Chapter 3. 1

1.8K 213 35
                                    

Happy reading
And
Sorry for typo

*****

"Ini adalah salah satu efek kemoterapi yang dilakukan oleh Lauren, dia akan sering mengalami pendarahan seperti darah keluar dari hidung atau melalu gusi mereka."

"Dan juga, kabar buruk lainnya. Tubuh Lauren mengalami banyak penurunan, kemoterapi yang dilakukan tidak banyak membantu, setiap jam sel-sel kanker berkembang biak dengan sangat cepat. Kemoterapi hanya menghancurkan sedikit tidak memperlambat ataupun menyembuhkan, untuk kedepannya saya berharap kalian siap untuk sesuatu yang lebih buruk."

Kata-kata itu terngiang selalu di kepala Seohyun bagaikan radio yang sudah rusak, tatapan hampanya tetap terpaku pada tubuh kecil Lauren yang sudah terlelap dengan tenang kembali. Kedua tangannya menggenggam lembut tangan kecil itu, Kyuhyun sendiri tengah bercakap-cakap dengan Dokter Jonghyun.

"Sayang, Laurennie harus bertahan ne? Demi eomma, demi appa, demi Lauren sendiri. Jangan menyerah ya sayang. Lauren tahu? Eomma sangat menyayangi Lauren, maka dari itu jangan pergi sayang, jangan menyerah..." isak Seohyun keras, mengeluarkan emosinya yang meluap.

Dibelakangnya, Kyuhyun terpaku terdiam. Entah ribuan kata yang terpikir dibenaknya seketika meluap melihat sang istri dan sang putri, ribuan jarum yang menancap dihatinya seketika terlepas membuat lubang menganga di hatinya, perih tetapi tak berdarah.

Mengepalkan kedua tangannya, Kyuhyun tidak tahu harus melakukan apa. Dengan segera lelaki itu berjalan menjauh, tujuannya kali ini adalah gereja terdekat.

Sepi, itulah keadaan sekarang. Suara langkah Kyuhyun menggema di ruangan yang sunyi itu hingga tubuh lelaki itu berlulut perlahan didepan.

"...."

"Sebelum ini, aku tak pernah meminta sesuatu yang sangat besar. Tetapi bukan berarti aku akan rela untuk menyerahkannya pergi, maka dari itu jangan bawa dia. Jangan jauhkan dia dariku." Kyuhyun menatap kosong depannya entah apa yang dilihat oleh retina matanya.

Kehampaanlah yang dirinya rasakan, ketakutan yang besar dan kerapuhan hatinya yang membuatnya lemah, dirinya masih ingin berjuang. Masih ingin membahagiaan kedua perempuan dalam hidupnya, masih ingin melihat senyum ceria mereka.

Kyuhyun mengepalkan kedua tangannya dan perlahan terisak pelan,dirinya tak ingin selemah ini tetapi dirinya cukup lelah, situasi ini benar-benar menguras perasaannya. Dirinya ingin menjadi ayah yang selalu melindungi putrinya bukan untuk melihat putrinya pergi mendahuluinya.

"Aku mohon..jangan bawa dia" isaknya menundukkan kepala. Biarkan, biarkan untuk malam ini saja dirinya bersikap egois, membiarkan dirinya mensugesti hati dan pikiran bahwa semua baik-baik saja, biarkan untu malam ini saja dirinya membohingi situasi dengan percaya setelah malam ini Lauren akan sembuh dan keluar sesegera mungkin dari rumah sakit.

*****

"Kenapa melamun sayang?" Lauren mengalihkan tatapannya pada Juniel yang datang dengan membawakan sebuah buku gambar untuknya.

"Lauren tidak apa-apa eonni" jawab gadis kecil itu lirih.

Juniel yang seakan tahu apa yang dirasakan gadis kecil itu, hanya mengangguk singkat dan mulai mewarnai bersama Lauren yang terlihat lesu.

"Eonni?"

"Hmm?"

"Apa Lauren akan pergi?" Juniel menghentikan gerak tangannya saat mendengar suara lirih itu, ditatapanya Lauren lembut seraya mengelus rambut panjang gadis itu.

"Kenapa Lauren bertanya seperti itu?" tanya Juniel penasaran.

"Karena eomma dan appa selalu menangis untuk Lauren, setaip malam Lauren akan mendengar appa dan eomma menangis dan berkata jangan pergi, bukankah itu Lauren akan pergi?" Juniel terbungkam, wanita itu tidak tahu harus menjawab apa. Kenapa Lauren juga tahu bahwa kedua orang tuanya selalu menangis untuknya?

STAY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang