Dua Puluh Dua - Mianhae

5.1K 605 110
                                    

Seola menatap namja yang tengah membayar belajaannya dengan wajah berseri. Gadis itu merasa bahwa namja di sebelahnya ini seorang dewa penolong, atau malaikat? Mungkin. Bedanya, namja di sebelahnya ini tak mempunyai sayap. Namun Seola yakin, ia mempunyai hati tulus yang dapat menjadi harapan dari semua makhluk hidup. Kenapa makhluk hidup dan bukan hanya manusia? Karena namja tersebut merawat begitu baik tanaman-tanaman sampai bunga-bunga tumbuh begitu indah. Apa dia memang ditakdirkan untuk merawat dan membantu memunculkan bunga-bunga yang cantik?

Harapannya.

Hoseok memasukkan semua belanjaan itu ke dalam kantong belanjaan. (Di beberapa supermarket/minimarket ada yang menerapkan sistem pelanggan memasukkan barang belanjaan ke dalam kantung sendiri).

Seola meraih salah satu benda di sana. Sebuah apel. Ia memakan apel itu tanpa mengupas ataupun mencucinya. "Seo, setidaknya cuci dulu baru kau makan!" omel Hoseok pada adiknya yang tengah berjalan mendahuluinya dengan apel di tangan. Gadis itu hanya tersenyum simpul karena membuat Hoseok begitu memperhatikannya saat ini. Dia bahkan lebih protektif dibanding sebelum-sebelumnya.

Mereka keluar dari minimarket itu dan memeriksa belanjaan. "Lengkap," gumam Seola sembari memastikan kembali kantung-kantung tersebut.

Deg

Matanya tak bisa berkedip mendapati kedatangan seseorang secara tiba-tiba. Ia sempat berpikir bahwa ini adalah sebuah mimpi. Seola mengerjap dan mencoba menetralkan jantungnya. "Oppa, kajja kita pul-"

Seola mencari sosok sang kakak sepupu namun nihil, namja itu sudah menghilang layaknya ia dapat berteleportasi.

"Hoseok sudah pergi."

Seola merasakan sensasi aneh saat mendengar deep voice milik namja di depannya saat ini. Seola berusaha tersenyum. Ia hanya berusaha menutupi segalanya. Segalanya. Ia hanya belum siap. "Kim Taehyung, apa kabar?"

Ya, namja di depannya adalah Kim Taehyung. Ayah dari anak yang tengah ia kandung. Andai ia mempunyai keberanian, sudah pasti Seola akan berteriak 'aku merindukanmu, Kim Taehyung!' bukannya menanyakan kabar namja di depannya. Karena Seola yakin Taehyung tengah dalam keadaan sulit   tidak baik sekarang.

Apel di tangan kecilnya kini telah berpindah tangan. Taehyung meraih apel itu dan mengajak Seola ke suatu tempat.

Taehyung tengah mencuci apel itu di sebuah taman dengan air mengalir di sebuah wastafel kecil di tengah taman tersebut. Air di sana bahkan dapat diminum langsung dan Taehyung iseng untuk mencobanya.

Taehyung memberikan apel tersebut pada Seola dan duduk berdampingan dengan gadis itu.

Seola merasa enggan memakan apel di tangannya. Ia merasa sedikit aneh. Ya, aneh. Aneh saat tiba-tiba Taehyung menemuinya setelah satu bulan lebih mereka tak saling bertemu. Bahkan namja itu kini mengajaknya duduk bersama. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Taehyung terdengar dengan nada yang ragu.

Seola menghela nafas, ia harus selalu berbohong pada orang-orang disekelilingnya jika pertanyaan seperti ini muncul. "Tidak sebaik yang kau kira. Kau sendiri bagaimana?" namun saat ini ia tak ingin lagi berbohong pada seorang namja yang ia cintai. Seola berusaha berpihak pada hatinya. Hatinya memilih untuk tidak berbohong dan kepalanya menerima itu. Bibirnya bergerak mengatakan kejujuran tersebut.

Taehyung menyunggingkan smirk. "Kau terlihat semakin dewasa tanpa berbohong jika kau baik-baik saja."

Ucapan Taehyung membuat Seola menatapnya dari arah samping. Wajah itu terlihat sempurna di bawah sinar bulan malam ini. Wajah yang selalu ia rindukan. Namun ada sakit di sana. Di dadanya. "Kau belum menjawab pertanyaanku," protes gadis itu.

My (S) Ex Boyfriend - Kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang