Epilog

29 4 0
                                        

    Tidak ada yang mampu menyebut namamu tanpa menyertakan dengus jijik-- bila pun ada, mereka hanya mampu menyebutmu sebagai sosok malang yang hidup di waktu yang salah, dan tempat yang salah. Maka tak seorang pun pantas mengenangmu. Tapi semua ini memang diperlukan, ya?

Antoine Saint-Just sudah mampu mengabaikan hilir angin yang terus menerus mengacak rambut gelapnya, menutupi pandangannya ke cakrawala biru muda yang seolah tak pernah merasakan malam. Ia tahu yang dilakukannya adalah 'menunggu' namun ia tak tahu apa yang ia tunggu. Padang rumput dibelakangnya terus menyanyikan nina-bobo, tapi ia menolak untuk menutup mata.

Segalanya begitu hampa-- dan ia mulai berpikir jika akhir dari kehampaan itulah yang ia tunggu.

Ia memainkan untaian rumput-rumput yang ia duduki dan membuat sebuah kepangan kecil disana. Siapa sangka hal kekanakan itu menimbulkan senyum kecil di wajah bekunya.

"Masih disini!" Terdengar geram kesal dari sebelahnya, pemuda itu mendongak. Sosok gelap menjulang itu seolah berkacak pinggang-- ini lucu karena Saint-Just sendiri tak yakin jika sesuatu yang tak berwujud itu memiliki tubuh sama sekali. Ia bisa mencium aroma bunga-bunga yang membusuk darinya, dan sungguh, ia rela membunuh seseorang jika itu mampu mengusir sosok gelap ini.

"Aku masih menunggu." Balasnya untuk entah keberapa-ratus kali.

"Apapun yang kau tunggu, percayalah, hal itu takkan datang."

"Kau selalu pesimis bukan?"

Respon yang ia dapati hanyalah sekedar gerutu tak bermakna. Antoine Saint-Just kembali mengepangi rumput-rumputnya, hingga terdengar sayup-sayup dari seberang padang rumput.

Antoine Saint-Just tergelak. Ia sangat familiar dengan suara ini. Ia melirik sosok gelap itu dengan sebuah cengir jenaka di wajahnya. Sosok gelap itu, tentu saja tak membalas. Saint-Just bangkit dari duduknya dan berbalik menatap padang rumput yang masih disisir angin, membuatnya bak gelombang berwarna emas.

"Maxime! Maxime!" Panggilnya sembari melompat menerjang rerumputan.

"Antoine?"

Sosok itu tampak kebingungan dan terkejut disaat yang bersamaan. Tapi Antoine Saint-Just dihadapannya tersenyum dan tertawa, ia mengalungkan dirinya pada sosok lelaki yang sedikit lebih kecil darinya itu. Dan ini semua sangatlah nyata.

"Kau disini." Katanya. Sosok dalam pelukannya mengangguk kecil.

"Aku disini." Balasnya.

Penantiannya telah usai.

Hearts of the TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang