[2] BEAUTIFUL COLD

5.5K 512 16
                                    

Womb, Shibuya.

Perasaan khawatir serta hal yang membuat mereka penasaran, sudah terjawab begitu saja. Ini pertama kalinya mereka melihat Hinata mengeluh di tengah-tengah mabuknya. Berbagai jenis botol minuman ternama tersusun rapi di atas meja kaca. Shino satu-satunya orang yang selalu merasa khawatir pada botol di sana.

Takut-takut pecah dan menyebabkan kaca berserakan di mana-mana. Hanya akan menjadi masalah bagi mereka. Sebab Hinata selalu merasa tidak nyaman bahkan tidak duduk dengan baik. Perempuan itu sudah teler.

"Aku tidak bisa ̶ ̶ ugh menghitung berapa banyak laki-laki ̶ ̶"

"Gila!" Kiba buru-buru menghampiri dan menyambar kantung plastik. Mendekatkan kantung plastik itu pada Hinata, ketika perempuan itu terlihat akan mengeluarkan isi perutnya. Melihat wajah tersenyum di sana, membuatnya tersenyum kikuk.

"Tidak perlu khawatir, aku tidak akan muntah."

Ah, rasanya benar-benar aneh ketika melihat gadis itu tersenyum sangat ramah. "Kiba, jangan!" Shino yang mencoba menghampiri ketika kantung plastik itu ditarik kembali. Kiba kehilangan fokus, sementara Hinata sudah memuntahkan isi perutnya.

"Sial! Dia benar-benar mabuk." gerutunya kesal, beruntung tidak ada satu pun noda yang mengenai bajunya. Namun, lantai keramik itu memiliki nasib yang berbeda.

Sebenarnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sini. Meskipun lantai keramik itu kotor, pemilik kelab tidak akan marah pada mereka. Sebab mereka merupakan pelanggan VVIP, tentu mereka diperlakukan dengan hormat daripada pelanggan lain. Tetapi tetap saja, perasaan tidak enak pasti muncul dalam diri mereka.

"Hidan tidak akan marah," kata Kiba. Dia mulai merapikan bajunya sembari melihat lantai kotor. "Aku akan berbicara dengan Hidan mengenai ini. Lalu, aku akan menyusulmu ke dalam mobil. Bagaimanapun aku merasa tidak enak padanya."

Shino mengangguk, ini sudah waktunya mereka pulang. Masalah yang terjadi akan diselesaikan oleh Kiba.

Lelaki itu keluar dari ruangan, berjalan menuju lantai satu. Saat itu Kiba merasa kepalanya pusing ketika mendengar suara musik. Orang-orang sedang menari di bawah, seharusnya dia ingat kalau ini jumat malam. Ada hari tertentu di mana kelab begitu ramai, mengingat besok para pekerja libur, mereka akan mencari waktu untuk bersantai.

Tepat setelah menuruni anak tangga, dia langsung menghampiri konter. Sambutan hangat langsung diterima oleh Hidan. Waktu yang tepat, setidaknya dia tidak perlu mencari di mana lelaki itu berada.

"Hei, apa yang terjadi?" Hidan mendorong satu gelas wine pada Kiba. "Kau tidak terlalu semangat? Biasanya kau meminta padaku untuk menyiapkan satu atau dua orang." lelaki itu mulai menggoda namun tidak membuatnya cukup tertarik.

Kiba berpikir bahwa dia merasa mual karena melihat muntah Hinata. Alhasil, wine di depan mata tidak membuatnya begitu berselera. "Hinata muntah di dalam sana, ini pertama kalinya dia mabuk sampai teler. Dia sedang memiliki masalah."

Hidan membuang tawa, "Oh ... apa dia dijodohkan lagi?" melihat respons temannya, membuat lelaki itu kembali tertawa. "Wanita karier itu pasti akan mendapatkan desakan dari orang tua agar cepat menikah." katanya.

Benar. Dia juga setuju dengan apa yang didengarnya. Saat ini gadis itu sedang naik daun di kalangan pebisnis besar. Kecantikan, kekayaan, dan kecerdasan dimiliki oleh Hinata. Pejabat pun pasti berlomba-lomba untuk mengambil hati gadis itu. Tetapi, pada akhirnya semua pujian itu pasti akan ditarik oleh mereka. Setelah mengetahui kalau Hinata mandul.

Helaan napas terdengar begitu berat, kalau dia sudah melihat temannya frustrasi. Maka, hal yang terbaik dilakukan adalah memberikan lelaki itu waktu. Sebab, Hidan bukanlah tipe orang yang terlalu ikut campur dengan masalah orang lain. Tidak pernah sekali pun dia menawarkan diri untuk menjadi tempat curhat teman-temannya.

Beautiful ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang