"Aku ingin kita berakhir Seokmin-ah."
Membulatkan matanya. Seokmin terkejut mendengar kalimat yang diutarakan oleh kekasih manisnya itu. "Apa maksudmu sayang?"
"Aku ingin hubungan kita ini berakhir Seokmin."
"Tapi,, mengapa Jisoo? Apakah aku berbuat suatu kesalahan? Jika ada, beritahu aku, aku minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak ingin kita berakhir sayang." Seokmin menggenggam kedua tangan Jisoo. "Aku sangat mencintaimu." Imbuhnya.
Seokmin semakin frustasi ketika kekasihnya-mantan kekasihnya itu menggelengkan kepalanya. Ia masih terkejut dengan ucapan kekasihnya. Selama tiga tahun bersama, hubungan mereka baik-baik saja. Tidak ada perkelahian yang serius. Hanya selisih paham yang biasa.
Tapi kenapa tiba-tiba Jisoo meminta untuk berpisah. Ia mencoba mengingat apakah ia telah berbuat suatu kesalahan yang besar. Tidak ada. Ia tidak pernah melakukan hal yang memicu kemarahan Jisoo kepadanya.
Tunggu sebentar, ia mengingat suatu hal. Benar, akhir-akhir ini ia sangat sibuk. Benar-benar sibuk. Ia jarang menghubungi kekasihnya. Ia jarang memberi kabar kepada Jisoo. Dan itu sudah berlangsung selama 2 bulan ini. Tapi semua itu karena perusahaan yang ia kelola sedang ada masalah.
Ia masih sempat menelepon atau mengirimkan pesan kepada Jisoo. Masih sempat untuk mengunjungi Jisoo di rumahnya. Tapi tidak setiap saat seperti yang dulu. Apakah Jisoo meminta mereka berpisah karena hal ini? Benarkah? Tapi, yang ia ketahui Jisoo tidaklah seperti ini. Ia akan memahami kesibukan Seokmin. Karena semua ini juga untuk masa depan mereka nanti.
Melepas genggamannya yang ia gantikan dengan mengelus kedua pipi Jisoo. Seokmin memandang kedua mata kekasihnya yang sedari tadi bergerak gelisah.
"Coba katakan padaku sayang, apakah karena kesibukan ku ini? Kalau iya, kau tidak usah khawatir, aku sudah tidak sibuk lagi." Sambil tetap mengelus kedua pipi Jisoo. "Masalah yang ada dikantor sudah selesai. Jadi, aku akan bisa sering bersamamu." Tambahnya.
Seokmin menggeram saat Jisoo melepaskan kedua tangannya. "Aku rasa kita harus benar-benar berpisah Seokmin-ah."
"Tidak, kita tidak akan berpisah. Dan tidak akan pernah berpisah. Baiklah, aku akan memberikan waktu untukmu sayang. Anggap saja kita sedang rehat." Senyum yang penuh dengan paksaan terpasang diwajah Seokmin. Sudahlah, ia akan berikan waktu kepada kekasihnya itu untuk sendiri terlebih dahulu.
"Tapi, saat waktunya tiba. Aku akan mendatangimu dan kau harus sudah seperti Jisoo yang ku kenal dulu." Ia segera berdiri dari duduknya. "Aku tak suka kau yang seperti ini. Ayo, aku akan mengantarkan mu pulang."
...
Pukul dua dini hari, Seokmin belum juga memejamkan kedua matanya. Hari ini tepat tiga hari ia memberikan waktu Jisoo untuk sendiri. Meskipun ia tidak mengganggu-menelepon atau mengirimkan pesan, ia tetap memantau Jisoo dari jauh. Walaupun ia ingin sekali menghampiri kekasihnya.
Ia sangat merindukan kekasihnya itu. Ingin memeluknya, mencium kedua pipi merahnya, mencium sayang keningnya, dan terutama ia sangat rindu mencium bibir cherry kekasihnya itu.
Astaga, baru tiga hari ia sudah sangat rindu seperti ini. Bagaimana dua bulan kemaren saat ia sibuk seperti itu. Ah, mungkin karena ia memiliki kesibukan sehingga ia tidak begitu memikirkan Jisoo. Dasar bodoh Lee Seokmin, itulah kesalahan terbesarmu.
Bagaimana ini, rindunya sudah benar-benar diujung tanduk. Ia benar-benar ingin menemui Jisoo. Baiklah, esok pagi ia akan mendatangi kekasih manisnya itu. Masa bodoh jika Jisoo menolak atau bahkan mengamuk.
Beberapa menit ia mencoba memejamkan matanya. Terdengar bunyi ponsel pintarnya. Siapa yang menelepon dini hari seperti ini? Pikirnya.
Tertera nama kekasihnya. Oh, ada apa ini, mengapa kekasihnya meneleponnya? Tanpa pikir panjang ia segera mengangkat panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Leaves • Seoksoo ✅
Short Story[Random Private] Seoksoo oneshot collection bxb;gs