Chapter 7

6 4 3
                                    

"waktu kecil dulu memang tak terasa waktunya, namun begitu diingat masanya"


--------------------

Talia merebahkan dirinya di tempat tidur king sizenya. Ia sungguh lelah, sangat sangat lelah hari ini. Siapa lagi yang membuat harinya buruk baru-baru ini kalau bukan si Martin itu yang membuatnya bingung. Dia berpikir keras siapa orang yang datang tanpa di undang itu ke dalam kehidupannya dan kehadirannya pun sungguh aneh.


Namun disela pikirannya ia sangat mengantuk dan tak perlu waktu lama Talia untuk tertidur dan mulai memasuki alam mimpinya.

"Liaaaaa.. Hati-hati nanti kamu jatuh pelan-pelan aja main sepedanya" kata seorang anak lelaki kepada teman perempuannya.

"Ihhh kamu kalo nggak bisa ngejar aku nggak usah deh ya mau curangin aku" kata anak perempuan itu.

Brukkkkk..

Awwww..
Talia merasakan sakit di tubuhnya setelah terjatuh dari tempat tidurnya.

"Mimpi apa gue barusan" Talia berucap kepada dirinya sendiri

"Astagaa. Udah jam 7 malam berapa jam gue udah tidur. Ahh badan gue bau gini lagi. Mama mana juga nih nggak bangunin juga"

Talia bangkit dan bergegas menuju kamar mandi.

...

Talia sedang makan malam bersama kedua orang tuanya.

"Talia kamu ingat gak sama sahabat kamu waktu kecil dulu" kata mama Talia yang bernama Riani membuka suara

"Yang mana ma, kan temen aku waktu kecil banyak ada temen dari TK, SD juga" ucapa Talia sambil mengunyah makanannya

"ihhh temen kamu yang sekompleks sama kita dulu waktu di Bandung"

"Emang kenapa sih mah nggk penting juga kan"

"Tadi sore dia datang tau nyariin kamu eh mama ketok-ketok kamar kamu nggk nyahut mama kira tidur yaudah"

"Terus-terus apa ma"

"Ya lain kali aja katanya"

"Emang siapa namanya ma"

"Siapa yaa mama lupa ... Yang Tin tin.. Yaa Martin"

Sontak Talia memjatuhkan sendoknya secara tidak sengaja yang membuat dentingan cukup nyaring. Talia terkejut setengah mati serasa dunia berhenti berputar sekarang. Apakah ini Talia masih bermimpi pikirnya.

"Jadi Martin ituuuu....ahhhhh mamaa aku hampir gila sekarangg" Talia berteriak membuat ayahnya yang bernama Randy yang sedari tadi diam bersuara "Talia kamu ini kenapa ??"

"Heee.. maaf paa" sambil nyengir dan langsung kabur ke kamarnya sedangkan makan malamnya belum ia habiskan.

"Kenapa sih tuh anak??" ucap Riani

"Nurun di kamu sih.. sifat yng nggak jelas gitu" Sahut Randy.

"Apa kamu bilang???"

Seketika mama Talia melotot tajam dan akhirnya papa Talia memutuskan untuk melanjutkan makan karena tak berani lagi melawan tatapan membunuh istrinya.

...

Di kamar, Talia sedang uring-uringan tidak jelas di ranjangnya. Ia tak menyangka kenapa tak pernah memikirkan ini dari awal bahwa Martin itu sahabatnya di waktu kecil.

Iya, Martin yang sering ia panggil Babas waktu kecil. Martin yang selalu  menemaninya bermain dan mengajarkan banyak hal seperti naik sepeda. Talia ingat itu, saat itu ia jatuh dan luka di lutut kaki dan siku tangannya. Ia menangis, namun Babas menggendongnya karena Talia terlalu sakit untuk berjalan.

"Apa dia baru pindah ya dari Bandung, kok tau rumah gue, gue kan nggak pernah ngasih tau, bicara sama dia aja gue nggak mau karena dia itu nyeselin, selalu nyeselin dan nggak pernah berubah hingga sekarang"

Talia memang kesal dengan Martin karena sikapnya yang datang tiba-tiba dan tidak menceritakan yang sebenarnya kepada Talia.

Namun jauh di dalam lubuk hati Talia ia sangat senang bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecilnya dan tidak lupa dengannya malah Talia yang tidak tau menau siapa Martin itu.

"Gue harus minta penjelasan besok dari dia, iyaa haruss!!!"

...

Heyyy gaesss..:)

Sorry banget yaa baru bisa update setelah berbulan bulan lamanya gak muncul.

Aku harap kalian masih setia sama cerita aku dan semoga suka yaa

See you

Never ForgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang