Saran:
Dianjurkan membaca kisah ini dari awal sampai akhir sambil mendengarkan instrumen Ballad relaksasi piano/biola*Changsub mulai mengantuk, namun tiba-tiba alunan dawai yang didengarnya lenyap. Matanya lalu terjaga penuh, kantuknya hilang entah kemana. Ia gagal melakukan apa pun yang diinginkannya, ketidakmampuan itu melilit kehidupannya akhir-akhir ini. Ada kalanya ia ingin bertahan, namun ada saat ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Laki-laki itu bahkan hanya bergantung pada Peniel: ia menjadi seonggok 'parasit'.
Ketika laki-laki itu tengah sibuk membenci dirinya lagi dan lagi, tak sengaja matanya menangkap bayangan tetangga barunya yang keluar dari dalam rumah. Ia pergi ke jalan dan tiba-tiba berbelok menuju pagar rumah Changsub. Ia sempoyongan, laki-laki itu mabuk.
"Apa yang sedang ia lakukan?" gumam Changsub. Ia hendak beranjak turun dari tempat tidurnya: susah payah.
Diraihnya kursi roda yang berdiam setia di samping tempat tidurnya. Ia yakin bahwa dirinya bisa berpindah ke kursi roda itu dengan sedikit usaha lebih keras. Sesekali dilihatnya ke luar jendela, tetangga barunya masih berusaha membuka pagar. Changsub bergegas, dalam beberapa gerakan, ia berhasil memindahkan dirinya sendiri ke atas kursi roda itu.
Ia menggerakkan kursi rodanya menuju pintu utama, cepat. Dan benar, tetangga barunya itu sudah berada di depan pintunya. Ia berhasil membuka pagar rumah Changsub dalam keadaan mabuk dan kini berdiri di depan laki-laki itu dengan wajah sendu, pipinya merah, dan bau alkohol menyeruak di sekitar mereka.
"Oh, tetangga... Kenapa kau ada di sini?" tanya laki-laki mabuk itu. Ia kemudian merangsek mendekati Changsub yang masih terkejut atas kehadiran tetangga barunya larut malam begini.
"Ah, maaf ini rumahku. Anu, masuklah. Kelihatannya kau mabuk," sahut Changsub.
"Kau! Kenapa menyuruh orang asing masuk sembarangan ke dalam rumah, hah? Ibu selalu memukulku saat aku melakukannya. Aku Lee Minhyuk! Lee Minhyuk!! Kau tidak tahu aku? Ini Minhyuk~ie..." katanya melantur.
Changsub tertegun mendengar celotehan Lee Minhyuk yang tengah mabuk. Minhyuk bahkan memegang erat kursi roda miliknya sehingga ia tak bisa pergi ke mana pun. Changsub baik-baik saja, ia hanya berpikir bahwa tetangga barunya ini tidak sedang dalam kondisi baik. Ia bahkan melantur tak jelas, berjalan keluar rumahnya, dan masuk ke rumah orang sembarangan. Seandainya saja di sana bukan Changsub, Minhyuk pasti sudah ditendang keluar.
"Minhyuk~shi, kau adalah tetangga baruku. Kita bukan orang asing. Hanya saja maaf tadi sore aku langsung masuk ke rumah. Aku tak berniat mengabaikanmu. Umm... Bisakah kau melepaskan kursi rodaku? Masuklah, tidak apa-apa," ujar Changsub.
"Hehehe.. kau tumbuh jadi anak baik. Baiklah, aku masuk ya..."
Minhyuk melenggang masuk begitu saja sambil sempoyongan. Changsub memandangi punggung laki-laki itu lalu ia menutup pintu utamanya dan menyusul masuk. Sempat hilang dari pandangannya, ia kemudian menemukan Minhyuk tengah duduk di atas sofa merah maroon yang ada di ruang tamu sambil melihat sebuah pigura kosong.
"Mengapa ini kosong? Kau tidak punya keluarga?" tanya Minhyuk.
"Oh? Itu... Fotonya sudah rusak." Ragu, Changsub menjawab seadanya. Sejujurnya, ia bahkan tidak tahu mengapa tidak ada foto-foto dalam pigura di rumahnya. Ia juga tak pernah menanyakannya pada siapapun termasuk pada Peniel. Perasaannya terlalu sibuk menyalahkan diri sendiri atas ketidakbergunaannya sekarang.
"Fotonya rusak? Semuanya? Ada tujuh pigura kosong... 27, kopi, hitam, skateboard, musik, pelupa."
Changsub mengerutkan keningnya, tak mengerti. Lalu benaknya mendadak memutar memori acak, ia terkejut. Matanya berkunang-kunang, sementara banyak hal yang tiba-tiba saja melintas di pikirannya, abu-abu. Pening, ia merasakan syaraf-syarafnya menegang. Telapak tangannya berkeringat dingin. Minhyuk hanya melihat perubahan air muka Changsub dengan wajah datar.
Dua tahun lalu~
Hanya dua orang selamat dari kecelakaan beruntun itu. Satu orang tersangka penyebab tragedi, dan seorang lagi korban selamat. Mereka berakhir di tempat yang jelas: rumah sakit dan teralis besi.
Seseorang keluar dari ruang dokter. Ia membawa selembar surat keterangan atas nama Lee Changsub. Di kolom paling bawah tertulis 'Amnesia Parsial' dan sebuah tanda tangan penolakan terapi. Ia lantas berjalan santai menuju kamar rawat Lee Changsub sambil merobek kertas di genggamannya dan memasukkannya ke dalam tong sampah.
"Inilah cara paling baik untuk bertanggungjawab, Lee Changsub."
Nb:
Annyeonggggg, masih main gelap-gelapan ya akunya haha...
Well, semoga readers masih bertahan kepo ya di part ketiga ini kkkkkkkk ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[2018] THE REASON ☑
Fanfic(Diterbitkan dalam 'INTERLUDE') Indonesia 🏃 English [IND] Lee Changsub, pemuda yang duduk di kursi roda itu, mimpinya menjadi atlet skateboard sudah berakhir. Ia tidak punya alasan untuk bertahan dengan hidupnya yang selalu bergantung pada orang l...