[8] BEAUTIFUL COLD

5.2K 444 5
                                    

Suara dari luar benar-benar berisik dan mengganggu telinganya. Suara ketukan palu menambah rasa sakit di kepala. Naruto terbangun untuk memeriksa dari balik jendela, ada sekitar tiga orang sedang memperbaiki pagar rumah. Seingatnya, pagar rumahnya baik-baik saja dan tidak ada yang harus diperbaiki. Pagar yang terbuat dari vinil dan aluminium.

"Sejak kapan di rumah ada pagar otomatis seperti itu?"

Dia menarik tirai, berjalan lunglai ke arah kasur. Kepalanya begitu berat dan enggan untuk keluar dari kamar. Hari ini dia memutuskan untuk tidur seharian. Namun harapan itu musnah, saat pintu tiba-tiba saja dibuka paksa.

"Sialan!" demi apa pun itu merupakan suatu hal yang menyebalkan. "Apa yang kau lakukan Men-Kiba!" Naruto bingung kenapa lelaki itu berada di kamarnya. Belum lagi wajah di sana terlihat kesal sembari membawa ember berisi air penuh.

Kiba meletakkan ember itu di samping pintu, percikan air membasahi lantai. "Kau benar-benar tidak tahu diri!" dia berjalan ke arah jendela, menyibak tirai dengan kasar agar sinar matahari menerangi ruangan.

"Kau terlihat seperti babi saat tidur, benar-benar sulit dibangunkan. Tanganku sampai pegal membawa ember, aku berencana menyirammu dengan air itu. Dasar, kau memang merepotkan!"

"Apa yang terjadi?"

"Apa yang terjadi katamu?" ini jauh lebih menyebalkan daripada melihat wajah dingin Hinata.

"Dengar," nada suara di sana penuh tekanan, Kiba menunjuk ke luar jendela. "Pagar itu tadinya baik-baik saja, namun tiba-tiba rusak karena kau!" tentu biaya yang dikeluarkan tidak sedikit untuk memperbaiki.

Naruto tidak mengerti apa yang terjadi, tidak banyak yang dia ingat saat mabuk. Sebelum pergi ke kelab dia menyempatkan diri ke rumah dan justru mendapatkan omelan dari ibunya, karena melakukan kesalahan pada saat bertemu dengan Hinata. Entah dari mana wanita itu mengetahui semuanya, yang jelas dia menuduh adiknya begitu saja.

Hanya Menma satu-satunya keluarga yang ada di sana. Terkadang anak itu mulutnya tidak bisa dikontrol dan suka melihatnya sengsara. Ah, dia bertambah kesal jika mengingat adiknya itu.

"Bisa-bisanya kau datang ke mari saat mabuk dan membuat gaduh di rumah orang."

"Apa!" Naruto tersentak, mendadak panik, lalu mengedar pandangan sekitar. Ia benar-benar merutuki diri sendiri setelah menyadari kalau saat ini dia tidak berada di kamarnya. Seharusnya dia sudah curiga dengan pagar otomatis yang ia lihat, sebab rumahnya tidak pernah memasang hal yang seperti itu.

"Hei, kau benar-benar tidak bisa membedakan rumahmu dan rumah orang? Apa karena kau begitu tergila-gila pada Hinata, sampai membuatmu datang ke mari?"

Tidak seperti itu, bahkan dia sendiri tidak mengerti apa yang telah terjadi. Demi apa pun dia benar-benar panik bukan main, dan tidak tahu harus seperti apa saat berhadapan dengan gadis itu. "Siapa pun, tolong ... sembunyikan aku."

Lelaki itu berguling-guling tidak jelas di lantai, benar-benar memalukan dan sungguh kekanak-kanakan. Padahal orang itu yang telah membuat keributan satu rumah, datang mengganggu dan membangunkan orang.

"Jika kau merasa bersalah, lebih baik sekarang pulang."

Terdengar mudah untuk dilakukan, namun tidak baginya. Bisa saja dia pulang sekarang, pulang dengan perasaan bersalah hanya akan menambah beban di kepalanya. Oh, demi apa pun dia benar-benar malu jika berhadapan dengan Hinata.

"Oh, kau sudah bangun?" orang yang saat ini ingin ia hindari muncul begitu saja. Gadis itu terlihat begitu santai dan memasang ekspresi seperti biasanya ̶ datar dan dingin.

"Sebenarnya aku ingin mengursimu, aku benar-benar malu saat melihat orang mabuk menendang pagar rumahku. Bisa-bisa orang mengira kalau aku terlilit utang dengan orang tidak waras."

Beautiful ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang