Chapter 6 - Bad Dream

1.1K 199 18
                                    

Wounds of Life

Warning: AU, OOC, Typo(s), Yaoi, Boyxboy, DON'T LIKE? DON'T READ!

Main cast: Do Kyungsoo dan Park Chanyeol
::
::
Budayakan vote dan comment setelah membaca.
^^

Kyungsoo' POV

Tepat saat kupikir semuanya baik-baik saja, aku terbangun sambil menjerit ketakutan saat malam hari. "Arrrgggh.." Tubuhku berkeringat, dengan tangan gemetar tak terkendali. Chanyeol terbangun karena terkejut oleh jeritanku.

"Kau kenapa?" Dia bergumam dengan suara mengantuk. Aku mencoba bicara, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku masih terlalu terguncang untuk merespon pertanyaannya. Chanyeol duduk di atas kasurnya sambil mengawasiku, menungguku sampai bisa mengendalikan diri. Aku bergeser ke tepi tempat tidurku, meniru posisi Chanyeol.

"Ma..maaf... aku..aku tak bermaksud membangunkanmu." Aku bicara dengan menatap kedua kakiku.

"Apa yang terjadi, apa kau baik-baik saja?" Dia bertanya, masih terdengar sedikit lelah. Aku tak ingin menceritakan masa laluku kepadanya. Tapi dia adalah orang yang baik, jadi setidaknya aku bisa menjawab dengan jujur.

"Aku baik-baik saja.... hanya saja aku sering mimpi buruk saat malam hari." Pandanganku masih terarah di kakiku. "Seharusnya aku memberitahumu sebelumnya... maaf."

"Apa kau punya cara menghadapinya, atau mungkin menghindarinya?" Dia bertanya dengan satu tangan bertumpu di bawah dagu.

"Biasanya aku hanya membiarkannya saja...." Aku bicara dengan suara pelan, hampir berbisik. "Ketika aku kecil, ibuku selalu menemaniku sampai aku tertidur dengan tenang. Aku rasa jika ada seseorang yang ku percaya berada di dekatku, itu membuat pikiranku menjadi tenang... tapi aku tak begitu yakin seperti itu." Aku menjelaskan. Aku ingat aku selalu merasa nyaman jika berada dekat dengan orang yang kusayangi. Sebaliknya jika aku sendirian, aku akan merasa tidak nyaman dan mengalami teror malamku itu.

Kami terdiam beberapa saat, sebelum Chanyeol berbicara. "Aku punya ide.. tak tahu akan berhasil atau tidak." Dia berkata pelan. Aku menolehkan kepalaku ke arahnya, menunggunya melanjutkan kalimatnya itu. "Kenapa kau tidak tidur saja di sampingku?" Dia berkata sambil menepuk tempat tidur di sampingnya. Aku tak tahu apakah ia hanya menggodaku atau serius dengan kata-katanya itu.

"A-pa kau yakin?" Tanyaku hati-hati, memeriksa ekspresi wajahnya. Dia tampak cukup serius.

"Maksudku, hanya jika kau mau." Dia mengangkat bahunya kemudian kembali berbaring di tempat tidur. Aku pasti tak akan menerima saran itu jika orangnya itu bukan dia, tapi orang ini Chanyeol. Dia orang yang baik, sangat berbeda saat aku melihatnya di sekolah. Dengan pemikiran itu, aku memutuskan untuk mempercayainya. Aku berdiri dari tempat tidurku, membawa bantalku, dan berjalan dengan ragu menujuh ke arahnya.

"Baiklah, ak-aku akan mencobanya." Aku bicara dengan nada sedikit malu. Dia mengangkat selimutnya ke atas dengan satu tangan, membuat jalan masuk untuk tubuhku. Aku bebaring sedikit memungginya sambil memeluk bantal yang kubawa. Aku juga memastikan agar membuat jarak di antara kami agar ia tidak merasa tidak nyaman. Aku tahu sulit baginya menyarankan gagasan semacam ini. Aku tak pernah membayangkan bisa tidur di tempat tidur yang sama dengan pria tampan ini. Rasanya tidak realistis, namun inilah yang terjadi. Awalnya aku juga merasa tidak nyaman dengan hal ini, tapi seiring berjalannya aku merasa panas di tubuhku mulai turun, dan aku sudah mulai tenang.

Chanyeol' POV (Sebelumnya)

Saat kami sepertinya memutuskan untuk tidur, aku mematikan lampu dan melompat ke tempat tidur. Aku berbaring beberapa saat sebelum mataku menutup sempurna. Namun kira-kira satu jam kemudian, aku terbangun oleh suara teriakan seseorang. Aku menoleh ke arah tempat tidur di sampingku, aku takut terjadi sesuatu pada Kyungsoo saat ini.

Aku duduk di tepi tempat tidurku dan mengalihkan pandanganku ke arah Kyungsoo yang ketakutan. "Kau kenapa?" Aku berhasil bergumam dengan suara yang masih mengantuk.

"Ma..maaf... aku..aku tak bermaksud membangunkanmu." Dia mengeluarkan suara setelah terdiam beberapa saat.

"Apa yang terjadi, apa kau baik-baik saja?" Tanyaku khawatir padanya.

"Aku baik-baik saja.... hanya saja aku sering mimpi buruk saat malam hari." Dia berkata dengar suara yang hampir tak terdengar namun juga sarat akan kesedihan. "Seharusnya aku memberitahumu sebelumnya... maaf."

"Apa kau punya cara menghadapinya, atau mungkin menghindarinya?" Aku bertanya dengan kepalan tangan menopang daguku.

"Biasanya aku hanya membiarkannya saja...." jawabnya dengan suara pelan. "Ketika aku kecil, ibuku selalu menemaniku sampai aku tertidur dengan tenang. Aku rasa jika ada seseorang yang ku percaya berada di dekatku, itu membuat pikiranku menjadi tenang... tapi aku tak begitu yakin seperti itu." Jika memang begitu, kenapa hal ini tak terjadi saat kemarin. Lagipula aku juga tak tau apa aku termasuk orang yang ia percayai karena kemarin saat tidur di bukit ia benar-benar tidur dengan tenang.

"Aku punya ide.. tak tahu akan berhasil atau tidak." Aku sedikit bergumam, kemudian ia menatap ke arahku. "Kenapa kau tidak tidur saja di sampingku?" Aku menepuk sisi tempat tidur di sampingku. Dia terkejut. Mungkin dia tidak nyaman dengan usulan konyolku itu.

"A-pa kau yakin?" Dia bertanya dengan nada terkejut.

"Maksudku, hanya jika kau mau." Aku mengedikkan bahu sebelum kembali berbaring di tempat tidur. Kyungsoo berdiri dari tempat tidurnya dan mulai berjalan ke arah tempat tidurku. Ia masih terlihat sedikit terguncang seperti sebelumnya.

"Baiklah, ak-aku akan mencobanya." Dia bergumam lagi dengan suara pelan. Aku mengangkat selimut dengan satu tangan memberi jalan masuk untuk tubuhnya. Dia merangkak di sampingku dan meringkuk dengan bantalnya menghadap ke arah berlawanan denganku. Kupikir ia tidak terlalu yakin dengan ide ini. Namun beberapa menit berlalu sepertinya ia mulai terlilat tenang. Tubuhnya tak lagi gemetaran. Dan ia pun tertidur dalam hitungan menit.

Aku menoleh ke arahnya, dan mengamatinya sebentar. Wajahnya tampak damai, persis saat ia tertidur di atas bukit kemarin. Dengan enggan aku pun tertidur sambil memperhatikan wajahnya. Panas dari tubuhnya yang kecil membuat tubuhku sedikit rileks. Kurasa ini menyebabkan aku ikut menyusulnya ke alam mimpi.

Saat bangun di pagi harinya, aku menyadari bahwa tubuh Kyungsoo telah bergeser mendekat ke arahku. Punggungnya sekarang menekan tubuhku. Dan ternyata, satu tanganku telah berada di atas perutnya, dan ia menggenggam tanganku itu. Rasanya sedikit aneh dengan keadaan kami seperti ini. Namun entah mengapa, aku merasa senang akan hal ini. Aku tahu ini tak wajar, mengingat ia adalah namja sama sepertiku. Yang aku tahu, aku ini menyukai wanita. Bahkan jika membayangkan berada sedekat ini dengan teman laki-lakiku, rasanya perutku mual. Namun entah mengapa berbeda situasinya jika dengan Kyungsoo. Aku merasakan sesuatu padanya. Aku tak tahu apa itu, yang pasti aku tak pernah merasakan ini sebelumnya.

Aku ingin terus berada diposisi seperti ini sepanjang hari, namun beberapa menit kemudian Kyungsoo terbangun. Ia melepaskan genggamannya dari tanganku untuk menggosok kedua matanya. Ketika sadar seberapa dekatnya kami saat ini, ia melompat ke samping tempat tidur. Aku menangkapnya tepat sebelum ia terjatuh dari ke lantai. Wajahnya memerah saat ini. Harus kuakui, itu adalah wajah paling menggemaskan yang pernah kulihat. Aku pasti akan mencubit wajah itu, tapi aku tak ingin membuat ia makin merasa tak nyaman.

Aku menarik tubuhnya kembali ke tengah tempat tidur. Dia diam membeku.

"Maaf aku... aku tak bermaksud melakukan itu." Dia bergumam dengan kepala menunduk ke bawah.

"Tak masalah." Aku meyakinkannya. Sepertinya ketegangannya sudah mulai berkurang. "Tunggu di sini, aku akan memasak sarapan untuk kita." Kataku sebelum berangkat ke arah dapur.

TBC

UPDATE AGAIN. Mumpung jadwal lagi kosong. Hahaha.
Entahlah kayaknya semakin aneh cerita ini. Bagaimana menurut kalian?
Jangan lupa comment dan vote ya. ^^

Wounds Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang