05

9.7K 1.1K 81
                                    

Sasuke melepaskan ciumannya dari pemuda pirang yang sedang bersandar pada loker sepatu. Ia mengelap saliva pada bibir pemuda itu dengan jarinya.

"Sudah, kan? Aku akan langsung pulang."

Sebelum Naruto bersuara, Sasuke sudah terlebih dulu pergi dari hadapannya. Ini sudah hari ke-tiga si raven bertingkah seolah menjauh darinya. Naruto tidak ingat jika ia pernah berbuat salah pada Sasuke. Namun, walaupun pemilik onyx itu menjauh, ia tidak melupakan tugasnya untuk menghilangkan sesak nafas Naruto.

Naruto tersadar dari lamunannya saat ponselnya bergetar. Ah, ada pesan masuk.

'Besok mau ikut bertanding dengan senpai di klub volley, tidak?' Begitulah pesannya.

Naruto pun mengetikan balasan menyetujui rencana tersebut. Toh, ia menyukai jenis olahraga itu dan kebetulan memang bagian dari klub volley, jadi tak masalah menurutnya untuk ikut bertanding.

Saat memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, Naruto melihat lelaki bersurai coklat yang sedang berganti sepatu dengan jarak beberapa loker setelahnya. Dia adalah Kiba, murid kelas sebelah yang akhir-akhir ini dekat dengan sahabatnya.

"Yo," tegur Naruto.

Kiba menoleh, "Kau belum pulang, Naruto?"

Naruto menggeleng, "Aku baru saja mau pulang."

"Mau pulang bersama? Kita searah sampai pertigaan komplek, kan?"

Naruto mengernyit. Dari mana Kiba tahu jika jalan pulang dirinya lewat sana?

"Kau tahu?"

Kiba menutup lokernya setelah ia berganti sepatu. Ia menatap iris biru itu dan berkata, "Shikamaru pernah bercerita padaku."

Naruto mengangguk mengerti. Ia menatap sepatunya dan baru sadar jika ia belum berganti. Pemuda bersurai pirang itu pun segera mengganti sepatunya dengan yang di dalam loker.

"Akhir-akhir ini kalian dekat, ya?" Kiba membuka percakapan saat sudah beberapa meter dari gerbang sekolah mereka.

Naruto hanya menatap pemuda itu dan tersenyum tanpa arti. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh orang di sampingnya.

"Apa kalian... ada hubungan?"

"Hah?" Naruto membelalakkan matanya mendengar celetukan Kiba.

Beberapa detik Kiba menatap Naruto. "Tidak, tidak. Lupakan," ucapnya kemudian tertawa.

"Bukankah kau juga sedang dekat dengan temanku, eh? Shikamaru, benar kan?" cicit Naruto dan sukses membuat Kiba berhenti tertawa.

Kiba berdehem untuk menormalkan suaranya. "Oh... itu bukan seperti yang kau pikirkan,"

"Bukan seperti... Ah, aku akan lewat sini," Naruto menunjuk gang di sebelah kanannya.

"Baiklah, sampai jumpa lagi," Kiba melambaikan tangannya.

Sesampainya di rumah, Naruto melepaskan sepatunya dan berniat untuk langsung masuk ke kamar. Namun ketika pemuda pirang itu melewati dapur, tercium aroma yang sangat menggugah selera.

"Kaachan, masak apa? Baunya harum sekali," ucapnya sambil mengendusi aroma yang ada di dapur.

"Ini kaachan sedang belajar membuat masakan ala Indonesia. Hmm....mereka menyebutnya 'Rendang'. Teman kaachan memberikan resep beserta bumbunya, jadi langsung kaachan coba," jelas sang ibu yang sedang mencicip masakannya.

Kushina mengarahkan sendok ke mulut putranya. Mengerti maksud sang ibu, Naruto pun ikut menyicipi masakan tersebut.

"Hmm...enak," ujarnya.

Cursed KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang