Sejeong yakin. Kali ini saatnya untuk melupakan. Saatnya baginya untuk move on. Karena tetap mempertahankan perasaan padahal sebenarnya dia tak akan mungkin bisa membalasnya, adalah hal yang sia-sia. Sudah cukup Sejeong bergerumul dengan takdir yang keji dan fakta yang menyakitkan. Sudah cukul ia bergelut dengan kebodohan yang tiada akhir, walaupun menyukainya juga bukanlah kesalahan yang fatal.
Masa study-tour harusnya menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu oleh Sejeong. Namun kali ini berbeda. Moodnya jadi hancur sejak hari itu. Walaupun sekarang sudah agak baikan, namun ide untuk menghabiskan sebagian waktunya bersama teman-teman sekelas sekarang tidak menjadi sesuatu yang begitu membahagiakan.
Jelas saja, Sejeong jadi benci melihat hal yang begitu mesra, sekecil apapun itu.
Perjalanan di bis telah memakan waktu cukup banyak, menguras tenaga para siswa, dan malah berhasil menyakiti hati milik Sejeong.
Entah apa semesta ingin mengujinya dengan mendatangkan cuaca yang begitu dingin mencekam. Seakan menyesuaikan dengan suasana hatinya. Sejeong ingin menangis mengikuti aliran air hujan yang jatuh membasahi bumi. Apalagi Sejeong sedang mendengarkan lagu sedih. Langit seolah-olah sedang mengolok-olok perasaannya saat ini.
Chungha sudah tahu apa yang terjadi. Ia segera menghibur Sejeong. Walau hanya via video call karena mereka berbeda bus, tetap saja Chungha masih mau menemaninya.
Sejeong benci waktu itu. Sebuah situasi yang sama sekali tidak nyaman.
Setelah mengunjungi sebuah museum di kota yang mereka kunjungi kala itu, setelah sesi foto bersama satu kelas yang menyenangkan sekaligus menguras hati, Sejeong berjalan bersama seorang temannya yang bernama Nayoung kembali ke parkiran bus.
Ia tahu, ia sudah bisa mendeteksi kalau saja Seongwoo-Daniel bersama Heehyun-Sana akan menghampiri mereka dan berakhir berjalan bersama-sama ke arah parkiran bus.
Sejak lama, sebenarnya, Seongwoo dan Daniel sudah tak terlalu peduli dengan Sejeong. Tidak tahu apa itu hanya perasaan Sejeong saja atau gimana. Jelas-jelas Sejeong dapat melihat sendiri bahwa seluruh atensi kedua pria itu lebih terfokus ke gadis yang berjalan di sebelahnya--Nayoung. That's not really a big deal, actually. Tak henti-hentinya mereka melemparkan candaan ke Nayoung dan Heehyun serta Sana ikut menanggapi.
Sejeong serasa seperti obat nyamuk saja kalau sudah begini. Tapi mau gimana lagi, masa Sejeong tiba-tiba meninggalkan mereka dengan alasan sedang marah, begitu? Mau ditaruh dimana muka Sejeong di depan Daniel nanti?
Sejeong mencoba untuk bertahan selama mungkin, karena ia sudah biasa diperlakukan seperti ini. Ia tidak mau berharap lebih, seperti ini saja sudah cukup.
Mereka keasyikan mengobrol dan Sejeong keasyikan melihat-lihat pemandangan di sekitarnya sampai akhirnya ia tidak sadar kalau ia malah berjalan beriringan dengan Daniel. Hanya berdua saja. Sejeong memang sengaja mempercepat laju geraknya, jadi ia berjalan lebih jauh daripada teman-temannya di belakang.
Tapi ketahuilah, walau mereka berjalan beriringan berdua, jarak mereka cukup jauh. Namun Sejeong merasa jarak hati mereka makin jauh lagi. Sejeong tentu merasa sakit diperlakukan seperti ini. Apalagi mengetahui kalau mereka berjalan bersama, fakta itu menyakiti Sejeong lebih parah lagi.
Kenyataan itu tak seindah yang diduga. Tentu saja dengan perasaan Sejeong yang langsung kandas setelah kejadian itu. Mereka berpamitan dan saling tersenyum, Sejeong hanya tersenyum ke Heehyun dan Sejeong yakin senyuman Daniel bukan tertuju padanya. Cukup dengan kenyataan itu.
udah mau abis yes