tujuh

1.5K 362 81
                                    

.
.
.

sinar matahari mengintip malu-malu dari celah jendela, mengusik lelaki bersurai kelam yang tengah menggulung tubuh kecilnya dengan selimut tebal.

hyeongseob mengerjap, pagi terlalu cepat datang pikirnya. semalam tadi ia pakai untuk menangis, bodoh memang padahal ia jelas tau jika menangis tak akan mengurangi masalahnya.
hyeongseob ingin menganggap hal yang ia alami sebagai mimpi buruknya, namun itu terlalu nyata untuk dianggap sebuah mimpi.

langkah lemasnya menggiring hyeongseob menuju kamar mandi. lelaki manis itu tersenyum kecut melihat pantulan dirinya dicermin.
jika ia jelek begini mungkin woojin tak lagi mencintainya. atau mungkin memang woojin sudah tak mencintainya sekarang?
hyeongseob tertawa hambar.

hyeongseob bergegas membenahi dirinya dan turun kelantai bawah, menyiapkan segala keperluan woojin dan berpura-pura tak terjadi apapun semalam. hanya itu yang dapat hyeongseob pikirkan sekarang.

"selamat pagi"

hyeongseob tersenyum, sementara pengantin baru yang ada dihadapannya tersenyum kaku. woojin menatap wajah istri manisnya yang terlihat segar namun tak dapat menutupi matanya yang terlihat bengkak.

hatinya berdesir sesak. hyeongseob cukup buruk untuk menutupi kesedihannya dari woojin. sebab lelaki itu mengenal bagaimana hyeongseob hingga bagian terkecil.

"seobie- "

"ah sudah lama aku ingin makan sup, kebetulan sekali noona memasak sup. jadi bisakah kita sarapan sekarang? aku lapar"

ia terkikik pelan. woojin menatapnya penuh sesal, hyeongseob baru saja memotong ucapannya.

.
.
.

"sayang-"

"aku harus berangkat sekarang, sampai nanti noona woojinie"

woojin menahan pergelangan tangan hyeongseob. membuat manik jernihnya bertubrukan dengan obsidan kelam woojin.

"kita harus bicara"

hyeongseob menatapnya tanpa takut. woojin benci jika hyeongseob terus menghindarinya seperti sekarang.

"tidak bisa nanti? aku bisa terlambat kau pun juga"

tanpa menjawab, woojin menarik tangan hyeongseob keluar. menjauhi wanita yang tengah memberikan tatapan untuk keduanya.

"masuk. aku akan mengantarmu"

hyeongseob menurut tanpa bersuara.

"bicara sekarang saja, kau bilang ingin bicara kan?"

"kita menepi sebentar, aku tidak mau kehilangan konsentrasi saat menyetir"

hyeongseob menggigit pipi dalamnya. mengapa jadi seperti woojin yang marah? bukankah seharusnya ia yang marah?

apa lagi ini tuhan

seperti ucapan woojin, mereka benar-benar menepi ditaman terdekat. woojin beranjak keluar diikutin dengan hyeongseob dibelakangnya.

"kau dirumah uiwoong semalam?"

hyeongseob mengangguk tanpa bicara.

DOWNPOUR ;jinseob + guanseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang