Satu

405 36 8
                                    


NP : Utopia - Hujan


Rinai hujan basahi aku..

Temani sepi yang mengendap..

Kala aku mengingatmu..

Dan semua saat manis itu..

Lagu dari Utopia yang berjudul HUJAN terdengar dari salah satu ruang kelas duabelas IPA. Tidak salah lagi, yang memutarnya pasti Melody, gadis dengan pipi chubby namun terlihat manis jika tersenyum. Ia memang sangat menyukai lagu itu sejak baru di rilis oleh grup band Utopia. Sesekali ia ikut bernyanyi dan terlihat seperti menghayati setiap liriknya.

"Aduh Mel, kamu setiap hari dengerinnya lagu ini terus, ada hujan juga enggak." ucap Adera seraya mendekati Melody yang sedang duduk di kursi guru di samping speaker kelas.

"Jangan berisik deh, satu hari cuma sekali juga. Biar hujannya turun ya di panggil pakai lagu ini." jawab Melody diakhiri dengan senyuman khas-nya.

"Idih Melody jahat banget. Dimana-mana orang tuh berharap buat terang, kamu malah minta hujan." ucap Adera.

"Ekhem, Adera ku yang cantik, jangan banyak mengeluh ya?" jawab Melody sambil mengusap-usap tengkuk Adera.

"Mulai gila ya, Melody?!" ucap Adera seraya meyingkirkan tangan Melody.

Melody hanya terkekeh sembari melanjutkan bersenandung mengikuti alunan musik dari lagu itu. Baginya, lagu HUJAN selalu mengingatkannya pada seseorang yang ia kagumi bahkan mungkin ia sayangi, Kak Defta Aditiya, mahasiswa yang ikut membantu ekstrakurikuler musik di sekolah Melody dan bergabung bersama Komunitas Musik yang ada disana. Mereka menjadi dekat semenjak Melody mengikuti Komunitas Musik tersebut.

Saat yang di nanti oleh Melody pun tiba, perlahan tetes air yang dingin itu berjatuhan membasahi gedung sekolah, lapangan, dan pepohonan di sekitarnya. Waktunya memang pas, saat ini adalah waktu dimana KBM berakhir. Melody segera berlari ke tengah lapangan basket. Ia terlihat sangat gembira menikmati setiap tetesnya dengan menengadahkan kepalanya sambil memejamkan mata. Yang ia bayangkan saat ini adalah kak Defta. Hingga semua bayang-bayang itu hilang karena ada yang menarik rambutnya.

"Mel, kamu lagi ngapain merem-merem gitu? Sambil senyum-senyum sendiri lagi?" tanya seorang lelaki yang menarik rambutnya.

"Ihhh Bian! Kamu merusak suasana tau! Kan bayangannya jadi hilang," jawab Melody kesal.

"Hah? Sadar atuh Mel, nggak malu apa di lihatin banyak orang? Udah ih, hujan bukannya berteduh malah hujan-hujanan!" ucap Bian seraya menarik paksa lengan Melody dan membawanya ke Pendopo untuk berteduh.

"Ihhh Bian! Apa salahnya hujan-hujanan? Lagian ngapain kamu susah-susah nyamperin aku cuma buat ngajak aku berteduh?" tanya Melody pada Bian yang sedang sibuk mengeringkan rambut Melody dengan handuk kecil yang ia bawa.

"Udah deh diem! Yang namanya hujan ya berteduh, jangan kayak anak kecil gitu deh!" jawab Bian.

"Pokoknya ngga ada yang bisa ngehalangin aku buat hujan-hujanan! Termasuk kamu! Cuma Tuhan yang bisa!" ucap Melody seraya berjalan ke arah lapangan namun Bian segera menghentikan langkah Melody dengan berdiri di depannya.

"Aku takut kamu sakit. Kalau kamu sakit, nanti kamu ketinggalan pelajaran, nggak fokus belajar, 'kan susah. Dibilangin jangan ngeyel deh!" ucap Bian dengan serius.

"Isssh iya! Aku mau balik ke kelas dulu, ambil tas!" jawab Melody membelakangi Bian.

"Ini tas kamu," ucap Bian seraya menyerahkan tas berwarna merah milik Melody.

"Thanks, by the way aku balik duluan ya, supirku udah di depan." ucap Melody seraya pergi meninggalkan Bian.

"Hati-hati ya, Mel!" ucap Bian.

Melody hanya mengangguk sembari memberikan tanda OK dengan jemari tangannya.

Bian, sahabat kecil Melody. Mereka sudah berteman sejak bangku Taman Kanak-Kanak, melewati masa Sekolah Dasar bersama, namun saat Menengah Pertama di pisahkan karena beda sekolah, dan kembali bersama saat bangku Menengah Atas. Mungkin jika orang yang belum mengenal mereka, akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, tapi sayangnya hubungan mereka hanya sebatas sahabat. Entah, jika di lihat dari pihak Bian, sepertinya dia punya rasa berlebih terhadap Melody, cinta kah?

Hujan dan Kak defta seperti dua unsur yang bergabung menjadi sebuah senyawa kompleks bila di tambahkan Melody di dalamnya. Kini Melody tengah sibuk ber-chat ria dengan kak Defta via BBM. Dia seperti ter-hipnotis dalam dunianya sendiri. Kasur dengan seprei berwarna pink yang berada di kamar nya itu menjadi muara dirinya tenggelam dalam bayang-bayang kak Defta, sembari di temani musik alami dari hujan yang turun berjatuhan mengenai atap rumah.

Tetapi, monster pengganggu bagi Melody datang, dia adalah kak Rena, kakak satu-satunya Melody yang kini tengah menikmati masa kuliah-nya di salah satu Universitas Negeri yang ada di Ibu Kota. Kak Rena masuk secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu, dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur.

"Haduh dek, senyum–senyum sendiri kayak orang gila." ucap Kak Rena sembari memainkan ponselnya.

"Kak Rena berisik deh! Lagi asyik nih." jawab Melody tetap terpaku pada layar ponselnya.

"Hmm Defta, suka banget kamu sama dia? Emangnya dia punya perasaan yang sama kayak kamu?" tanya kak Rena yang langsung membuat Melody menatap tajam wajah kak Rena itu.

"I don't care! Aku bangga bisa dekat sama kak Defta, karena aku satu yang terbaik diantara dua ratus cewek di sekolah yang dekat sama dia!" jawab Melody dengan penuh penekanan

"Oh ya? Wow!" jawab kak Rena  dengan mimik yang di buat seolah-olah sedang sangat terkejut. Menyebalkan!

Melody hanya mendengus kesal sembari menatap kembali layar ponselnya yang sudah ber-notif ada chat dari kak Defta. Melody dan kak Defta memang sudah dekat sejak setahun terkahir, hal itu membuat Melody mempunyai perasaan yang berlebih terhadap kak Defta. Dia sudah terbiasa dengan perhatian dan candaan kak Defta setiap harinya. Bahkan terkadang ada rasa cemburu yang hinggap saat melihat atau mengetahui kak Defta bersama perempuan lain, padahal Melody dan kak Defta hanya sebatas hubungan kakak-adik saja. Kalau kata kak Defta , namanya KDC alias "Kakak Dedekan Ciye" norak, tetapi Melody suka, bahkan ia sampai tertawa terbahak-bahak saat mengetahuinya, dan Melody selalu senyum-senyum sendiri saat mengingatnya, menurut dia itu sangat menggelitik.

 Ada-ada saja, ternyata di balik sifat pendiam kak Defta selama yang ia lihat, kak Defta itu orang nya lucu, malah nggak bisa diam katanya, dia selalu punya bahan candaan. Tetapi kalau di depan umum, ia lebih memilih untuk menjadi kalem, karena ia nyaman dengan begitu. Oh, salah, menurutku Melody, kak Defta hanya ingin bersikap cool untuk menarik perhatian kaum hawa, ck, dasar kaum adam! 

Menurut pendengaran dan pengamatan Melody semenjak kedatangan kak Defta yang membuat heboh hampir seluruh siswi di Sekolah, mereka selalu bilang bahwa kak Defta diam saja itu ganteng, apalagi senyumnya bikin adem, dan bla bla bla! Melody akui, ia pun berfikiran begitu. Seperti Arjuna, kak Defta begitu memikat.



tbc

Purwokerto, 5 September 2017

-Mentari Rizki-

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang