Kala itu sedang pelajaran Pak Teuk. Iya, pelajaran Geografi. Sejeong sih nggak benci-benci amat dengan Geografi, tapi kalau dibilang suka juga nggak. Tapi lumayan lah, nilai dia di Geografi masih tergolong memuaskan.
Jadi, baru saja Pak Teuk mengadakan ulangan Geografi dengan materi tentang benua. Sejeong nggak habis pikir kenapa mereka semua harus menghafal tentang benua dan segala kekarakteristikannya, tapi ia sadar kalau materi itu akan jadi dasar pengetahuan kita sampai besar nanti.
Sejeong sih, sudah belajar sejak semalam. Ia belajar dengan sepenuh hati walau separuh dari waktu belajarnya lebih dipakai untuk bersantai-santai dan ugal-ugalan. Ya, berkat bantuan Chungha juga sih, Sejeong baru bisa paham betul dengan materi ini. Secara, Chungha kan pakarnya IPS. Kalau lagi belajar dan menghafal materinya buat ulangan, pasti totalitas. Sampai buat rangkuman segala dengan tulisan rapih yang dibuat menggunakan pulpen warna warni. Sejeong juga jadi enak kalau ingin meminjam catatannya.
Sekarang mereka sudah selesai ulangan. Sejeong merasa percaya diri dengan jawabannya walaupun beberapa ada yang belum yakin. Maka dari itu selepas ulangannya selesai--dan mumpung jam pelajarannya Pak Teuk belum habis--para murid kelasnya langsung mengerumuni meja guru di depan. Mereka semua sibuk tanya ini-itu sama Pak Teuk, seperti jawaban dari soal-soal tadi yang sempat mereka bingung jawabannya.
Pak Teuk sih, menjawab semua pertanyaan anak-anak sambil senyam-senyum ketawa-tiwi khasnya. Sejeong akhirnya memberanikan diri untuk bertanya satu soal yang sempat ia bingung jawabannya saat mengerjakan ulangan tadi. Agar lebih jelas, ia mendesakkan badannya ke depan agar bisa bertatap muka langsung dengan Pak Teuk yang masih asyik duduk di tempatnya dengan tenang. Sejeong memangku kepalanya sembari mendengarkan pertanyaan dari anak-anak lain terlebih dahulu, sebelum melontarkan pertanyaannya.
Sejeong awalnya nggak sadar, ada seseorang yang berjalan mendekati posisinya sekarang. Dia mendekati Sejeong yang posisinya sedang membelakangi pria itu. Karena Sejeong sedang menunduk, otomatis pria itu mendongak agar bisa mendengar dengan jelas perkataan Pak Teuk. Namun Sejeong bisa merasakan hembusan nafasnya yang turun mengenai helai-helai rambutnya. Sejeong sempat mendongak sedikit untuk melihat siapa pria yang tadi berdiri di sampingnya, dan ternyata, Sejeong tak boleh merasa terkejut karena pria itu adalah Kang Daniel.
Ya, Kang Daniel sekarang berpindah posisi di sampingnya, walau kepalanya juga malah berposisi tepat di atas kepalanya karena ia mendongakkan kepalanya ke dalam. Sejeong tentu langsung merasa mati rasa, seperti biasa. Tapi ia harus ingat posisi dan ingat tempat karena sekarang Daniel ada di sebelahnya dan kemungkinan ketahuan Daniel sangat besar. Jadi Sejeong harus tetap bertingkah senormal mungkin.
Saat Sejeong ingin melontarkan pertanyaannya yang sempat tertunda karena kehadiran cowok itu, lidahnya sempat kelu. Walau akhirnya ia berhasil menanyakan apa yang sempat mengganjal di pikirannya sedari tadi.
Pak Teuk menyatakan jawabannya dengan tenang. Beberapa murid yang merasa jawabannya benar di soal itu tentu bersorak riang. Sejeong juga. Ia langsung senang mendengar jawaban itu. Saking senangnya, tanpa sadar ia bangun dari posisinya yang duduk dan kepalanya malah menghantam kepala seseorang yang berada di dekatnya.
"Aw!" Mereka berteriak secara bersamaan. Keduanya mengelus kepala masing-masing. Saat Sejeong melihat siapa pemilik kepala yang ia hantam dengan tak sengaja tadi, Sejeong kaget bukan main.
Pemilik kepalanya tentu saja adalah Kang Daniel, pria yang sempat memosisikan kepalanya di atas kepala Sejeong. Sejeong kepalang malu, langsung kabur begitu melihat wajahnya yang meringis kecil karena kesakitan, tanpa meminta maaf terlebih dahulu.
Sejeong mengundurkan dirinya dari kerumunan anak-anak yang masih asyik bertanya-tanya ke Pak Teuk. Sejeong melihat ke sekitarnya, dan ia bersyukur tak ada yang menyadari bahwa barusan saja, kepalanya terhantam dengan kepalanya Daniel. Sejeong merasa bersalah, namun ia tak memungkiri bahwa ia merasa sedikit senang. Dia baru saja melakukan skinship dengan Daniel walau tidak sengaja! Sejeong tahu itu benar-benar bodoh namun ia tak sabar menceritakannya ke Minkyung dan Chungha nanti setelah kelas Pak Teuk selesai.
Sejeong berjalan kembali ke kerumunan, walaupun tak sampai melesakkan dirinya dalam-dalam--hanya mengintip dari jauh. Ia juga sempat melirik Daniel yang nyatanya sudah bertingkah biasa-biasa saja, seakan barusan nggak terjadi apa-apa. Sejeong merasa lega, setidaknya pria itu nggak bakal meminta pertanggungjawaban atau apalah itu mengenai kepalanya yang terbentur.
Baru saja ia mau mendengar lagi beberapa jawaban yang diberikan Pak Teuk, temannya Hayoung tiba-tiba menepuk pundaknya. Sejeong menoleh, menatap wajah Hayoung yang datar namun tersirat sesuatu yang mengkhawatirkan. Hayoung lantas tersenyum lalu menyikut lengannya, sebelum akhirnya bilang;
"Tadi barusan kepala kamu tabrakan sama kepalanya Daniel, ya..." tanya Hayoung dengan seringai jenakanya. Sejeong panik bukan main, walaupun nggak parah-parah banget karena Hayoung adalah salah satu dari teman-teman yang mengetahui rahasianya itu. Sejeong bersyukur hanya Hayoung yang mengetahuinya, bukan anak-anak yang lain.
Sejeong mengangguk lesu, seperti baru saja ketahuan berbuat kesalahan. Hayoung langsung saja berbisik menggodanya.
"Cie..." Hayoung terkikik kecil. Gantian Sejeong yang menyikutnya kasar.
"Jangan bilang siapa-siapa!"
Hayoung yang mendengarnya langsung melakukan gestur hormat sambil tersenyum nakal sebelum kembali ke kegiatannya tadi, mengerumuni meja pak Teuk.
Sejeong mendesah pelan.
Kebetulan nggak sengaja yang membahagiakan sekaligus meresahkan. Huft.