Beberapa bulan telah berlalu setelah pertengkaran itu terjadi, aku semakin merasa terasingkan.
Tak ada lagi ayah yang sehabis pulang kerja ke kamarku. Tak ada lagi bunda yang meninggalkan sticky note untukku.
Seolah hanya ada aku dirumah itu. Aku merasa kesepian, sangat kesepian. Terkadang aku menyayangkan dengan sifat masa kecilku yang jarang atau bahkah hampir tidak pernah bermain dengan teman sebayaku.
Bukan karena tidak ada yang mau berteman denganku. Hanya saja, aku ingin menjadi anak yang baik, anak yang rajin belajar, karena dengan begitu aku pikir ayah dan bunda akan lebih perhatian terhadapku.
Aku ingin mereka bangga kepada ku.
Aku yang kecil selalu berusaha menjadi apa yang mereka inginkan.Namun semuanya sudah berubah. Tak ada lagi kehangatan dalam keluarga kecilku itu. Memang benar, tak ada lagi pertengkaran antara keduanya.
Hanya saja, semua terasa hambar untukku.
***
Aku ingin sekali bertanya saat itu. Tapi aku takut, takut jika pertanyaanku akan membuat pertengkaran mereka terjadi lagi.
Aku pernah melihat mereka berpapasan. Namun hanya keheningan yang terjadi, mereka saling berlalu. Seolah tak pernah melihat satu sama lain. Mereka memasuki kamar yang berbeda, kamar mereka masing-masing.
Menghiraukan aku yang saat itu menatap mereka dengan tatapan sendu.
Ayah, bunda, ada apa dengan kalian?
***
Aku yang sudah mulai bosanpun mencoba untuk mengajak mereka berbicara lagi. Kebetulan saja, saat itu kami semua berada di ruang keluarga.
Ayah dengan korannya dan bunda dengan majalah fashionnya, sedangkan aku hanya menatap kosong tv di depanku.
Mencoba untuk memikirkan cara agar mereka kembali berbicara lagi. Hingga akhirnya akupun berinisiatif dengan menceritakan nilai ujian semesterku yang menjadi nilai terbaik di kelas.
Namun hasilnya mengecewakan.
Dulu biasanya ayah dan bunda begitu senang, antusias dan juga akan menjanjikanku sebuah hadiah. Tapi yang kudapatkan, hanya raut wajah datar dari mereka dan jawaban se-kata dua kata saja.Aku tidak menyerah. Namun yang ku lakukan ternyata sia-sia. Mereka tetap sama, tak ada perubahan sama sekali. Hingga bunda berdiri, pergi menuju ke arah kamarnya.
Aku mulai kesal, ku beranikan diriku untuk bertanya lansung pada ayah, tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Namun dengan datarnya ayah menjawab 'Tak ada apa-apa' lalu pergi meninggalkanku yang termenung sendirian disana.
***
Aku merindukan mereka yang saling memelukku, menenangkanku apabila aku merasa sedih ataupun takut. Aku merindukan mereka yang hangat, bukan dingin sebeku es.
Dimana mereka yang akan memelukku kala aku sedih dan merasa takut? Bukan meninggalkan begitu saja, tanpa tahu betapa sedih dan takutnya aku saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Hati Anak Broken Home | ✔
AcakIni aku, si anak Broken Home, yang terlahir di keluarga yang utuh, namun tumbuh bersama kehancuran.