.
.
.Hyeongseob mengerutkan kening saat cahaya menerobos masuk melalui celah jendela. Mengerjap lambat sembari meregangkan otot yang kaku.
Hyeongseob bangkit dengan mata yang enggan terbuka dan bibir yang mengerucut lucu. Sesekali menguap lalu menggaruk rambut hitamnya yang tidak gatal. Pemuda manis tersebut mengedarkan pandangannya, suasana kamar yang ia tempati nampak asing untuknya.
Ini bukan kamarku batinnya.
Hyeongseob melangkahkan kakinya menuju rak buku disudut ruangan, terdapat beberapa pigura yang terpajang apik disana. Hyeongseob kenal betul siapa sosok yang tengah tersenyum lebar dalam foto tersebut.
"Aku pasti mabuk dan Guanlin membawaku ke apartemennya. Kau memang merepotkan Ahn Hyeongseob" Monolognya sembari memukul pelan kepalanya. Setidaknya Guanlin sudah berbaik hati membawanya pulang dan tidak meninggalkannya dirumah makan semalam.
Hyeongseob menelusuri tiap sudut apartemen Guanlin, sembari mencari sosok tinggi itu berada. Langkahnya terhenti begitu mendapati seseorang yang ia cari tengah tertidur nyenyak disofa ruang tamu, meski Hyeongseob yakin Guanlin tak nyaman dalam posisi tidurnya.
"Setidaknya aku harus melakukan sesuatu untuk membalasnya"
Kembali meninggalkan Guanlin yang masih berlayar dalam mimpi indahnya.
Pemuda Taiwan terbangun dari tidur lelapnya saat hidung bangirnya mencium sesuatu yang membuat perutnya bergejolak. Kaki panjangnya membawanya menuju dapur kecil yang sangat jarang ia jamahi, perlu diketahui Guanlin hanya bisa menggunakan kompor untuk memasak ramyeon atau sekedar menggoreng telur.
Mata indahnya menatap punggung sempit yang tengah sibuk dengan wajan hingga tak menyadari keberadaanya. Guanlin tersenyum tipis, jika seperti ini bukan kah mereka berdua terlihat seperti sepasang suami-istri? memikirkannya saja membuat pemuda tampan itu tersenyum cerah.
"Memasak sarapan untukku?"
Hyeongseob berjengit, hampir saja ia melayangkan spatula ke wajah tampan tanpa celah milik pemuda Taiwan.
"Astaga! berhenti muncul tiba-tiba kau mengagetkanku!" Bibir kecilnya kembali mengerucut lucu, jika saja Guanlin tidak menggunakan akal sehatnya ia pastikan bibirnya tengah memakan bibir Hyeongseob dengan rakus.
Guanlin terkikik pelan tanpa sadar tangan besarnya sudah mengusak gemas surai legam sosok kecil dihadapannya.
"Maaf, apa sarapannya sudah siap? aku lapar sekali hanya karena mencium baunya"
Guanlin beranjak duduk, tak lama Hyeongseob datang dengan beberapa hidangan ringan. Keduanya menyantap menu sarapan mereka tanpa bicara, Hyeongseob hanya mendengar beberapa kali Guanlin berseru memuji masakannya.
"Maaf Guanlin-ah karena aku memakai kamarmu, kau harus tidur disofa yang jelas tak nyaman"
Guanlin menggeleng kalem.
"Tidak, mana tega aku membiarkan hyung tidur disofa"
Hyeongseob tersenyum tipis, andai ia bertemu dengan pemuda yang lebih muda dua tahun darinya lebih dulu mungkin saat ini takdirnya tak semenyedihkan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOWNPOUR ;jinseob + guanseob ✔
Fanfic;Stateu 230717-160917 Hyeongseob memintanya menikahi orang lain saat mereka sendiri telah menikah. ©bibirsungwoon2017