Wow! Minggu pagi yang sempurna.Long weekend ✅
Liburan ✅
Santai - santai ✅
Dapat jatah ✅
Tiga ronde di pagi hari ✅
Hmmm... Hmmm.. Benar - benar awal pagi yang sempurna.
Ah, segar badan ini. Dapat olah raga pagi yang menyehatkan dan menyenangkan tentu saja. Kalau setiap hari begini, tanpa latihan tennis pun, badanku masih tetap berbentuk. Walaupun mungkin tidak six pack atau eight pack, at least perutku tidak buncitlah.
"Ck. Tidak usah senyum - senyum Riz! Sepet Ayah lihatnya."
Bayangan masa depanku ambyar saat Ayah tiba - tiba menyela dan duduk di sampingku. Tidak hanya itu, Ayah dengan semena - mena merebut remot tv yang aku pegang.
"Cuci mobil sana!" perintahnya.
"Ayah kenapa sih? Masih pagi juga." balasku tanpa beranjak dari sofa.
Masih jam enam man! Cuci mobil? Dingin pasti. Dingin - dingin begini kan harusnya berpelukan sama istri di bawah selimut. Hangat. Ehehehe.
"Sudah sana cuci mobilnya. Mobil yang kau pakai kemarin."
"Kenapa Yah? Tidak dapat jatah ya? Bunda sedang datang bulan yaa?"
Kalau aku amati dari wajah Ayah, sepertinya begitu. Ck. Kasihan - kasihan. Pasti semalam Ayah merana.
"Kau! Mau Ayah potong uang bulananmu?!"
"Jangan dong Yah, nanti istri Oriz makan apa?" kataku memelas.
Yah, nasib. Punya istri tapi penghasilan masih pas - pasan. Tapi memang masih kuliahkan. Untung saja Ayahku yang baik hati tapi menyebalkan ini masih sudi menghidupi aku dan istriku.
"Ya sudah sana! Cuci mobilnya."
"Iya. Iya."
"Yang bersih! Sampai mengkilat lagi!"
"Iya Ayaah!"
Hih! Bawel banget. Harusnya kan Bunda yang begitu.
Kutinggalkan Ayah dan berjalan ke garasi. Mengeluarkan mobil yang kemarin aku pakai jalan - jalan bersama istri dan adikku.
"Ck. Masih bersih juga." gerutuku melihat kondisi mobil ayah yang masih kinclong tanpa cela. Dilap sedikit juga beres.
Alasan Ayah ini pasti. Dia cuma iri sama anaknya yang pagi tadi dapet jatah tiga ronde dari istrinya. Sedangkan dia merana sendiri.
HAHAHAHAHA.
Akhirnya aku hanya mengelap mobil itu. Hemat air juga kan. Setelahnya kuhampiri istriku yang sedang membantu bunda memasak. "Masak apa Sayang?" tanyaku berdiri di samping istriku yang sedang mengupas bawang putih.
"Sop ayam." jawabnya singkat.
"Buatnya pakai cinta ya?" godaku.
"Apa sih?"
"Oriz, ngapain kamu kesini? Mengganggu saja. Ajak main Zea sana!"
Tadi Ayah, sekarang ganti Bunda yang mengusirku. "Kenapa sih Bun? Oriz ganggu apa?"
"Kalau kamu di sini, pasti mau mengganggu Sha kan? Sudah sana. Kami mau memasak." usir Bunda lagi.
"Di sini saja ya?" tawarku. "Oriz janji, tidak akan menggangu."
"Terserahmu lah!"
"Oh iya Sayang, hari ini kita sudah janji ke rumah Mama kan? Kamu siap - siap ya setelah sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Early Marriage! - OPEN PO - Sebagian Part Telah Dihapus
Ficção GeralAku tidak tahu setan mana yang merasuki kedua orangtuaku. Bagaimana bisa di zaman yang serba modern ini mereka berniat menikahkanku diusia... Enam belas? Aku tidak diizinkan untuk kuliah jika tidak menikah. Bayangkan, ART saja sekarang sudah har...