Sepuluh - Sticky Notes

5.1K 643 37
                                    

Voment juseyo

---

"Mian, pasti kau lama menunggu."

Aku tersenyum, entah kenapa mendengar suaranya saja aku merasa tenang. "Gwenchana oppa," ucapku bodoh. Padahal aku telah menunggunya selama satu jam di cafe ini.

Rasanya ingin sekali aku jujur tapi tak enak dengannya, aku tahu dia pasti sibuk sehingga telat datang. Tapi kenapa dia tak menanyakan berapa lama aku menunggunya?

Senyumnya yang manis itu membuat semua rasa lelah saat menunggu tadi hilang begitu saja. Dia duduk berhadapan denganku, membuatku sedikit menundukkan kepala. "Seo, ada apa?"

Alisku terangkat saat mendengarkan pertanyaannya. Aku menatapnya lekat. Apa aku harus menanyakan ini sekarang? Bagaimana jika semua ini merusak mood nya? Bagaimana ...

"A-aku ... "

Aishh! Bodoh! Aku merutuki diri sendiri.

"Ada apa? Katakan saja."

Hajima! Jangan tersenyum seperti itu, kau membuat jantungku sakit.

"O-oppa mengenai ... "

Terlihat dia mengerutkan dahi. "Ah anni, lupakan saja," kataku putus asa.

Aku ragu, aku takut merusak mood-nya. "Kau yakin?" tanyanya dengan suara yang semakin melemahkanku.

Aku hanya mengangguk. "Kau menemuiku bukan untuk membela ex-mu kan?"

Sepertinya dia memang sudah bisa menebak apa yang ingin aku katakan. Segera aku menggeleng. "A-anniya."

Terlihat dia menghela nafas berat. "Dia takut berhadapan denganku sampai menyuruhmu seperti ini?"

Jelas dia salah paham. "Oppa ka-kau salah paham," jelasku. Seharusnya dari awal aku bisa berpikir lebih matang untuk menemuinya.

"Aku mengkhawatirkanmu," ucapku memberanikan diri.

Nafasku memburu, detak jantungku benar-benar tak teratur. Beberapa saat kemudian sebuah tangan mencapai jari-jari tanganku dan menggenggamnya. "Gwenchana. Aku akan memenangkannya untukmu."

Bagaimana caranya supaya dia membatalkan balapan itu? Sepertinya cara ini kurang tepat.

"Lalu kapan aku bisa mendapatkan jawaban itu?"

Ah andwe! Dia menanyakannya lagi untuk kesekian kalinya. Sebaiknya ...

"Seo-ah, kau melamun?" tanyanya dan menggerakkan tanganku.

"A-ah ne, apa yang oppa katakan?"

Semoga ini berhasil, semoga berhasil.

"Anni, lupakan. Kau ada mata kuliah hari ini?"

Aku mengangguk cepat. "Ku antar ke kampus. Kajja."

Ia bangkit dan aku-pun ikut bangkit, mengikutinya dengan tangan kami yang masih saling menggenggam. Sekali-sekali berpura-pura tak mendengar apa yang dia katakan tak apalah.

Aku hanya sedikit membutuhkan waktu untuk menerimanya.

---

Aku sudah seperti orang gila yang tertawa sendiri di sebuah bangku depan kelas. Aku tengah membaca komik yang Taehyung pinjamkan kemarin, karena tadi pagi aku memang sengaja tak mengantarkan sarapan untuknya. Koleksi komik milik Taehyung sangat banyak, jadi aku minta saja. Katanya ambil saja terserah jika aku mau.

My (S) Ex Boyfriend - Kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang