-------------------------------------------------------------------------
Hari kelulusan Jean pun akhirnya tiba. Dan iapun tak lagi menggubris setiap orang yang berkata bahwa mereka adalah 'saudara' kembarnya Mike.
"hey Jean, kelulusan mu itu 3 hari lagi. Apakah kau yakin ingin meninggalkan New York?" Tanya seorang temannya yang tampak sangat ragu dengan keputusan Jean.
"tentu saja. Tak ada lagi alasanku untuk tetap tinggal disini" jawabnya dengan tatapan tetap mengahadap kedepan.
"tapi.. apakah kau mau melupakan Mike?"
Pertanyaan itu selalu saja terlontarkan baik sengaja ataupun tidak sengaja dari teman dan kerabat dekatnya. Nama 'Mike' selalu berhasil membuat pipinya memerah dan matanya selalu berkaca-kaca.
Mau seribu kalipun nama itu disebutkan, takkan pernah bisa ia lupakan. Seolah olah, nama Mike merupakan 'aib' bagi dirinya dimasa lalu
"ah, maafkan aku jean. Aku tak bermaksud demikian.." sambung temannya merasa bersalah
"taka pa. aku sudah biasa. Lagian juga aku tidak tahu dia ada dimana dan sedang apa. Aku sudah melupakan semua kenangan itu"
Ahh... sialan. Kenapa aku menangis disaat yang tidak tepat seperti ini... katanya membathin.
"sepertinya kakakku sudah didepan.. aku duluan dulu ya" sambungnya dan segera meninggalkan temannya yang terdiam melihat Jean menyeka air matanya.
Dan benar, ternyata kakaknya sudah menunggu didepan gerbang kampus.
Iapun segera berlari menuju kakaknya dan memeluk kakaknya dari belakang.
"hey sayang apa yang kau lakukan?"
"emangnya sebagai seorang kekasih aku tidak boleh melakukan hal seperti ini?"
"hahaha, tentu saja boleh" jawabnya sembari memutarkan badan dan memeluk Jean dari depan lalu ia mengelus kepalanya secara lembut.
Jean tak ingin kakaknya melihat bahwa ia mengeluarkan air mata (lagi) hanya karena Mike. Akhirnya iapun menenggelamkan kepalanya di dada Mike.
"Jean apakah kau menangis lagi?" Tanya Jensen
Ia menggelengkan kepalanya tanpa menghadap Jensen.
"Jean, jujurlah padaku. Mau sampai kapan kamu terus menangis seperti ini? Apakah ini karena Mike?" Tanya nya dan menopang wajah Jean. Jean hanya bisa mengangguk.
"baiklah, ayo kita temui Mike sekarang" Jensen pun membukakan pintu mobilnya dan mengendarai mobilnya menuju lokasi Mike berada.
Sepanjang perjalanan yang Jean lakukan hanya melamun menatap pepohonan jalan berbukit. Sebelum ke lokasi, mereka menyempatkan membeli bunga mawar putih favorit Mike ketika ia masih bersama Jean.
Sesampai dilokasi, mereka turun dan tak lupa mengucapkan salam lalu berdoa bersama.
Jean mengelus batu yang bertuliskan "Michael" dengan lembut dan kembali mengeluarkan air matanya.
"hai Mike.. sepertinya rumah barumu banyak yang mengunjungi ya? Setiap kali aku datang selalu ada bunga kesayanganmu disini.. apa kabarmu disana? Kami disini merindukanmu..." Jean tak kuasa membendung air matanya dan menangis sesenggukan sambil memeluk batu yang sedari tadi ia elus dengan lembut.
Jensen yang tak kuasa melihat Jean dengan keadaan seperti itu ikut memeluk batu yang dipeluk Jean dan merangkulnya.
Mereka pun akhirnya pergi dan meletakkan bunga yang telah dibawanya di dekat batu bertuliskan "Michael". Udara siang diatas bukit membuat bunga bergerak seolah olah ada yang ingin mengambil bunga tersebut.
TAMAT..
tunggu..

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Cerita Pendek#13 dalam high (05/12/18) setekah sekian lama dipisahkan, saudara kembar ini dipertemukan dengan perasaan cinta. Lain halnya dengan sang kakak, yang juga mencintai adiknya namun tak ingin membuat luka bagi kebahagiaan adiknya. Apakah ini incest? 1...