Chapt 5. Titik Lemah

1.8K 100 3
                                    

°● Happy Reading ●°

.
.

Semalam dirinya berakhir menginap dirumah Wulan dan tertidur dikamar Diky, pagi ini gadis itu melangkah pelan menuju kekasihnya. Menguatkan diri agar tidak menangis saat bertemu kekasihnya nanti. Sesampainya didepan kekasihnya itu, Key menatap nanar, tulang-tulang ditubuhnya seakan melemah membuatnya ambruk disamping gundukan tanah yang penuh dengan bunga yang masih segar. Ia mengulurkan tangan kanannya, dengan bergetar, mengusap lembut nisan yang bertuliskan "Diky putra Arsalaan" orang yang sejak SD kelas 1 menjadi sahabatnya dan 3 tahun lalu menjadi kekasihnya. Namun, sekarang sudah tenang dialam peristirahatan.

Dengan kuat Key menahan isakannya yang kian menjadi. Pandangannya beralih pada pepohonan yang rindang. Tangannya beralih membekap mulutnya sendiri saat dirinya benar-benar tidak kuat menahan ini semua.

Setelah sepersekian menit mencoba menenangkan diri, tatapannya kembali pada makam didepannya. Ia mencoba tersenyum meskipun bulir air mata masih bergelinang di matanya.

"Hai." panggilnya dengan saura serak.

"Udah lama ya ga ketemu."

Tangannya yang bergetar kembali terulur mengusap persinggahan terakhir kekasihnya itu.

"Kamu udah tenang disana hm?" tanyanya lalu kembali berhenti karena lidahnya begitu kelu. Dia menghembuskan nafas kasar lalu menegakkan bahunya kembali. Dia harus kuat didepan kekasihnya, tidak menyedihkan seperti ini.

"Aku masih nunggu kamu Dik, tapi kenapa seperti ini? kamu gapercaya sama aku sampai kamu pergi diem - diem kaya gitu, bahkan,, " tangannya mulai meremas tanah yang masih basah.

"Bahkan sekarang kita udah gabisa ketemu lagi." Key terkekeh bersamaan dengan air mata yang menetes.

'kenapa sesakit ini ya Tuhan' gadis yang kini rapuh itu  menelungkupkan kepalanya diatas tanah. Berharap sedikit ketenangan dengan memeluk kekasihnya itu.

Setelah sekian detik, Key mengangkat wajahnya menghapus air matanya kasar dengan punggung tangannya. Ia tersenyum menatap nisan itu.

"Makasih banyak udah berjuang sehebat ini. Makasih udah bikin aku hidup dengan warna warna yang kamu buat, berkat kamu aku bisa ngerasain kehangatan dalam kelabu dinginku. Mungkin emang sekarang udah waktunya kamu istirahat. Maaf juga mungkin setelah ini aku gabisa jadi orang yang seperti kamu harapkan. Ceria seperti yang aku lakuin pas ada kamu dulu." Key memaksakan senyum dibibirnya lagi, kemudan mengecup singkat nisan itu.

"Aku pamit dulu ya, aku bakal sering samperin kamu kok." diusapnya lembut nisan itu lalu beranjak meninggalkannya. Sebenarnya ingin lebih lama disitu, bercengkrama dengan kekasihnya walaupun hanya keheningan yang akan ia dapatkan. Namun, Key tidak mau jika dia semakin lama disitu akan membuat dirinya semakin menyedihkan dihadapan Diky.

***

Kini Key sudah berada dikamarnya. Tangannya memegang kotak pemberian Diky. Lagi-lagi ia menguatkan hatinya sebelum membuka kotak itu.

Air matanya mengalir bersamaan dengan membuka kotak itu.

"Please stop. jangan lemah kaya gini." lirihnya pada diri sendiri.

dipejamkan matanya sekejap guna menghentikan semua tangis yang menyedihkan menurutnya. Namun Ia tau sebagaimana dia menahan agar tidak menangis, sebagimana dia menguatkan diri. Kenyataannya dirinya sangat lemah, hatinya sungguh terpukul dengan takdir ini.

dihelanya nafas sekali lagi, kemudian mulai membuka kotak itu. Ia mendapati satu kuntum mawar merah yang telah layu, sebuah foto mereka saat bersama, foto saat lelaki itu pendidikan, dan sebuah liontin.

Our Different Heart | Cold Girl [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang