07

9.6K 1.1K 70
                                    

Naruto sudah bertekad akan mengikuti pertandingan voli. Ia tahu jika Sasuke tidak mengizinkannya untuk pergi, namun ia tetap pada pendiriannya.

"Kau tidak bersama dengan Uchiha-sama, huh?"

Mengerti siapa yang dimaksud oleh Shikamaru, Naruto hanya menghela nafas. Ia menatap minumannya yang sejak tadi diaduk.

"Nee, apa kau keberatan untuk ikut pertandingan minggu depan?" tanya Shikamaru lagi. Ia menyadari gelagat sahabatnya yang tidak biasa.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya sedang pusing saja," jawab Naruto dengan memperlihatkan senyumannya.

"Kau sakit?"

Pemuda pirang itu menggeleng. "Hanya sedikit lelah dengan tugas kemarin," jelasnya.

Shikamaru mengangguk saja. Ia memang mengakui jika tugas dari guru sosial kemarin cukup melelahkan. Mereka harus survei sana-sini tentang kriminalisasi.

"Lalu kenapa kau tidak bersama dengan Sasuke?" Pemuda dengan rambut seperti nanas itu bertanya lagi.

"Kau mengusirku?" Naruto cemberut mendengar pertanyaan sahabatnya yang seakan menyuruhnya untuk pergi.

"Aku hanya bertanya, baka."

"Hmm... Kupikir kau mengusirku," gumam Naruto sebelum menyedot minumannya.

Naruto merenung memikirkan perkataan Shikamaru, ada benarnya juga. Biasanya ia akan makan siang bersama si raven. Tapi sekarang Sasuke memintanya untuk makan siang sendiri saja untuk beberapa hari ini. Apa ia marah?

"Sudahlah, jangan mengehela nafas terus. Nanti umurmu berkurang." Shikamaru memecah lamunan sahabatnya dengan kalimat yang membuat merinding.

"He... hei! Jangan bilang begitu Shikamaru!"

"Itu katanya. Aku hanya menyampaikan apa yang kudengar," katanya dengan acuh.

"Ck! Mitos."

.

.

.

Di belakang sekolah terlihat seorang pemuda berambut pirang yang mengendap-endap. Ia pun bersandar pada tembok.

"Haahhh... sial!"

Pemuda itu memegangi dadanya. Nafasnya terlihat tak beraturan.

"Naruto!"

Seseorang yang ia panggil pun akhirnya datang. Naruto tersenyum dalam sesaknya nafas. Untung Sasuke datang dengan tepat waktu.

Sasuke pun dengan sigap memberikan penangkal dari sesak nafas tersebut. Ya, hanya dialah yang bisa melakukannya.

"Mmnnhh..."

"Sudah tidak sesak, kan?" tanya Sasuke dengan lembut.

Naruto menganggukkan kepalanya. "Ya, sudah tidak kok."

"Kalau begitu aku akan kembali ke kelas. Jyaa, Naruto." Pemuda bersurai hitam itu pun berniat pergi jika saja Naruto tidak menahan tangannya.

"Apa kau marah?" tanya Naruto dengan ragu.

"Huh?" Sasuke mengernyit bingung dengan pertanyaan pemuda yang memegangi tangannya itu.

"Kau marah, kan?" desak Naruto dengan wajah bersalahnya.

Drrrtttttt Drrrtttttt Drrrtttttt

Drrrtttttt Drrrtttttt Drrrtttttt

Naruto melepaskan pegangannya dari Sasuke. Ia membiarkan pemuda itu mengangkat teleponnya. Sasuke pun segera mengangkat panggilan tesebut dan mendengarkan orang di seberang sana.

Cursed KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang