The Reason (Part 8)

236 44 11
                                    

Saran:
Dianjurkan membaca kisah ini dari awal sampai akhir sambil mendengarkan instrumen Ballad relaksasi piano/biola*

Ini sudah hari ke tujuh sejak Peniel tidak berkunjung ke rumah Changsub. Ia hanya meninggalkan pesan bahwa dirinya tengah sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas dan tak bisa mampir untuk beberapa hari. Ada sebersit rasa kecewa yang menyelinap hadir dalam benak Changsub, namun hal itu menghilang tiba-tiba sejak Minhyuk mulai hadir menemani hari-harinya di rumah.

Salah satu alasan Minhyuk rajin mengunjungi bocah laki-laki itu adalah janjinya: janji untuk mengajarkannya bermain biola. Ia sangsi. Dalam ingatannya yang masih kental, sosok Lee Changsub adalah pemain otodidak terbaik. Namun kali ini ia bahkan harus mengulang kesalahan-kesalahan yang sama, kesalahan sepele yang memancing emosi Minhyuk.

"Kenapa kau melupakannya lagi?? Sudah kubilang jika nada dasar do=g kau harus memperkirakan jarimu di sini! Gunakan feelingmu untuk merasakan nadanya..." Minhyuk mengetuk jari-jari Changsub, sedikit lebih keras dari biasanya hingga anak itu menyeringai.

"Apa kau ingin mematahkan jariku juga, Hyung?" tanya Changsub. Ekspresinya mendadak dingin

"Tidak.. maksudku..." Minhyuk tak dapat mengungkapkan apa pun. Ia dalam posisi yang salah. Minhyuk belum benar-benar berubah.

Dalam hal ini, ia tentu berbeda dengan Changsub. Laki-laki itu menggunakan jemari kirinya untuk membuat melodi-melodi, sementara Changsub kidal dan harus melakukan itu dengan tangan kanannya. Minhyuk kesulitan mengajarkan hal ini hingga ia marah pada dirinya sendiri dan tanpa sengaja tak bisa menahan emosi. Biola itu sudah berpindah tempat dari leher Changsub ke pangkuan anak itu: ia tidak ingin melakukannya lagi, terlampau sulit dan membuang waktu Minhyuk terlalu banyak.

"Hyung... Aku menghargai keinginanmu untuk membantuku mempelajari semua hal ini. Tapi bisakah... Bisakah kau tidak mengintimidasiku lewat sentuhan fisik?" ujar Changsub.

"Changsub~ah, ..."

"Kupikir, kehilangan ingatan dan lumpuh seumur hidup sudah sangat menyakitkan. Lalu bagaimana aku bisa bertahan hidup jika kehilangan yang lain?" Changsub, suaranya makin terdengar dalam.

"Berhentilah berpikir seolah kau selamanya korban. Itu tindakan..."

"Pengecut? Ya... Aku mendadak menjadi seorang pengecut yang takut melakukan apa pun. Apa aku salah? Aku bahkan tidak menginginkan ini terjadi padaku."

"Bodoh! Jika kau menyadari itu, mengapa kau tidak bangkit? Seberapa sulit kau memulai lagi? Aku bahkan berada di sini!!" tandas Minhyuk.

"Aku bahkan berada di sini..."

Sebuah kalimat berdengung di telinga Changsub. Ia terkejut dan refleks memundurkan kursi rodanya, menjauh dari Minhyuk. Ritme jantungnya mendadak makin cepat. Kalimat terakhir itu terngiang berkali-kali, membuatnya gugup lantas berkeringat, namun ia masih mendengar celotehan Minhyuk yang panjang.

"Ya, aku tahu, baru saja aku terlalu keras padamu. Aku minta maaf. Tapi itu kulakukan karena aku yakin kau bisa mengulangnya dengan benar. Percayalah, hm?"

"Percayalah, hm?" Lagi, kalimat terakhir Minhyuk menggema ulang di telinganya. Kalimat-kalimat itu seolah menyeret paksa ingatannya ke sebuah sekuen waktu tertentu. Berat, Changsub akhirnya menolak terbawa gema yang sudah seperti panggilan itu.

"Hyung, hentikan. Aku akan melakukannya lagi nanti," ujar Changsub. Ia kalah, memilih menyerah dan mengikuti Minhyuk.

Minhyuk tidak melanjutkan kata-katanya. Laki-laki itu hanya berakhir mencoba memahami perasaan Changsub yang baru saja disinggungnya. Ia beranjak bangkit dari kursi itu, hendak pergi keluar melihat hujan yang berjatuhan menghantam pasir dan debu sejak sore tadi. Ia percaya, aroma hujan bisa menetralkan segala macam pemikiran yang sesak.

Duduk di teras rumah sambil menikmati dinginnya hawa hujan mengingatkan Minhyuk pada kenangan itu: kenangan ia dan Changsub saat masih di panti asuhan. Changsub sering menghampiri Minhyuk yang duduk menyendiri di depan jendela sambil melamunkan sesuatu (entah apa), lalu menyodorkan jaket merah kesukaannya dan mengatakan bahwa laki-laki itu bisa flu karena kebiasaan yang tidak baik ini. Namun hal demikian tak membuat Changsub beranjak meninggalkan Minhyuk sendirian menikmati pemandangan indah tetes hujan yang terhimpun dalam satu genangan kecil linier di hadapan mereka. Changsub ikut duduk di samping Minhyuk dan menikmati ketenangan yang hanya diisi suara hujan.

Mengingat sekilas kenangan belasan tahun lalu, Minhyuk kembali larut dalam penyesalan. Ia telah menjadi orang yang sangat berbeda dan mengabaikan segala hal. Hatinya jauh lebih keras untuk sekedar memahami perasaan orang lain. Hanya ada satu alasan ia rela menerima semua hukuman yang ditimpakan padanya: ia ingin semua kembali seperti sedia kala, meski tak lagi utuh dan harus menanggung pahitnya kenyataan acap kali mengingat hal-hal di masa lalu. Samar, di celah-celah suara hujan yang berisik itu, ia mendengar alunan  dawai biola. Itu... Lee Changsub (?)

Minhyuk terhipnotis. Akhirnya ia mendengar sebuah cerita bernyawa yang tersampaikan lewat alunan nada-nada nyaring menyayat. Itu dia... Itu Lee Changsub!! Batinnya berteriak. Tanpa sadar, ia melangkahkan kakinya mengikuti irama keras lembut yang seolah menuntun untuk kembali pulang dan sampailah ia di sana, di dekat daun pintu kamar Changsub.

"Hyung, apa aku berhasil memulainya lagi?" tanyanya. Ia tahu Minhyuk ada di sana.

Tercekat, Minhyuk tergagap. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun sampai Changsub memutar kursi rodanya dan mereka berhadapan.

"Aku mendapatkannya, feeling yang kau katakan itu. Semakin aku merasakan emosinya, aku semakin masuk dan jatuh lebih dalam. Jariku tidak bisa berhenti, mereka menggila seperti sudah menemukan apa yang dicarinya. Melodi itu membawaku hanyut... Aku ingin mereka membawa memoriku kembali pada waktu sebelum aku kehilangan ingatan, tapi mengapa aku justru menemukan kau di sana, hyung? Kau... Siapa?"

Nb:
Aku berpikir bahwa cerita ini sudah menuju klimaksnya 😂.. so, jangan lewatkan resolusinya di beberapa part selanjutnya ya.. semoga tidak bosan dengan alur yang lambat ini ❤❤
Well, jangan lupa votmen dan kritik sarannya yaa... Luvyu, paiiiii 👋

[2018] THE REASON ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang