memasuki jalan, orang yang paling depan menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kayu usang, membuat orang yang berada di belakangnya juga berhenti.
Air hujan yang dingin membeku masih mengguyur saat mereka berdua mengamati sesaat setiap inci pintu di depan mereka, lalu pada dua jendela kayu yang tampak gelap, masing-masing di kiri dan kanan pintu.

"Kau yakin ini tempatnya?" Tanya orang berjas hujan hijau tua dengan suara datar. Beberapa kali ia memicingkan mata melihat ke sekitar dengan tatapan mata awas.

Orang berjas hujan biru tua tak menjawab. Ia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kayu di hadapannya beberapa kali.

Tak ada respon apapun dari dalam rumah. Kembali orang itu mengetuk pintu, kali ini lebih keras. Rupanya hal itu berhasil karena beberapa saat kemudian, pintu terbuka sedikit dan sepasang mata terlihat mengintip dari balik pintu.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya pemilik mata yang mengintip, dengan suara seperti mencicit.
"Kami sudah ada janji bertemu dengan Mr Lee." Jawab orang yang berjas hujan biru tua.

Mata orang dibalik pintu terlihat membesar karena terkejut.

"Ahh, kalian rupanya, orang kiriman dari teman Mr Lee?" Tanyanya lagi, yang dijawab dengan anggukan singkat kedua orang di depan pintu.

NEWONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang