двадцать, farewell.

1.7K 260 29
                                    

Jisoo menggeleng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo menggeleng.

"Gak setuju ya, Jen!" Ia bersungut kesal. Jisoo membuang napasnya kasar. "Lo tuh terlalu lembek apa gimana?" tanyanya.

Jennie menggeleng lesu, tak tahu harus berbuat apa. "Gue gak tega sama dia, Jis." Jisoo memutar bola matanya mendengar jawaban Jennie. Ini yang bikin dia sebal, Jennie diluar keliatan beringas tapi sebenernya dia punya hati yang gak tegaan.

"Gue gak setuju kalo lo harus baikan, hell yeah, dia enak banget abis nyakitin lo terus minta maaf eh dimaafin," terang Jisoo, "abis itu mungkin dia bikin kesalahan lagi. Kasih pelajaran lah sekali-sekali."

Jennie menghela napas, mengacak rambutnya. "Gue--"

"Jennie, jangan lembek gitu."

Jennie menarik napas dan merebahkan badannya di kasur Jisoo.

"Gue pikir-pikir dulu."

"Hai."

Mina tersenyum saat melihat Hanbin datang. "Lama, ya?" tanya Hanbin ketika ia duduk didepan Mina.

Mina menggeleng.

"Gua mau ngomong sesuatu sama lu, Min." Tatapan Hanbin berubah serius.

"Gua gak akan ikut permainan lo lagi, udah cukup gua brengsek dimata Jennie dan gua akan memperbaiki semuanya."

Mina melebarkan matanya, tetapi cewek manis itu kemudian melebarkan bibirnya.

"Its okay, Bin. Ayo kejar kebahagiaan masing-masing."

"JENNNIEEEEE KANGEN!"

Rose memeluk Jennie begitupun juga Lisa. Jisoo hanya tertawa ketika melihat Jennie yang sesak dipeluk oleh dua orang itu.

Mereka berempat duduk di kafe dan mengobrol. "Gue akan pisah sama Hanbin."

Telak.

Kedua sahabatnya langsung diam, mata mereka memandang Jennie seolah berkata 'serius!?'

Jisoo menunjukkan ekspresi bangga atas keputusan Jennie. Memang seharusnya cowok seperti Hanbin dikasih pelajaran, bukan?

"Gue... mau ngerasain bebas dulu dan istirahat lah, istilahnya. Capek," ucap Jennie. Lisa bisa merasakan bagaimana sedihnya Jennie saat ini.

"Gue mendukung yang terbaik buat lo," ujar Lisa sambil memegang pundak Jennie. Rose juga mengangguk.

"Makasih."

Senyum Hanbin mengembang seiring mendekatnya Jennie kearah dia. Jennie sendiri tidak ada ekspresi yang ia tunjukkan.

"Hai!" sapa Hanbin duluan. Mereka duduk di salah satu kafe dekat kampus.

"Mau minum apaan?"

"Gak usah, Hanbin. Gue mau nyampein sesuatu, tapi tolong jangan potong kalimat gue."

Mata Hanbin menyipit, entah kenapa ia mulai takut dengan kemana arah pembicaraan ini. Tapi, ia tau jika ini yang harus ia terima.

"Ayo jalanin hidup masing-masing, kita butuh ruang. Gue... butuh ruang dari lo, gue gak bisa begini terus."

Hanbin menggeleng. "Gua bebasin lo mau ngapain aja, Jen. Tapi enggak kalo harus pisah," sela Hanbin.

"Gue capek begini terus!"

Mata Hanbin meredup seiring jatuhnya airmata Jennie. Beruntung kafe sedang sepi sehingga Jennie bisa menangis dengan isakan kecil.

"Jangan nangis." Hanbin mengulurkan tangannya mengusap airmata yang jatuh. Bahu Jennie bergetar.

Hatinya sakit ketika melihat cewek yang menjadi rumahnya selama dua tahun belakangan ini menangis. Rasa bersalah menggerogotinya, bagaimana caranya ia menebus semua ini?

Melepaskan Jennie, membiarkannya bahagia.

"Jennie," lirih Hanbin. Kedua tangannya kini sudah menangkup wajah Jennie, sedangkan Jennie masih sesenggukkan. Jujur saja, Hanbin baru ingin memperbaiki kembali apa yang sudah ia hancurkan. Namun, apa yang bisa diperbaiki dari kehancuran?

"Gua bakal ada buat lo, kapan aja. Jangan sungkan kalau mau nginep di apartemen," ucap Hanbin disertai senyuman sendu, "oh iya, piyama kesukaan lo buat gue ya, Jen."

Jennie mendongak menatap Hanbin. "Buat apa?' tanyanya masih dengan airmata yang ada di pelupuk matanya.

"Buat gue peluk kalau kangen lo."

Airmata Jennie turun semakin deras. "Sst udah..." Hanbin menenangkannya, cowok itu bahkan sudah berpindah tempat dan memeluknya. Hanbin mengusap punggungnya, "Jangan nangis kayak begini cuma karna orang sebrengsek gue, Jen."

Hanbin mendekap Jennie ke pelukannya semakin erat. Rasanya berat harus melepaskan Jennie, tetapi ia harus bukan?

Hanbin menutup matanya. "Gue... lepasin lo, Jen."

Dan saat itu juga, airmatanya jatuh.

kill me, heal me.
selesai.




Siapa yang rindu pasangan kucing dan anjing alias jenbin?
gue sekali update langsung di end
gitu ye -_- parah.
draft pamit ini udah lama di rencanain dan endingnya juga kayak begini, karna kayaknya enak di fokusin ke blurb awal.

which one; stay or leave?

pada akhirnya jennie memilih leave kan.

8K readers gue publish sequel yak. selesaiin hey baby dulu.

Kill Me, Heal Me. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang