Chapter 10 - Scars

975 162 10
                                    

Wound Of Life

Warning: AU, OOC, Typo(s), Yaoi, Boyxboy, DON'T LIKE? DON'T READ!

Main cast: Do Kyungsoo dan Park Chanyeol
::
::
Budayakan vote dan comment setelah membaca.
^^

Kyungsoo's POV

Aku mulai mengantuk dan merasa seperti terhanyut ke jurang di saat aku mengoleskan salep antimemar pada luka di punggung Chanyeol. Kelelahan sudah mengambil alih tubuhku sehingga aku tak tahu apa yang dilakukan tanganku pada tubuh indahnya. Kulitnya yang begitu halus dan lembut membuatku sedikit gemetar dibuatnya. Aku juga merasa tubuh Chanyeol ikut bergetar akibat sentuhanku. Segera setelah itu, tanganku bergerak menuju bahunya. Dan sesaat jemariku melayang ke perpotongan leher dan bahunya. Kemudian aku tersadar akan apa yang aku lakukan. Wajahku merah padam, menunjukkan kecemasan tentang apa yang akan ia perbuat akibat tindakan lancangku tadi. Tapi ternyata ia diam, lebih terlihat menikmati. Kurasa ia memang membutuhkan sedikit pijatan di area leher dan bahunya. Aku hanya berharap ia tidak marah dengan apa yang aku lakukan selanjutnya. Aku benar-benar ingin melanjutkan pekerjaanku memijat sekujur tubuh Chanyeol, tapi aku merasa tubuhku sudah diluar batas. Aku kelelahan.

"Terima kasih, Kyung." Chanyeol bicara pelan, memutar tubuhnya menghadapku. Aku diam dan wajahku masih memerah. "Aku mau gosok gigi, buat dirimu nyaman." Dia berkata padaku sambil berdiri dari tempat tidur.

"Apa aku tidur di tempatmu lagi?" Tanyaku gugup.

"Hanya jika kau mau." Dia mengangkat bahu.
"Akan lebih baik jika berdua." Dia menggodaku sebelum pergi menuju kamar mandi. Aku memberinya senyum tanda maaf. Aku kira ia ada benarnya juga. Bagaimana jika teror malamku terjadi lagi dan aku akan membangunkannya lagi. Aku benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi lagi. Lagipula kelihatannya ia juga merasa nyaman saat aku berada dekat dengannya.

Aku memutuskan untuk tidur sebelum Chanyeol kembali dari kamar mandi. Aku meringkuk di bawah selimutnya sambil menghirup aroma tubuhnya yang menempel. Aroma itu tidak biasa untukku, tapi aku menyukainya.

.

Saat pagi tiba aku membuka mata. Sinar matahari mengintip di balik pepohonan dan masuk melalui celah jendela. Aku merangkak keluar dari tempat tidur dan saat aku melakukannya, aku tersadar tubuhku tidak menempel ke tubuh Chanyeol seperti sebelumnya. Kurasa aku terlalu lelah kemarin.

Aku berdiri pelan, berusaha tidak membuat terlalu banyak suara. Hal pertama yang aku lakukan yaitu duduk di tempat tidur kemudian membaca buku. Aku berencana menyelesaikan novel fantasi yang telah aku baca untuk sementara waktu. Tetapi tiba-tiba pikiranku tersadar bahwa hanya tersisa 3 hari dari perkemahan ini. Dan setelah itu aku harus kembali menjadi sasaran tinju Appa.

Hal yang paling aku harapkan saat ini adalah Chanyeol akan terus berteman denganku walaupun kegiatan ini telah selesai. Saat ini dia adalah satu-satunya hal baik yang ada di hidupku. Dia seperti cahaya yang membimbingku melewati terowongan yang gelap dan sepi. Aku membutuhkannya. Bukan karena aku memiliki perasaan suka padanya, tetapi aku membutuhkannya sebagai teman.

Suara menggerang dan menggerisik terdengar dari seberang ruangan membuatku tersadar dari lamunanku. Chanyeol terbangun. Ia duduk sambil menatapku sebentar seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku masih belum terbiasa di tatap seperti itu oleh orang lain, karena aku orang yang pemalu. Apalagi kalau dilihat-lihat ia masih bertelanjang dada.

Chanyeol akhirnya berdiri dari tempat tidur sambil dan mengucapkan 'selamat pagi' sambil tersenyum hangat ke arahku. Dengan malu-malu aku sedikit mengangkat kepalaku ke arahnya, dengan senyuman yang terlihat konyol sebenarnya. Dia kemudian pergi ke kamar mandi, mungkin bersiap-siap untuk kegiatan hari ini. Konyolnya aku, itu juga seharusnya aku lakukan sedari tadi. Tapi aku memang tidak bisa meninggalkan buku yang sedang kubaca walau sedetik pun. Tapi sekarang aku telah selesai membaca, jadi aku juga bisa bersiap-siap kapanpun Chanyeol selesai.

.

Beberapa menit berlalu, Chanyeol keluar dari kamar mandi. Aku turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Tiba-tiba Chanyeol mengangkat tangannya, menghalangi pintu masuk. Aku bertanya-tanya apa yang ia lakukan. Aku mengalihkan tatapanku ke wajahnya. Wajahnya terlihat benar-benar serius. Aku sedikit ketakutan. Dia menunduk menatapku, langsung ke arah mataku. Aku merasa seperti ada yang menghalangi jalur nafasku di tenggorokan. Suasana ini benar-benar aneh.

"Aku melihat luka." Gumamnya.

"Hah?" Tanyaku. Tidak mungkin ia tahu luka di lenganku. Aku selalu menutupinya.

"Luka itu, aku melihat luka di pergelangan lenganmu." Dia berkata serius, namun terkesan lembut. Bagaimana bisa ia tahu. "Aku melihatnya tadi malam saat kau tertidur." Dia berkata seolah tahu apa yang akan aku tanyakan. Aku mundur beberapa langkah. Ini benar-benar membuatku takut. Aku takut ia menganggapku bodoh, pecundang atau semacamnya. Bagaimana jika ia akan menjauhiku sekarang.

Aku tak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini. Yang terbesit dalam pikiranku hanyalah minta maaf.

"Maafkan a-aku." Pikiran dan hatiku benar-benar kacau saat ini. "Maafkan aku." Ucapku kembali dan mengambil satu langkah mundur setiap Chanyeol mengambil satu langkah maju. Ketika tubuhku sudah terpojok di dinding, dia melakukan sesuatu yang membuat pikiranku melayang. Sesuatu yang tidak kuduga. Dia memelukku dengan erat. Awalnya tubuhku tegang dibuatnya, tapi kemudian sedikit demi sedikit meleleh oleh panas tubuhnya. Aku meletakkan tanganku di dadanya, menerima pelukannya. Saat hidungku menyentuh dadanya, bau yang tidak biasa sekaligus menyenangkan menyeruak ke dalam hidungku. Membuatku merasa nyaman.

Dia menyandarkan kepalanya di sebelah telingaku dan membisikan sesuatu. "Kenapa kau minta maaf?" Aku tidak menjawab, aku tak bisa. Situasi penuh emosi ini terus membanjiri pikiranku.

"Kau tahu, jika kau membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, kau harus tahu aku akan selalu ada untukmu." Dia terus berbisik. Suaranya menggetarkan tubuhku. Untuk pertama kalinya aku mendengar kalimat indah itu. Aku seperti bisa merasakan jutaan lilin menyala di hatiku.

"Apapun yang kau alami, aku tahu pada akhirnya akan berlalu." Dia menyakinkan saat ia mengusap punggungku. Aku bisa merasakan diriku terisak saat ini. Sudah lama aku tak mendapatkan perlakuan yang selembut ini. Aku terus menangis hingga tanpa sadar telah membuat kemeja yang ia pakai basah oleh air mataku. Aku merasa tidak enak telah melakukannya, tapi biarkan seperti ini dulu. Biarkan keadaan seperti ini sebentar saja. Aku hanya ingin tetap seperti ini.

 Aku hanya ingin tetap seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Beberapa saat berlalu dan Chanyeol menuntunku ke tempat tidur. Perasaanku sudah mulai tenang saat ini. Chanyeol menghilang beberapa saat tapi kemudian kembali dengan sarapan di tangan. Sepertinya kali ini ia mendapatkannya dari ruang makan, dengan dua cangkir kopi tanpa cafein. Dia menyerahkan satu bungkus makanan untukku. Aku bisa mencium aroma lezat makanan di dalamnya.

"Terima kasih.... Chanyeol." Kataku dengan suara serak. Mengalihkan tatapan malu dari sosok tampan yang berdiri dekat pintu. "Untuk semuanya." Senyuman muncul di wajahnya. Cukup untuk menerangi ruangan ini.

TBC

Wounds Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang