Suara gaduh di ruangan makan mengalihkan perhatiannya. Suara Kushina di sana berhasil menarik perhatian Menma. Ketika wanita itu sudah mengoceh dan mengeluarkan nada tinggi, maka semua orang di rumah tidak akan ada yang berani melawan. Bahkan ayahnya sendiri tidak bisa membujuk wanita itu dengan mudah.
Namun, ketika mendengar suara balasan ayahnya ̶ ̶ nada suara yang terdengar seperti membantah. Menma buru-buru turun dari anak tangga dan segera menghampiri orang tuanya. Menganggap bahwa ada sesuatu yang menarik, dia tidak bisa melewatkan momen ini.
"Kau pikir dia akan mau?"
"Tidak ada salahnya jika kita mencoba?"
Selama ayah dan ibunya berdebat. Menma menyelinap diam-diam di antara mereka, mengambil duduk pada salah satu kursi. Dia memiliki dugaan bahwa kedua orang tuanya sedang mempermasalahkan kakak laki-lakinya.
Ketika mereka menyinggung mengenai perjodohan, dia tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut di sana. Hingga tanpa sadar, Menma menyenggol gelas yang untungnya terbuat dari plastik. Genangan air membasahi lantai.
"Ah sial! Bisa-bisanya jatuh ̶ ̶" sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan, belum lagi aura mengerikan Kushina berhasil membuatnya merinding. Tangan mulus ibunya mendarat tepat di rahang kiri.
"Kau ini, terlalu lama di luar negeri membuatmu lupa tata krama."
Tidak ada gunanya menyesal, semua sudah terjadi. Bahkan tidak ada celah untuk menghindar dari amukan ibunya.
"Maaf," kata Menma sembari mengusap rahangnya."Aku benar-benar terkejut saat kalian mengatakan akan menjodohkan Kakak. Apa yakin dia mau menerima permintaan itu?" sebenarnya bukan itu yang membuatnya benar-benar ingin tahu. Melainkan perempuan seperti apa yang akan menjadi pendamping Naruto.
Di sana wajah ayahnya benar-benar serius, tetap berusaha meyakinkan Ibu. Bahkan dirinya yang duduk di lantai, tidak lagi menjadi perhatian mereka. Untuk pertama kalinya Menma melihat kedua orangnya berdiskusi dengan serius.
"Sayang, hanya ini salah satunya cara untuk mengembalikan nama baik keluarga kita. Naruto sudah banyak dikenal orang karena sifatnya seperti itu. Dia putri Hiasi, Hinata Hyuuga."
Kushina melotot ketika mendengar penjelasan suaminya. "Kenapa kau baru memberitahu sekarang?" Minato tersentak ketika melihat perubahan di sana. "Aku akan setuju jika Naruto dijodohkan dengan perempuan itu."
Mendengar hal itu Minato menghela napas, setidaknya dia tidak perlu lagi membujuk di sana. Namun, masalah utamanya adalah, "Apa kau tahu kalau ... ini ...," satu hal yang sulit sekali baginya untuk menjelaskan hal penting. Tidak mungkin istrinya tidak mengetahui informasi penting yang satu ini, jika Kushina mengetahui Hinata, itu berarti wanita itu juga mengetahui kalau Hinata tidak bisa mengandung anak. "Kau tidak keberatan jika mempunyai menantu yang tidak bisa memberikan cucu?"
Minato buru-buru mengalihkan pandangan setelah memberanikan diri berbicara cepat. Ruangan mendadak sunyi, Kushina bergeming di tempatnya. Wanita itu menggosok lengannya. Melihat tingkah laku di sana, semua menjelaskan bahwa ada perasaan yang tidak nyaman sedang dirasakan istrinya. Dia paham dengan baik, bagaimana sifat Kushina ketika merasa tidak nyaman.
"Ah," Minato menghela napas, pandangannya teralihkan ke arah Menma. "Sudahlah, sepertinya aku tahu jawabanmu ̶ ̶"
"Bukan seperti itu maksudku," sahut Kushina. Dia sendiri merasa tidak enak ketika melihat ekspresi sedih suaminya. "Bagiku tidak masalah, lagi pula belum tentu apa yang diceritakan orang-orang itu benar. Bisa saja keajaiban datang untuk mereka. Masalahnya adalah ... apa Naruto benar-benar akan setuju? Aku tidak yakin dengan sifat keras kepalanya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Cold
FanficMereka selalu mengatakan; perempuan jauh lebih sempurna di saat mereka bisa mengandung seorang anak. Bukan sekali, atau pun dua kali Hinata Hyuuga mendengar kalimat itu. Di saat dia mengetahui bahwa dirinya tidak sempurna. Saat itu dia menyadari bah...