Wounds of Life
Warning : AU, OOC, TYPO(S), Yaoi, boyxboy, DON'T LIKE? DON'T READ!
Main cast: Do Kyungsoo dan Park Chanyeol
Chapter 2
.
.
.
Kyungsoo's POV
Berbulan-bulan berlalu, dan aku selalu menangis saat akan tidur di malam hari, teringat akan eomma. Aku percaya ia pergi ke tempat ibunya, eohalmeoni ku. Ia benar-benar kebalikan dari halmeoni. Ia orang yang jahat bagiku, ya walau tak sejahat appa. Tapi hal baiknya, eomma tidak akan mengalami pemukulan lagi oleh appa.
Kemudian di sekolah, segala hal menjadi asing bagiku. Teman-teman di kelas tampak bosan dengan kehadiranku di sini. Ada seorang anak laki-laki yang tak terlalu banyak bicara denganku, tapi kali ini aku mencoba untuk bicara dengannya walau hanya untuk ngobrol sesuatu yang tak penting. Tapi ia kembali mengabaikan kehadiranku. Sampai suatu hari, aku mencoba mentraktir ia dan teman-temannya makan di kantin sekolah. Keesokan harinya ia bersikap baik kepadaku seolah-olah aku ini teman dekat mereka.
Hari-hari selanjutnya, ia dan temannya terus mendekatiku dan membuat ku hampir setiap hari harus membayar makan siang mereka. Awalnya aku agak ragu, tapi situasinya aku membutuhkan teman sekarang ini walau hanya untuk diajak bicara. Jadi aku tidak ingin mereka pergi menjauhiku lagi seperti dulu.
Tetapi akhirnya aku menyadari tabunganku kini terkuras habis. Dan aku memutuskan sepertinya sampai di sini saja. Jika mereka tidak mau berteman denganku karena tidak dapat membayar makan siang mereka lagi, itu tak masalah lagi bagiku. Aku lebih membutuhkan uang itu. Aku butuh uang sebanyak mungkin agar aku bisa pindah dan keluar dari apartemen yang kutinggali sekarang ini.
Sekarang usiaku enam belas tahun dan telah menutup diri dari interaksi sosial dengan siapapun. Aku memang membutuhkan kasih sayang. Tapi sepertinya itu mustahil bagiku. Akan lebih baik jika aku mengubur dalam-dalam pemikiran itu. Di sekolah aku memang bukan siapa-siapa. Tapi untungnya aku bukan termasuk sasaran anak-anak pengganggu di sekolah. Aku terlihat seperti bayangan, orang lain dapat melihatku tapi mereka tak menganggap itu menarik. Itu agak disayangkan karena di sekolah ada beberapa yang mencuri perhatianku. Tapi aku sadar, tak ada yang menarik dariku di mata mereka, jadi aku mengabaikan itu semua.
Ketika aku bilang jika lebih baik aku menutup perasaanku ini, sebenarnya aku tak ingin melakukan hal itu. Karena niatan untuk mendekati orang-orang masih ada dalam pikiran dan hatiku. Tapi asumsi jika mereka akan mengabaikan ku atau bahkan menolak kehadiranku itu semakin membuatku menyadari betapa menyedihkannya hidup seperti ini.
Hidupku telah begitu sulit selama delapan tahun terakhir ini. Aku ingin hal ini segera berakhir secepat mungkin. Tak ada yang menyukaiku dan tak ada yang mau berurusan denganku. Eomma bahkan tidak pernah sekalipun mencoba menghubungiku apalagi mencoba untuk kembali bersamaku. Aku bisa mengerti hal itu karena appa, tapi tetap saja hatiku sakit.
::
::
::
Suatu hari saat lonceng kelas terakhir berbunyi seorang guru menyampaikan pengumuman mendadak."Sekolah kita akan mengadakan perjalanan sekolah minggu depan. Kita akan pergi ke taman konservasi di luar kota selama seminggu. Kalian tidak diwajibkan ikut, tetapi jika kalian ikut berpartisipasi dalam acara ini, kalian akan dapatkan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambahan. " Guru itu mengedipkan sebelah mata saat mengucapkan kalimat terakhirnya itu.
"Tapi untuk ikut dalam kegiatan ini, kalian harus mengisi formulir dengan disertai tanda tangan dari orang tua atau wali." Aku mendesah secara mental mendengat kalimat tersebut. Padahal kegiatan ini dapat memberikanku kesempatan satu minggu penuh terbebas dari yang namanya rumah sekaligus neraka bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounds Of Life
FanfictionKyungsoo adalah namja yang periang sekaligus penyayang. Dia juga orang yang penuh semangat dan antusias dalam hal apapun, tapi semua itu telah berbalik merusak hidupnya. Dia akhirnya menutup rapat emosinya dan membuat dirinya menjauh dari dunia dan...