Sebut nama Deelo tiga kali
-dari Dee untuk anak kontet
.
.
.
"Aduh ya ampun, mampus." Seorang gadis yang memegang bola berwarna merah tua itu menggigit bibirnya gusar.
"Ayo Nala! Kamu mau saya beri nilai atau tidak?"
Nala berkomat-kamit dalam hati. Ayo dong bola, masuk! Sekali aja deh! Nala melempar bola berwarna merah tua itu ke udara dengan kelopak mata tertutup.
Dan Trak!
Kemudian, disusul jeritan beberapa siswi. Nala spontan membuka matanya dan terperangah seketika. Wajah pak Trito nampak merah. Sial sekali, bola yang Nala lempar ke udara, bukannya masuk ke dalam ring, malah mendarat dengan mulus ke wajah pak Trito.
"Lakukan three point sampai bisa! Kamu tidak boleh masuk kelas sampai bisa melakukannya! Saya yang akan mengawasi!" pak Trito nampaknya menatap Nala dengan tajam. Nala jadi merinding ditatap seperti itu oleh guru olahraganya.
Ya ampun, sialan!
Nala mengusap dahinya yang basah oleh keringat. Pak Trito benar-benar kejam! Padahal kan, sehabis pelajaran ini istirahat dan dilanjut pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran kesukaan Nala! Bagaimana kalau bu Atri kecewa dengannya? Mana Nala harus melakukan three point sambil diawasi oleh pak Trito lagi!
Teman-teman sekelasnya sudah masuk ke dalam kelas dan berganti baju untuk pelajaran selanjutnya. Sementara Nala, ia hanya bisa mengulang umpatannya dalam hati.
"Lempar Nala!" Nala melemparkan bola itu dan lagi-lagi hasilnya nihil. Nala menatap ke lapangan sebelah kiri. Di sana ada sahabat-sahabatnya, Dara dan Metta. Dara hanya menatap Nala sekilas. Sementara Metta, memeletkan lidahnya pada Nala sambil tertawa bahagia.
Awas kalian berdua! Harusnya bantuin kek!
"Ayoo! Kamu itu hanya disuruh melakukan three point Nala! Sampai masuk minimal sekali! Kamu tidak mau nilai ya?!" Nala kicep mendengar suara gurunya itu. Ia memang lemah sekali kalau sudah berurusan dengan yang namanya olahraga. Fisik Nala tidak mendukung itu semua. Nggak usah bahas tentang body goals dan semacamnya. Bagi Nala, naik 1 kilogram dalam seminggu itu mungkin adalah suatu mukjizat.
Padahal kan Nala hobi makan. Tapi, saking kurus badannya, mungkin bisa ditiup oleh angin.
Trak! Bola yang Nala lempar hanya mengenai ring.
Dasar bola mantul!
Pak Trita nampaknya lelah melihat Nala yang tidak bisa melakukan three point dengan percobaan hampir berpuluh kali. Pak Trita akhirnya meninggalkan Nala ke ruang guru.
"Kamu tetap disini! Nanti sewaktu bapak kembali kamu harus sudah bisa memasukkan three point minimal satu kali!" Nala memutar bola mata mendengar celoteh dari gurunya itu.
"Argh! Kampret banget nih bola! Mati aja lo!" Nala melempar asal sekaligus mengumpat pada bola berwarna merah tua itu. Wajahnya sudah penuh dengan peluh sekarang. Pak Trita memang benar-benar tak berbelas kasihan.
"Dih, lo ngumpat sama siapa sih? Sama bola? Bola mah emang benda mati kali." Nala mendengar suara seseorang dari belakang. Gadis itu segera menoleh ke asal suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
When Late to Regret
Teen FictionJangan pernah menyerah. Adalah kata-kata paling basi dan kuno yang pernah di dengar seseorang yang hidupnya sebentar lagi. -Suara sebuah kecewa- . Jadi, apa yang mau kamu lakuin dihidup kamu yang katanya sebentar lagi? Menyerah begitu saja? atau ka...