Im Youngmin bukanlah seseorang yang memiliki keistimewaan seperti indra keenam ataupun kemampuan untuk membaca pikiran orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang sedang menjalani tahun terakhirnya sebagai murid SMA di sekolah yang biasa pula.
Namun entah bagaimana, intuisi Youngmin selalu bekerja dengan tajam jika sudah berhubungan dengan Jung Sewoon, adik kelas sekaligus salah satu sahabat karibnya di sekolah. Bahkan saking akuratnya intuisi tersebut, kadang kala Youngmin sampai merasa takut dengan dirinya sendiri.
Seingat Youngmin, semuanya bermula ketika mereka menginjak tahun ajaran baru pada bulan Maret silam. Padahal biasanya lelaki itu lebih sering bepergian ke sekolah dengan menggunakan transportasi bus umum, namun entah mengapa insting Youngmin tiba-tiba mendorongnya untuk mengeluarkan sepeda dari garasi rumah. Selain karena jarak antara kediamannya dengan sekolah yang bisa dibilang tidak begitu jauh, Youngmin bangun tidur lebih awal khusus pada pagi itu sehingga memungkinkannya untuk berangkat lebih cepat pula.
'Ku rasa tidak ada salahnya membawa sepeda ini ke sekolah sesekali. Anggap saja ini salah satu bentuk olahraga pagi, hitung-hitung untuk membakar kalori,' batinnya seraya mengayuh kendaraan roda dua tadi mengarungi aspal kelabu.
Di tengah-tengah perjalanan, dari jauh Youngmin dapat melihat seseorang dengan seragam sekolah yang sama seperti yang dia kenakan tengah berjalan kaki di pinggir trotoar. Dilandasi rasa ingin tahu akan identitas dari murid tersebut, Youngmin mempercepat lajunya hingga dia berada sejajar dengan si pejalan kaki.
Menyadari adanya bunyi gowesan dari arah samping, pemuda tadi menoleh dan bertemu pandang dengan Youngmin. Sepertinya dia mengenali sang penyandang marga Im, karena yang diperbuat selanjutnya ialah menghentikan langkah lalu membungkuk hormat.
"안녕하세요, 영민 선배님."
(Halo, Youngmin sunbaenim.)Demikianlah bunyi sapaan sopan dari siswa yang ternyata merupakan junior Youngmin. Dikarenakan posisinya yang masih berada di atas sepeda, Youngmin hanya bisa membungkukkan badannya sedikit sebagai bentuk balasan.
"Halo, selamat pagi." Tanpa sadar, si yang lebih tua menatap lawan bicaranya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kelihatannya kita berasal dari sekolah yang sama, kau tidak mau ikut denganku? Akan ku boncengi sampai ke sana."
Sebagai bentuk kesungkanan, sang adik kelas sampai melambai-lambaikan tangan supaya Youngmin tidak usah menghiraukannya."TiㅡTidak perlu, sunbaenim. Saya sudah terbiasa berjalan kaki begini untuk pulang-pergi. Toh gedung sekolah berjarak tidak jauh lagi dari sini."
"Sudah, tidak apa-apa. Naiklah." Youngmin mengedikkan kepala sembari menepuk-nepuk jok belakang sepedanya, mengisyaratkan anak itu untuk duduk di sana.
"Tapi sunbaenimㅡ"
"Kalau kau merasa tidak enak hati, anggap saja ini sebagai bentuk utang budi dan kau bisa membalasnya di lain kesempatan supaya impas. Bagaimana?"
Sekilas dapat Youngmin lihat sorot netra si junior masih meragu, namun detik berikutnya pemuda tadi membetulkan letak ransel di punggungnya sebelum mendudukkan diri di jok belakang sepeda.
"Nah, begitu. Sekarang kita berangkat~!" Youngmin kembali mengarahkan pandangannya ke jalanan di depan kemudian melanjutkan aktivitas mengayuh sepeda yang semula sempat terhenti.
Di sepanjang perjalanan, sempat terjadi keheningan selama beberapa saat karena tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Youngmin tidak ingin memaksa siswa di belakangnya jika memang dia tidak ingin membuat percakapan, barangkali anak itu lebih senang mengamati panorama di sekitar atau menikmati semilir angin nan berembus.
Kebungkaman pun akhirnya dipecahkan oleh sang penumpang tatkala dia membuka suara, "Maaf kalau saya telah merepotkan sunbaenim..."
"Sekali lagi kau berkata begitu, aku bersumpah akan menggulingkanmu hingga jatuh dari sepeda ini," balas Youngmin sambil tertawa. Meski terdengar kasar, tetapi yang barusan ialah suatu bentuk candaan darinya guna mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑ Intuisi⚫pacaponyo
Fanfiction❗Alternate Ending = Private❗ Im Youngmin bukanlah seseorang yang memiliki keistimewaan seperti indra keenam ataupun kemampuan untuk membaca pikiran orang lain. Namun entah bagaimana, intuisi Youngmin selalu bekerja dengan tajam jika sudah berhubunga...