Saran:
Dianjurkan membaca kisah ini dari awal sampai akhir sambil mendengarkan instrumen Ballad relaksasi piano/biola*Peniel mengobati kaki Changsub yang terluka. Ia tidak mengatakan apa-apa, demikian juga Changsub yang terus duduk dengan tatapan mata kosong. Mereka masih berada di dalam rumah yang bercahaya remang: benda-benda yang berserakan, kaca pecah, dan noda darah di lantai masih tetap berada di tempatnya, belum terjamah. Beberapa kali Peniel melirik ke arah Changsub, wajah laki-laki itu pucat. Ada sebersit rasa bersalah karena ia datang terlambat dari waktu yang dikatakannya di SMS.
"Hyung, ... Maafkan aku," gumam Peniel. Tapi Changsub tak mengatakan apa pun.
Peniel beringsut pergi setelah sebelumnya menyingkirkan semua benda-benda tajam di dalam kamar Changsub. Ditutupnya pintu kamar itu dan ia membereskan semua kekacauan di rumah Changsub tanpa terkecuali. Laki-laki itu membuka semua tirai yang ditutup, menyapu serpihan kaca yang ada di mana-mana, membereskan semua yang tak berada di tempat seharusnya, dan mengepel lantai yang ternoda darah. Dalam diam, ia melakukan segala sesuatunya dengan cepat. Ia bahkan memanaskan masakan dan mengantarkannya ke kamar Changsub sebelum pergi ke suatu tempat.
"Changsub~hyung... Aku akan pergi sebentar. Istirahatlah, aku nanti kembali."
Ia tidak mendapatkan jawaban. Changsub masih mengunci rapat mulutnya. Peniel kemudian keluar dari rumah Changsub, ia mencari seseorang: mencari seseorang untuk menjadi objek tinjunya. Buru-buru, laki-laki itu dengan langkah cepat mencari ke segala tempat. Gejolak perasaannya menggila, Peniel tak tahan. Kemudian ia menemukan orang itu: tengah duduk di pinggir taman.
"Kemari kau!!!" Peniel mencengkram pakaian seseorang itu dan menyeretnya ke belakang gedung kosong yang tak jauh dari sana.
"Lepas!! Sial!" Laki-laki yang mengikuti Peniel itu memberontak.
Peniel kemudian mendorong laki-laki itu hingga terjerembab ke tanah. Keduanya terpancing emosi. Peniel bahkan siap menyerang dan memukulnya bertubi-tubi setelah sekian tahun menahan semua kemarahannya terhadap laki-laki itu. Tidak ada lagi alasan untuknya bisa tetap bersabar dalam permainan itu.
"Bangun, Lee Minhyuk!! Bahkan sampai sekarang kau masih brengsek!!? Lihat adikmu!! Lihat Changsub sekarang! Aku sudah memperingatkanmu untuk berhenti bersikap tak tahu malu!"
"Aku menyesali itu, Peniel! Aku menyesali semuanya!! Tapi bahkan aku tak punya kesempatan memperbaikinya sekarang! Sial!!" Minhyuk melempar pasir yang digenggamnya saat ia terjerembab ke tanah sebelumnya. Ia marah pada dirinya sendiri.
"Penderitaan semua orang terjadi karenamu! Penyesalanmu bahkan tidak cukup membayar semuanya. Kakakku yang mati karenamu, kedua orangtuamu, dan anak-anak nakal yang selalu mendapat bullying darimu!? Lalu apa sekarang? Hanya aku yang menjaga Lee Changsub? Itu kau! Seharusnya itu kau. Kau harus merasakan kematian setiap hari acap kali ia tak mengingatmu!!"
"Itulah kenapa aku pindah ke rumah itu. Aku ingin melakukannya. Aku tahu benar ini adalah hukuman untukku!!"
"Tidak. Kau belum melakukan apa-apa. Changsub akan terus terpuruk selama kau masih bersikap seperti ini. Semua yang kau katakan hanya ada di mulut tanpa pembuktian!"
Mata Peniel nyalang. Ia tak menemukan penyesalan mendalam di mata Lee Minhyuk. Lalu memori ingatannya terputar pada tahun-tahun itu, saat pertama kali mereka bertemu.
Ketika itu, delapan tahun lalu kira-kira, sahabat kedua orangtua Peniel mengadopsi dua bersaudara yang tinggal di panti asuhan dekat perbatasan kota. Dari sekian banyak anak, hanya mereka berdua yang tumbuh bersama cukup lama. Pertemuan keduanya dan Peniel terjadi saat keluarga mereka mengadakan makan malam bersama. Dari persahabatan kedua orangtua merekalah kemudian ia dan anak-anak adopsi itu berteman. Ia menyukai Lee Changsub dan Lee Minhyuk meski dua orang itu memiliki kepribadian berbeda. Minhyuk yang dikenalnya lebih kasar dan suka bersikap semaunya, sementara Changsub jauh lebih ramah dan ceria. Namun kedekatan mereka menjadi berjarak setelah 4 tahun berlalu dan Lee Minhyuk mengencani kakak kandung Peniel.
"Hyung, kau gila? Kenapa mengencani noonanya Peniel? Kita sudah seperti keluarga sendiri," ujar Lee Changsub.
"Kami berdua sama-sama suka, kenapa tidak?" sahut Minhyuk.
"Tapi Hyung..."
Tiga tahun lalu~
Gadis itu sudah tiga hari berdiam di kamarnya. Minhyuk memutuskan hubungan mereka beberapa hari lalu, tanpa bertemu. Ia berusaha menemui kekasihnya itu di tempat biasa mereka berkencan, tapi sekali pun tak ditemuinya ia. Kemudian secara tak sengaja ia melihat Minhyuk keluar dari sebuah club' bersama beberapa gadis.
"Minhyuk~ah??"
"Oh? Hei... " jawab Minhyuk seadanya. Minhyuk menghampiri gadis itu, dengan wajah ceria.
"Kau... Kenapa... "
"Aku sudah mengatakannya padamu di sns, kupikir aku tidak punya rasa itu lagi. Aku tidak berdebar lagi saat berada di dekatmu. Jadi maaf, kurasa kita harus berada di jalan masing-masing, tapi kita masih bisa berteman seperti biasanya, aku kau Peniel dan Changsub," katanya. Ia pun melambaikan tangan dan kembali ke area club' tanpa memalingkan punggung lagi.
Gadis itu melenggang pergi. Ia tak mengangkat telepon, tak membalas SMS dari siapapun, juga tak berbicara selama berhari-hari. Seluruh keluarganya yang khawatir pun mencari Minhyuk, berharap anak itu bisa setidaknya menenangkan, namun kabar itu datang: Minhyuk pergi, tak ada yang tahu kemana, bahkan keluarganya. Lalu insiden itu terjadi, membuat Peniel mengubah hubungan persahabatan mereka menjadi arena balas dendam. Minhyuklah yang memulai. Minhyuk yang menggambar. Minhyuk bahkan baru menampakkan diri usai tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtua angkat dan ingatan adik kandungnya, Lee Changsub.
Nb:
Jreng jreng... Gimana readers? Di part ini aku sudah buka satu kartu nih wkwkwk..
Semoga kalian tetap sabar menunggu kartu2 lain terbuka ya... Kkkkk gomawo.. jangan lupa votmen ❤❤ saranghaeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
[2018] THE REASON ☑
Fanfiction(Diterbitkan dalam 'INTERLUDE') Indonesia 🏃 English [IND] Lee Changsub, pemuda yang duduk di kursi roda itu, mimpinya menjadi atlet skateboard sudah berakhir. Ia tidak punya alasan untuk bertahan dengan hidupnya yang selalu bergantung pada orang l...