Chapter 4

83 15 0
                                    

Aku tengah duduk bersantai di balkon kamar ku, melihat suasana dirumah yang sangat sepi, aku memiliki jadwal Sains tapi kepala ku sangat pusing, bahkan Tristan pun tadi kusuruh pulang. Aku teringat akan buku yang di berikan Tristan

"Astaga! Aku lupa, bukan kah aku sudah harus mengerti buku itu dalam 1 minggu," ucap ku dalam benak

Aku berlari keluar dan berteriak dari tangga untuk memanggil bebe ku,

"Bebe," jerit ku
Tapi tidak ada yang menyahut, "Bebe, paman Isko," teriaku ku lagi

Kali ini paman Isko menyahut
"Iya Nona Mal? Ada apa sayang," sahut paman Isko
"Telpon pa Colab untuk tidak datang hari ini, kepalaku sangat pusing paman jadi biarkan aku libur hari ini," ucap ku lirih

Paman Isko tersenyum dan mengangguk "Istirahat lah, nona Mal. Aku akan memberitahu pa Colab," jawab paman Isko

Aku terseyum dan kembali ke balkon kamar ku

Aku menatap buku itu, "Musik Of my life?," tertulis jelas judul buku itu

"Baiklah akan kubaca," batin ku

Halaman pertama sudah kubuka, 
"Music is the soul, musik adalah jiwa. Sebuah alunan yang kau mainkan harus kau rasakan kau khayati agar bisa mewakili rasa yang kau ingin sampaikan, misalnya cinta atau perasaan lainnya, Musik bisa menemukan cinta sejati mu, bayangkan disaat kau sedang memainkan musik mu, ada seseorang yang tengah duduk di kursi depan menunggu dan mendengarkan musikmu dia tersenyum padamu, bertepuk tangan untukmu, dan setelah musik mu selesai dia akan berjalan mendekat dan perlahan dia mencium bangga pipi mu,"

Ini awal yang luar biasa, aku baru membaca halaman pertama. Tapi aku bersemangat untuk mempraktekan hal itu

"Bayangkan orang yang kau cintai?," ucap ku dalam benak
"Baiklah aku akan membayangkan Tristan," aku cengengesan kali ini, Sangat antusias dengan bacaan tadi. Tapi satu hal mengganggu ku

"Tapi jika aku keluar dan bermain piano pasti bebe atau paman Isko akan bilang kalau aku hanya berpura pura sakit,"

Aku membatalkan rencanaku, dan akan melakukan nya besok

"Yasudahlah besok pun bisa," ucap ku sedikit melemas

Akhirnya aku kembali membaca buku itu, tapi fokus ku hilang. Entahlah aku malah memikirkan Tristan!

"Hhhhhh, hentikan Malia. Dia gurumu, dia gurumu, dia gurumu,"

aku mulai bingung dengan fikiran ku, kenapa selalu Tristan yang kupikirkan. Aku gondok, aku menaruh buku itu dan berjalan keluar kamar, tapi sialnya sekarang kepalaku benar benar pusing

Aku memegang erat besi tangga, karena pusing ini sangat menusuk

"Bebe," teriak ku sangat kencang

Tapi setelah itu aku tidak ingat apa lagi yang terjadi, sepertinya aku pingsan dan setelah sadar aku sudah berada di kamar, di temani Bebe dan paman Isko yang wajah nya sangat khawatir

"Sebentar lagi, nyonya Claudia dan tuan Hanz akan kembali," jelas bebe

Aku menghela nafas panjang dan mengusap wajah pucatku itu
"Mereka pulang? Apa disaat aku sudah sakit seperti ini mereka baru perduli? Apa aku harus sakit setiap hari agar mereka mempunyai waktu untukku?," ucap ku seraya menangis

Bebe langsung memeluk menenangkan ku "Tidak non Mal, tidak seperti itu. Mengertilah orang tuamu, mereka sangat menyayangimu tapi mereka tidak tau bagaimana cara menyampaikan nya," ucap Bebe

Mendengar perkataan Bebe aku teringat Tristan lagi
"Sayang tapi tidak tau cara menyampaikan? Apa itu yang terjadi pada ku?," batin ku
.
.
.
To be continue

I want this pain to stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang