"Tadaima (aku pulang)."
Tidak ada jawaban. Mungkin ibunya sedang keluar sebentar. Kalau sang ayah, memang belum waktunya untuk pulang. Naruto pun masuk ke dalam rumah setelah membuka sepatunya.
Naruto meletakkan tasnya di lantai. Ia pun membanting dirinya ke kasur, membiarkan tubuhnya tengkurap di sana. Beberapa lama kemudian ia membalik badannya hingga terlentang.
Pemuda manis itu mengelap bekas yang ditinggalkan Sasuke di bibirnya dengan kasar. Ia tidak terima ciuman pertamanya diambil begitu saja.
"Kau gila, teme! Aku masih normal, sialan!"
Naruto jadi berkata kasar karena ulah Sasuke. Pemuda pirang itu sebenarnya bukan orang yang mudah berkata kasar, tapi sekarang ia malah melakukannya.
Mata Naruto yang sudah terlalu lelah pun kini terpejam.
.
Naruto merasa terganggu ketika mendengar suara berisik di depan kamarnya. Tidak bisakah mereka membiarkan Naruto tidur dengan tenang hingga esok hari?
"Huh? Apa sih yang dilakukan touchan dan kaachan?"
Naruto dengan malas turun dari atas tempat tidurnya. Ia melangkah ke arah pintu dengan masih terhuyung.
KRIEETT
"Bisakah kalian tidur dengan ten..."
"Otanjoubi omedetou, Naruto." Kushina dan Minato bersamaan.
Naruto mengerjapkan matanya. Ia menatap kue ulang tahun berukuran sedang dengan banyak taburan cokelat bertuliskan 'Happy Birthday Naruto' di atasnya.
"Naruto, cepat make a wish dan tiup lilinnya," ucap Kushina.
Pemuda manis itu mengepalkan kedua tangannya di depan dada dan membuat suatu permintaan. Setelah itu ia langsung menuip semua lilin yang menyalah hingga padam.
"Permintaan macam apa sampai membuatmu tersenyum seperti itu, Naru?" Minato meledek.
"Ra-ha-si-a." Lalu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.
Naruto memotong kue dan menyuapinya untuk Minato dan Kushina. Kini mereka sudah tidak berada di depan kamar Naruto lagi, melainkan berada di ruang keluarga.
Minato melirik istrinya seperti memberi kode akan sesuatu. Kushina yang menangkap kode tersebut pun menghela nafas pelan.
"Naruto..."
"Ya, kaachan?"
"Kau sudah besar, nak." Kushina tersenyum. "Ada suatu hal yang harus kami beritahukan kepadamu," ujar sang ibu.
Naruto mengangkat sebelah alisnya, "Apa itu, kaachan?"
Sekali lagi Kushina menatap sang suami di sampingnya, kemudian kembali menatap putranya.
"Apa kau mengingat kalau kaachan pernah mengatakan padamu kalau kaachan berasal dari bangsa elf?"
Deg
Naruto mengingat mimpinya. Jadi itu bukan mimpi, melainkan adalah ingatan Naruto yang sudah lama terpendam.
"Aku tidak ingat," ucap pemuda manis itu. Ia tidak sepenuhnya berbohong karena ia lupa sebagian besar ingatan tentang hal itu.
Kushina pun mulai menjelaskan pada Naruto jika dirinya adalah ketutunan bangsa elf yang tinggal di tengah-tengah manusia. Mereka menyatu dengan kehidupan manusia di sekitar mereka. Tidak seperti di dongeng, elf memiliki umur yang seperti manusia. Bedanya hanya mereka adalah makhluk yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi. Namun, karena perkembangan zaman dan berlalunya waktu, para elf sudah tidak menggunakan kekuatannya. Hampir tidak bisa dibedakan antara manusia dan elf itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Kiss
FanfictionNamikaze Naruto, seorang pemuda yang biasa saja. Pada suatu hari ia mengetahui sebuah fakta mengejutkan yang tidak pernah ia duga. Fakta tersebut membuatnya terikat dengan seseorang yang tidak ia suka. . . . Beberapa cerita akan saya private k...