Jimin terbelalak lebar,
"AYAH ?!."
.
Hanya keheningan yang meliputi, satu orang pria dewasa yang sudah berumur duduk di sofa tunggal dengan dua orang lainnya yang berada di depannya, tampak tertunduk karena aura dominasi dan intimidasi yang terus terpancar dari kedua hazel pria tua yang sedikit berkerut di ujungnya.
Jimin meremas tangannya gugup, kedua matanya sesekali terpejam dan membuka untuk menjalankan otaknya dalam menjelaskan semuanya yang akan ia sebutkan pada sang ayah. Tuan besar Park itu memang tau bahwa anak bungsunya ini adalah seorang gay, tapi seumur hidup Jimin, ia tak pernah tertangkap basah dalam posisi memalukan seperti ini di depan ayahnya.
Jungkook juga tak jauh beda, diam tak berkutik, tidak tau harus mulai darimana untuk berucap sebab sedari tadi ia hanya mendapati pandangan menusuk yang nyaris membuat kedua kaki Jungkook melemah. Jungkook adalah pria datar dan dingin dengan berkedok siswa pintar, ia diandalkan oleh banyak orang dalam kegeniusannya dan ditakuti karena sikapnya yang seakan bisa meremukkan tubuh seseorang dalam sekali serang. Jungkook adalah orang yang tak pernah mau ambil pusing dan hanya mementingkan dirinya sendiri, bahkan ia tak akan rela menundukkan kepalanya di depan orang lain, karena Jungkook tidak ingin dipandang lemah.
Tapi, sekarang suasananya berbeda. Di depannya saat ini adalah ayah dari Park Jimin, orang yang ia puja dan kasihi, orang yang akan Jungkook perjuangkan sampai akhir, tapi sial sekali, kenapa ayahnya Jimin harus datang diwaktu yang tidak tepat seperti ini, sih ?.
"Jadi kau yang namanya Jeon Jungkook ?." Adalah kalimat terpanjang dari pria tua itu setelah sedari tadi mereka hanya diam. Jungkook perlahan mendongak, berusaha mengontrol kegugupannya untuk mengangguk singkat, mengundang kekehan mengerikan dari si tuan Park dengan pandangan remeh andalannya.
"Ternyata asistenku sangat bisa diandalkan untuk mengawasimu, Jimin. Dia juga memberiku informasi bahwa anakku yang tak berguna ini sekarang tengah menjalin hubungan dengan teman sekamarnya yang bernama Jeon Jungkook-" Tuan Park terhenti sebentar, menghela napas kuat dalam himpitan yang terasa di dadanya, masih merasa kaget akibat apa yang anaknya lakukan tadi. "-Ternyata kau tidak berubah juga ya. Kau malah terlihat semakin menjijikkan." Ucapnya dengan nada suara yang naik diakhir, bersamaan dengan geraman yang berusaha ia tahan. Tubuhnya yang masih tampak gagah walau diusia setengah abad pun berusaha ia tegakkan dalam duduknya di sofa empuk itu. Dengusan keluar menyakitkan, seakan semakin membuat Jimin yang terdiam menjadi berjengit dengan kedua mata memerah menahan tangis.
"Anda tidak seharusnya mengatakan hal itu pada anak kandung anda sendiri."
Jimin belum sempat berujar apapun, tapi Jungkook lebih dulu buka suara, nada nya terdengar tegas meski ada keraguan yang sedikit tertinggal. Membuat Jimin menoleh dengan kedua mata membesar. Sadar apa yang Jungkook ucapkan bisa saja memicu emosi ayahnya.
Tuan Park menaikkan sebelah alisnya yang tebal, mematai Jungkook dari ujung kaki hingga ujung kepala sebelum menaikkan kacamatanya yang sedikit turun dari hidung mancungnya. Sedikit kagum pada anak muda satu ini yang berani mengatakan hal itu padanya secara lantang dan jelas.
"Apa pedulimu ?. Dan apa urusanmu mengaturku ?!." Tuan Park membentak, memajukan tubuhnya hingga kepalanya tepat menghadap Jungkook yang memasang ekspresi datar, kedua hazelnya yang bulat terlihat tajam tak gentar meski aura Tuan Park yang suram seakan terus merendahkannya.
"Aku memang tidak mempunyai urusan apapun antara Jimin dengan anda, tapi disini aku hanya ingin mengatakan bahwa anda tidak seharusnya menghakimi Jimin seperti itu-" Jungkook berkata tegas, tak terlihat goyah meski tuan Park kini menggemeretukkan giginya menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Nerd Boy (KookMin) (SUDAH DITERBITKAN)
FanfictionPS: Yang ingin chapter lengkapnya bisa beli pdf nya atau pesan buku nya ke aku ya..thanks^^ Cover by @Clarissimi PRIVATE ACAK Park Jimin, siswa baru yang bersekolah di Bangtan High School yang merupakan salah satu sekolah ternama di Seoul harus bert...