I

97 3 0
                                    

Meskipun telah sekian lama meniti karir di depan publik dan politisi, Maximilien Robespierre masih belum terbiasa —dia takkan pernah terbiasa— dan tak begitu pandai memberi tanggapan terhadap puji-pujian yang dielukan padanya.

Dialah l'incorruptible .

Tak salah Danton menyebutnya sebagai sosok 'berbahaya' karena dia tak menginginkan apapun kecuali utopia masa depan Prancis yang bersih .

Sebutlah ia ekstrimis, radikal, gila. Demi hari yang lebih terang di depan nanti, apa salahnya?

---

"..Seorang Raja harus memerintah, atau mati."

Riuh sorak gembira dan tepukan tangan memenuhi ruangan, sangat meriah, sempat ia membandingkannya dengan deru aliran Seine. Para pendengarnya bangkit dari bangku mereka, penuh suka cita.

Sosok pemuda itu, tak lebih dari 25 tahun, masih bertahan diatas podium. Tatapan mata yang keras dan berkilau dengan asa itu sejenak melembut, mengetahui kepercayaan publik sudah ada dalam genggaman.

Di masa lain hal seperti ini mungkin akan terlihat mengerikan, dimana semua orang hanyut dalam euforia menyambut baik usulan untuk memisahkan kepala seseorang dari tubuhnya. Tumpahan darah Louis Capet akan menjadi persembahan untuk revolusi, sesuai dengan apa yang telah lama ia prediksi.

Ia menyibak helai rambut yang jatuh menutupi penglihatannya. Sembari melakukan itu, anting yang ia kenakan menyentuh dingin di tengkuk. Setelah menarik napas, ia dapat memindai seisi ruangan jauh lebih jelas.

Begitu ia menemukan sepasang manik hijau kelabu yang familiar yang berkilau cemerlang padanya, ia tak bisa membantah rasa bangga yang datang menghantam di dada.

Dia telah mendapat pengakuan, dia menganggap ini salah satu kemajuan besar dalam hidup.

---

Matahari merangkak perlahan tapi pasti dari ufuk timur. Terkadang ia membayangkan jika udara yang ia hirup pagi ini bercampur dengan anyir darah, dan terkadang ia menahan diri untuk tidak memuntahkan sarapannya.

Seorang lelaki dengan wig berkilau putih keemasan tengah melempar remahan roti dan langsung dikelilingi gerombolan merpati saat sosok Eléonore Duplay, dengan wajah tersipu, menyampaikan seseorang ingin menemui dirinya.

Robespierre tidak mengingat jika ia membuat janji bertemu dengan siapapun pagi ini, namun Eléonore Duplay menyebutkan nama Saint-Just. Jika seorang Saint-Just datang tiba-tiba kepadanya, pastilah ia memiliki sesuatu yang penting untuk disampaikan.

Sosok pemuda dengan pembawaan militer itu muncul dengan sebuket mawar, bak pengantin pria yang kabur dari upacara pernikahannya. Ia menyodorkannya pada Robespierre.

Lelaki yang lebih tua menerima bunga-bunga itu sambil tersenyum. Mereka berjabat tangan, dan Robespierre bertanya jika Saint-Just tidak keberatan menunggunya melemparkan serpihan roti terakhir pada binatang-binatang bersayap itu.

Saint-Just mengangguk, mengetahui hal itu takkan memakan waktu lama.
Robespierre tertawa kecil saat seekor merpati kelaparan menerjang pemuda itu, mengacaukan susunan rambut gelapnya yang telah tersisir rapi sebelumnya. Saint-Just ikut tersenyum.

Hearts of the TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang