Meminum segelas hot americano yang Jisoo lakukan sejak tiga puluh menit yang lalu. Menunggu. Ia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang yang saat ini begitu ia rindukan. Kekasihnya.
Sudah berulang kali ia melakukan panggilan kepada kekasihnya itu. Benarkah lelaki itu adalah kekasihnya? Ia tak pernah mendengar kalimat 'aku mencintaimu' dari mulut manis lelaki itu. Jadi, bisakah ia mengganggap lelaki itu kekasihnya?
Sekali lagi ia menelepon kekasihnya itu. Tapi tetap saja tidak ada jawaban dari seberang sana. Apa yang sedang kekasihnya itu lakukan? Bukankah lelaki itu sudah berjanji untuk menemuinya disini setelah dua minggu tidak berjumpa.
Baiklah, ia akan menunggu sebentar lagi. Semoga saja lelaki itu tidak melupakan janjinya atau ia akan marah pada kekasihnya itu.
Bunyi kerincing lonceng pertanda pintu café dibuka membuat Jisoo mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang masuk kedalam café.
Tampak sosok lelaki yang ia tunggu sejak tadi menghampirinya. "Maafkan aku sayang, aku telat menemuimu. Pasti kau sudah lama menungguku." Ucap lelaki itu.
Memutar bolanya jengah. Ia sudah terbiasa jika lelaki itu datang terlambat dan berakhir meminta maaf seperti ini. "Tak apa Seokmin-ah. Sudah biasa bukan?" Kalimat penuh sindiran terlontar dari mulutnya.
"Aku benar-benar minta maaf sayang. Aku tadi," Belum selesai lelaki itu berbicara, Jisoo sudah memotongnya terlebih dahulu. "Kau pasti menemui dia kan? Tak apa, Aku sudah biasa."
"Sudahlah, tidak perlu dibahas, ayo kita pergi. Aku sudah lelah menunggumu." Imbuh Jisoo. Ia segera beranjak menarik tangan kekasihnya itu. Ia tidak tega melihat wajah memelas kekasihnya karena ucapannya tadi. Siapa yang salah sebenarnya disini. Kenapa harus kekasihnya yang menunjukkan wajah seperti itu. Bukankah seharusnya dia yang seperti itu.
...
Setelah makan malam, saat ini mereka berdua sedang menghabiskan waktu di atas ranjang Jisoo, cuddling, hal yang disukai Jisoo. Karena saat ini lah ia merasa bahwa ia benar-benar memiliki Seokmin seutuhnya.
Jisoo memainkan kancing kemeja kekasihnya. "Seokmin-ah."
"Iya sayang?" Memainkan rambut halus Jisoo menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi Seokmin.
"Apakah kita akan selalu seperti ini?"
"Seperti ini bagaimana?" Kekasihnya memandangnya bingung.
"Iya seperti ini, kau tau maksudku. aku tidak tahu sampai mana bisa bertahan bersama mu Seokmin-ah."
"Kita sudah sejauh ini sayang, dan sudah dua tahun seperti ini. Kau mau menyerah? Kau tidak menyayangiku lagi?"
"Karena sudah sejauh dan selama ini. aku lelah Seokmin-ah. Kau anggap aku apa sebenarnya? Kekasih? Aku rasa tidak."
"Kau ada untukku dan aku ada untukmu. Kau masih mempertanyakannya?"
Jisoo melepaskan pelukan Seokmin. Pandangan Jisoo menyendu. "Aku lelah menjadi kedua bagimu Seokmin. Aku benar-benar lelah menjadi pelarianmu." Oh tidak, ia rasa air matanya sudah menggenang di matanya.
Lelaki itu mengangkat dagu Jisoo. Melihat mata Jisoo yang sudah berkaca-kaca, ia segera mengelus pipi Jisoo dan mengecupnya dengan lembut. "Dengar sayang, Kau bukan pelarian bagiku. Kau segalanya bagiku."
Jisoo menyentak tangan Seokmin yang ada di wajahnya. "Tapi aku tidak bisa selamanya seperti ini Seokmin. Seharusnya saat pertama kali bertemu denganmu aku tidak menaruh hati padamu. Seharusnya aku tau bahwa kau sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah. Seharusnya aku tidak menjadi perusak hubungan orang lain." Tidak bisa menahan lagi. Jisoo mengatakan semuanya yang telah ia pendam selama ini. Air mata mengalir dikedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Leaves • Seoksoo ✅
Short Story[Random Private] Seoksoo oneshot collection bxb;gs