Suara gebrakan meja terdengar hingga keluar kelas. Dilanjutkan dengan teriakan amarah dari seorang gadis. Semua yang berada di kelas terdiam seketika.
Berawal dari datangnya seorang yang diketahui sebagai adik kelas hingga teriakan yang membuat satu kelas membeku. Teriakan seorang Hong Jisoo, seorang gadis pendiam, lemah lembut dan jarang terlihat marah, membuat teman-temannya terdiam.
"Kau pikir aku menyukai nya?!" Ucap Jisoo mencoba meredam emosinya.
"Kau menyukainya kan sunbae? Tidak usah berbohong kepadaku. Kau menggodanya kan?" Ucap seorang adik kelas, biang dari keributan di kelas itu.
Jisoo menghela napasnya. Mencoba untuk tidak berteriak lagi di hadapan adik kelas nya itu. "Sudah ku katakan bukan?! Aku tidak menyukai lelaki mu itu. Aku sudah memiliki kekasih."
"Tapi ia menolakku karenamu sunbae! Ia mengatakan bahwa ia menyukaimu dan sedang mendekatimu. Aku tidak terima akan hal itu. Aku sudah lama menyukainya." Ujar gadis yang diketahui bernama Choi Yuna.
"Bukan urusanku jika kau sudah lama menyukainya atau ia menyukaiku. Yang perlu kau ketahui. Aku sudah memiliki kekasih dan aku ti.dak me.nyu.ka.i Lee.Seok.min." Emosi Jisoo sudah berada di ubun-ubun. Ia segera beranjak dari kursinya dan melangkah keluar kelas. Selangkah lagi ia sampai di pintu kelas, ia berhenti dan membalikkan badannya. "Jangan ganggu aku lagi. Aku tidak ada hubungan apapun dengan mu dan lelaki yang bernama Lee Seokmin itu."
.
.
.Menghentakkan langkahnya, Jisoo benar-benar kesal dengan tingkah laku adik kelasnya itu. Baru juga tingkat satu sudah berani melabrak kakak tingkat tiga.
Dan alasannya sungguh tidak logis. Karena lelaki yang adik kelasnya itu sukai, ia dibuat malu saat di kelas. Sangat menyebalkan. Awas saja jika ia bertemu dengan lelaki yang bernama Lee Seokmin itu.
Langkah Jisoo berakhir di sebuah meja di kantin. Terlihat seorang lelaki duduk sambil memainkan ponselnya. Senyum Jisoo merekah. Gadis itu mengendap-endap di belakang lelaki itu. Kedua tangannya terangkat menutupi mata sang lelaki. Rupanya ia ingin mengejutkan lelaki itu.
"Sayang, jangan seperti ini. Aku tau ini kau." Ucap lelaki itu melepaskan kedua tangan Jisoo.
Jisoo cemberut mendengar ucapan kekasihnya itu. "Kau tidak mengasyikkan Cheol!" Ia mengambil posisi duduk tepat di samping lelaki yang bernama Seungcheol itu.
"Sudah jangan cemberut seperti itu lagi sayang." Seungcheol mengelus kepala Jisoo.
Jisoo semakin cemberut. "Aku sudah kesal dengan kejadian di kelas tadi lalu kau menambah kekesalanku."
Lelaki itu tersenyum karena kekasihnya tampak begitu menggemaskan. "Apa yang terjadi tadi sayangku?"
Raut wajah Jisoo seketika berubah. Bibirnya terpout lucu. "Adik kelas mendatangiku. Ia marah-marah karena lelaki yang ia sukai malah menyukaiku."
Tawa halus terdengar dari mulut kekasihnya. "Astaga, hanya karena itu? Ngomong-ngomong banyak juga lelaki yang menyukai kekasih ku yang cantik ini ya." Seungcheol mencubit kedua pipi memerah Jisoo.
"Kau tidak cemburu?"
"Tidak, hati mu kan hanya untukku. Begitupun aku sayang."
"Dasar buaya."
.
.
.Ucapan terima kasih dan salam dari siswa menandakan kelas hari ini telah berakhir. Jisoo membereskan barang-barang yang ada di atas mejanya. Setelah selesai ia beranjak keluar kelas.
Namun langkahnya dihentikan oleh sesosok lelaki tinggi tersenyum seperti kuda. Untuk apa lelaki ini mendatanginya. Gadis itu mendengus karena kehadiran lelaki itu.
"Hai noona. Ayo pulang bersama." Lelaki itu begitu semangat mengajaknya pulang bersama meskipun tau ia pasti akan menolak.
"Tidak. Aku akan pulang dengan kekasih ku." Jisoo melanjutkan langkahnya, meninggalkan lelaki itu di belakang.
Lelaki itu segera berlari mengejar Jisoo. "Seungcheol hyung sedang sibuk di ruang osis. Jadi, daripada kau menunggu, lebih baik kau pulang bersamaku."
Menghela napasnya lelah, lelaki ini tidak bisa di bantah. Mengesalkan. "Sudah ku bilang bukan?! Aku lebih baik menunggu Seungcheol atau pulang sendiri Seokmin-ssi."
Lelaki bernama Seokmin, si bintang hari ini, menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau tidak boleh pulang sendiri noona." Ucapnya. "Bagaimana jika kau di culik? Bagaimana jika terjadi sesuatu saat kau pulang sendiri? Tidak! Aku tidak bisa membiarkan kau pulang sendiri." Sambung Seokmin.
Jisoo memutar bola matanya. "Kau terlalu banyak menonton film. Sudahlah. Aku pulang sendiri. Dan aku tidak mau ditemani oleh mu." Ia mendorong tubuh Seokmin yang menghalangi langkahnya.
Lelaki itu segera menarik tangan Jisoo hingga Jisoo jatuh kedalam pelukannya. "Kenapa kau begitu keras kepala noona? Kenapa kau begitu dingin kepada ku? Kau semakin terlihat manis jika seperti ini." Seokmin mendekatkan wajahnya kepada wajah Jisoo. Hingga hembusan napas Jisoo terasa di wajahnya.
Wajah Jisoo memerah seperti buah delima. Ia terpaku dengan mata indah Seokmin. Ingin ia mengalihkan pandangannya namun sulit sekali. Ada apa dengannya? Mengapa ia seperti ini?
"Me-menjauh da-dari ku Seokmin!!"
"Tidak noona. Kau tau kalau aku menyu-ah tidak aku mencintaimu. Kau tau bukan?" Tanya Seokmin. "Tapi kenapa kau menolakku? Kau selalu tidak mengindahkan ku." Sambung lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka menempel.
"A-pa yang kau lakukan Seokmin. Ini di sekolah. Orang banyak yang melihat." Cicit Jisoo.
"Biarkan saja jika ada yang melihat. Yang terpenting kau harus mengetahui bahwa aku mencintaimu dan tak akan berhenti mendekatimu." Suara rendah Seokmin membuat Jisoo bergetar. Dadanya berdentum kencang. Ia berharap Seokmin tidak mendengarnya.
"Kau tau bukan aku sudah memiliki kekasih. Kau tidak seharusnya mencintaiku." Jisoo saat ini benar-benar bergetar.
Senyum manis Seokmin berubah menjadi seringaian yang membuat ketampanan Seokmin bertambah. "Aku akan membuat mu menjadi milik ku noona. Jika kau khawatirkan itu adalah kau yang sudah memiliki kekasih. Tak masalah bagiku. Itu bukanlah sesuatu hal yang besar bagiku. Tunggu saja, sebentar lagi kau akan menjadi milik ku." Penjelasan Seokmin berakhir depan kecupan singkat yang mendarat di bibir manis Jisoo.
Mendapat kecupan singkat itu membuat Jisoo membeku. Kedua matanya melotot lucu. Awalnya ingin memarahi Seokmin jika mereka bertemu. Tetapi mengapa berakhir seperti ini.
Ketika ia tersadar dan ingin memukul Seokmin. Lelaki itu telah hilang dari hadapannya. Rupanya Seokmin lari setelah mengecup bibirnya.
Kenapa ini? Kenapa kedua ujung bibirnya tertarik ke atas saat mengingat kecupan itu.
Tidak---
Tidak mungkin ia menyukai Seokmin kan?
Fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Leaves • Seoksoo ✅
Short Story[Random Private] Seoksoo oneshot collection bxb;gs