delapan

1.6K 352 102
                                    

.
.
.

Hyeongseob melangkah ringan ke lantai atas- kamar tidur barunya tanpa Woojin. Setelah makan malam usai lelaki manis itu undur diri lebih cepat dari dua orang lainnya. Ia masih belum bisa berlama-lama ditengah-tengah Woojin dan Haein.

Hyeongseob ingin cepat-cepat beristirahat memulihkan energinya untuk hari esok.

Setelah ritual membersihkan wajah selesai, lelaki berparas manis itu langsung melompat keatas ranjang dinginnya. Mulai sekarang ia harus terbiasa tidur tanpa Woojin disisinya.

Hyeongseob memejamkan netranya, larut dalam pikiran yang entah kemana. Sampai tak menyadari seseorang tengah membaringkan tubuhnya tepat disebelah Hyeongseob.

"Hyeongseob-ah"

Jantungnya berdegup keras, ia hapal betul siapa pemilik suara rendah yang menyerukan namanya sekarang.

"Kenapa disini? kamar kita dibawah sayang"

Tanpa Hyeongseob sadari lengan Woojin sudah melingkar manis diarea pinggang rampingnya. Hyeongseob masih bungkam, apa jika ia berpura-pura tertidur Woojin akan pergi? jika iya akan Hyeongseob lakukan sekarang.

"Kau masih marah, um?"

Woojin menggesekkan hidung bangirnya ditengkuk Hyeongseob. Pria Busan itu tau jika istrinya masih terjaga, perlu diingatkan Hyeongseob adalah pembohong yang buruk.

Woojin sendiri tidak tau jika Hyeongseob mati-matian menahan debaran jantungnya yang menggila saat napas hangatnya menerpa leher putih Hyeongseob.

"Aku tau kau belum tertidur"

Hyeongseob menahan napas.

"Seobie.. aku berani bersumpah, aku benar-benar tidak menyentuhnya. Aku pun tak tau jika ia yang tertidur disisiku"

Hyeongseob menarik napas perlahan.

"Kau, mabuk semalam?"

Lelaki berkulit tan itu semakin menelusupkan wajahnya diperpotongan leher Hyeongseob. Mengendusnya dan sesekali menggesek hidungnya.

"Aku hanya minum beberapa gelas dengan Daniel hyung, lalu pulang dan aku tak ingat apapun lagi setelahnya"

Hyeongseob menggigit bibir. Berusaha mengontrol suaranya agar tidak bergetar.

"Jelas saja kau tidak mengingatnya, kau mabuk"

"Demi tuhan Hyeongseob-ah, setelahnya aku jatuh tertidur"

"Kau bilang tak ingat apapun, lalu sekarang kau bilang tertidur. kau mencoba membohongiku?"

Woojin membuang napas kasar. Entah sekarang Hyeongseobnya sangat sulit untuk diajak bicara secara baik-baik. Woojin hanya ingin istrinya mengerti jika ia memang tidak bersalah.

Tanpa sadar, Woojin sudah berada diatasnya. Mengunci rapat tatapan Hyeongseob dengan tatapan tajam miliknya.

"Aku bertaruh, jika wanita itu tidak akan hamil. Sebab aku memang tak menyentuhnya sedikit pun"

DOWNPOUR ;jinseob + guanseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang