Romeo POV
Di parkiran aku sedang menunggu driver ku yang katanya ingin ke toilet. Aku memainkan smartphone, kegiatanku memang itu-itu saja, dan kegiatan rutin itu sungguh menyita waktu sekaligus semua pikiranku. Aku menghela napas kemudian meletakkan benda yang aku pegang sedari tadi di sebelahku. Aku mencari-cari driver-ku yang tidak kunjung kembali, padahal dia harus mengantarkanku ke kantor lagi.
Aku melihat dari balik kaca mobil yang gelap, ada seorang wanita yang sedang menggendong anaknya yang tertidur pulas. Dia begitu kerepotan membawa sekantong besar belanjaannya sambil tangan yang satunya memeluk anaknya. Tiba-tiba tubuhnya oleng, aku memperhatikan kalau hak tingginya patah sebelah. Tanpa menunduk, ia melepas sepatunya dengan bantuan kaki-kakinya, ia takut membangunkan anak di gendongannya.
Lampu mobil berkedip, wanita itu menidurkan anaknya di jok depan. Melempar barang belanjaannya ke jok belakang dan wanita itu kembali memungut sepatu yang ia tinggalkan tadi. Ketika aku lihat lebih seksama, aku seperti mengenalinya. Butuh waktu beberapa detik untuk mengingat kembali wajah Kalla Rei.
Benar, dia Kalla, wanita yang membuatku bangkrut.
Aku mengamati mobilnya yang menghilang. Aku menemukan Kalla Rei dalam keadaan yang sudah berkeluarga. Aku yakin itu anaknya. Bodoh sekali suaminya yang membiarkan istrinya melakukan pekerjaan yang bisa saja membahayakan anaknya. Untung saja tadi dia tidak kehilangan keseimbangannya. Dan mengapa aku mempedulikannya. Dia sudah menjadi masa lalu.
"Maaf Tuan, Lama." Driver-ku sudah kembali.
"Hmn." Aku kembali menenangkan pikiranku.
Mobil berjalan dan aku kembali melihat Kalla yang sedang masuk ke toko buah-buahan pinggir jalan dengan senyum ceria. Setelah sekian tahun, aku berharap kalau Kalla menjadi buruk rupa sehingga aku tidak akan menyesal telah mencampakkannya. Akan tetapi ketika aku melihatnya hari ini, dia malah terlihat lebih baik dari beberapa tahun yang lalu.
Hei, kenapa aku harus peduli dengan orang yang sudah membuatku malu? Ini adalah suatu kesalahan. Ini tidak seharusnya terjadi.
Flashback on
"Kamu senang?"
"Aku lebih senang lagi kalau kita bisa bersama-sama selamanya." Kalla memelukku erat.
Aku mencium aroma rambutnya yang wangi sekali. Aku mengajak Kalla singgah di villa-ku untuk waktu dua hari. Selama dua hari itu kami melakukan berbagai macam hal yang menyenangkan. Kami berenang, memasak bersama, menonton tv, jalan-jalan, memancing, dan bercinta.
"Aku mencintaimu, Kalla."
"Aku juga. Aku sangat mencintaimu, Romeo."
"Seharusnya namamu Juliet agar kita menjadi pasangan serasi." Kalla terkikik geli dan mencubit lenganku.
"Aku tidak mau mati sebelum kita memiliki anak dan cucu."
"Kadang kau ini pintar."
"Aku memang pintar, buktinya sebentar lagi aku akan diwisuda, kamu kapan?"
"Jangan menanyakan hal itu, aku sangat menikmati masa-masa remajaku."
"Ah, sayang sekali, padahal aku ingin lulus di waktu yang sama denganmu. Ternyata kau itu bodoh, ya?" Kalla mengejekku dengan kerlingan jahilnya.
"Aku tidak bodoh, Kalla. Sungguh aku tidak bodoh."
"Mau sampai kapan kau menyelesaikan pendidikanmu? Lima tahun lagi?"
"Kau melukai harga diriku." Aku mendengus kesal. Hamper semua orang yang dekat denganku akan mencemoohku mengenai tingkat kebodohanku dalam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby
RomanceKalla tidak pernah tahu kalau selama ini Romeo hanya berpura-pura mencintainya. Ketika perasaan Kalla ternyata bertepuk sebelah tangan, ia memutuskan untuk berhenti dan memilih merasakan sendiri rasa sakitnya. Cinta kini sudah berubah menjadi benci...