Dua

180 30 0
                                    


NP: Isyana Sarasvati feat Gamaliel - Terpesona


Pagi ini seperti biasa, Melody berangkat ke sekolah bersama Bian karena jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua untuk berangkat bersama, namun pulang sendiri-sendiri, karena Melody yang tidak mau merepotkan Bian.

Kini mereka telah sampai di sekolah. Saat memasuki lorong, mereka melihat ada sebuah pengumuman baru yang terpajang di papan pengumuman. Isi dari pengumuman itu adalah akan di adakannya Pentas Seni Budaya yang memang di selenggarakan oleh pihak sekolah setiap tahunnya.

"Mel, kamu mau ngisi apa?" tanya Bian.

"Aku pengin nyanyi deh, Bi. Kamu mau ngiringin gak pakai gitar?" tanya Melody.

"Emang kamu mau nyanyi lagu apa?" tanya Bian seraya berjalan mengikuti langkah Melody menuju ruang kelas.

"Lagu ciptaanku sendiri lah, 'kan emang peraturannya kalo PENSI itu harus karya sendiri," jawab Melody.

"Boleh deh aku gitarin," ucap Bian.

"Uhh, makasih Bian-ku yang super duper ganteng!" ucap Melody seraya mencubit pipi Bian.

"Kalo ganteng tuh di elus-elus jangan di cubit atuh!" ucap Bian seraya mengusap-usap pipinya yang sedikit merah.

"Maaf ya Bian-ku sayang. Kita mulai latihan sabtu depan ya. Aku udah ada chord sama rekaman instrument nya, jadi kita tinggal latihan buat nge-pas in aja gitu." ucap Melody.

"Eh dipanggil sayang, siap deh sayang." jawab Bian sambil senyum-senyum.

"Kan ada maunya, wle!" jawab Melody di akhiri juluran lidah.

Bian hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya mempercepat langkahnya menuju kelas.

*****

Sabtu yang di nanti oleh Bian untuk berlatih mengiringi Melody pun tiba. Tetapi tak sesuai dengan ekspetasi Bian, Melody bahkan membatalkan rencana itu karena ia akan pergi menonton bersama kak Defta yang baru di rencanakan dua hari sebelumnya.

Kini Melody dan kak Defta sudah berada di halaman parkir di salah satu gedung bioskop yang ada di Kota-nya.

"Maaf ya Melody, kak Defta baru sempat mengajak kamu jalan-jalan, soalnya baru kelar nih, baru wisuda kemarin." ucap kak Defta mengawali pembicaraan.

"It's okay kak, yang penting kakak tepatin janji aja." jawab Melody di akhiri dengan sebuah senyuman.

"Kamu mau beli jajan atau minum dulu nggak sebelum nonton?" tanya kak Defta di depan counter makanan yang terdapat di dalam gedung bioskop.

"Ehm enggak deh kak, nanti pulangnya aja." jawab Melody.

"Ya udah, yuk masuk!" ucap kak Defta seraya menuju ke studio satu di ikuti dengan Melody yang berjalan di belakangnya.

Mereka menonton film horror yang memang sedang terkenal. Ternyata menonton film horror bersama kak Defta tidak seperti apa yang di bayangkan oleh Melody, masing-masing hanya fokus pada film-nya tanpa ada pembicaraan sama sekali. Ya sedikit menguntungkan juga untuk Melody karena dia tidak akan ketinggalan satu part pun. Mungkin situasi ini terjadi karena adanya kecanggungan diantara keduanya, mengingat usia kak Defta yang berjarak empat tahun lebih tua dari Melody.

Setelah selesai menonton film, kak Defta mengajak Melody makan di salah satu café yang terletak tidak jauh dari gedung bioskop. Kak Defta memesan nasi goreng spesial dan lemon tea, sedangkan Melody memesan nasi goreng ayam dan jus mangga. Saat menunggu pesanan, kak Defta bercerita tentang banyak hal, di mulai dari masa krisis nya saat mengerjakan skripsi, betapa susahnya bimbingan dan ujian, juga pada saat proses wisuda yang baru diadakan seminggu yang lalu. 

Melody mendengarkan dan mencermati setiap perkataan kak Defta, ia juga tidak luput dari pandangan kak Defta, wajah kak Defta, serta cara kak Defta berbicara. Sesekali ia ikut tertawa mendengarkan ceritanya. Banyak hal yang sudah ia ketahui tentang kak Defta, mulai dari masa SMA-nya dulu, cita-cita, kegemaran, ambisi, dan harapan kak Defta. Masih banyak hal lain yang ia ketahui tentang kak Defta, tanpa harus memburu berbagai macam pertanyaan, karena diam-diam, Melody itu stalker-nya Kak Defta, dia juga bisa mendapat berbagai informasi dari kakaknya Kak Defta, yang notabene-nya adalah guru musik di sekolah Melody.

Pesanan yang mereka pesan sudah datang, mereka pun makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara. Bagi Melody, saat-saat seperti ini sangatlah canggung, duduk berdua, makan, tanpa ada yang berbicara. Namun, ini lah yang Melody inginkan, quality time bersama kak Defta. Setelah selesai makan, mereka lanjut untuk bercerita tentang pengalaman dan keinginan masing-masing. Tidak lama, mereka akhirnya pulang karena sudah larut malam.

"Kak Defta..." ucap Melody seraya berjalan menuju parkiran.

"Iya? Kenapa Melody?" tanya kak Defta.

"Thanks ya, hari ini luar biasa, jangan kapok main sama Melody," jawab Melody di iringi dengan sebuah senyuman.

"Ngga akan kapok, Mel. Thanks juga udah nemenin kak Defta." ucap kak Defta.

"Iya kak, sama sama." jawab Melody.

Hari ini adalah hari yang sungguh luar biasa bagi Melody, karena apa yang Melody inginkan akhirnya terjadi. Baginya, menghabiskan waktu berdua dengan kak Defta adalah impian singkat terdekat yang harus ia capai.

Esok harinya, Melody datang ke rumah Bian untuk latihan bersama. Bian tidak marah karena kemarin Melody membatalkan janjinya dengan Bian. Ia tetap mau mengiringi Melody. Bagaimanapun juga, Bian ternyata benar-benar menyukai Melody, sahabat kecilnya itu.

*****

Hingga waktu yang di nanti pun tiba, Pentas Seni Budaya yang di selenggarakan setelah Ujian Nasional. Saat ini Melody tengah berada di backstage bersama Bian untuk menunggu nomor urut tampil yang kurang tiga nomor lagi.

"Bian, aku gugup, aku takut!" ucap Melody cemas.

"Tenang Mel, ada aku, jangan takut, percaya diri! Semangat dong!" jawab Bian berusaha menenangkan Melody.

"Kalau salah nada atau nggak kuat gimana?" tanya Melody.

"Kamu anak musik, anak paduan suara, nggak mungkin nggak bisa, percaya diri, Mel!" ucap Bian menyemangati sambil menepuk bahu Melody pelan.

Melody terus menggigiti bibir bawahnya, hingga kak Defta datang ke backstage.

"Semangat ya, Melody!" ucap kak Defta menyemangati.

"Thanks kak Defta, ingat kan lagu ini di buat sama siapa dan khusus buat siapa?"tanya Melody pada kak Defta.

"Iya kakak ingat kok."jawab kak Defta di iringi sebuah tawa.

"Makasih ya kak, udah bantuin Melody bikin lagu ini, makasih udah jadi arranger sekaligus composer buat lagu ini." ucap Melody dengan senyum tulusnya.

"Iya sama-sama Melody, kan Melody song writer -nya, kak Def cuma bantu aja. Menurut kak Def lagunya enak kok, bikin candu, kayak rindu." jawab kak Defta. 

Melody hanya membalasnya dengan senyum kikuk, ah iya Rindu yang menjadi Candu, ia ingat, ia sering mengatakan itu pada kak Defta. Karena faktanya memang kak Defta itu ngangenin!



tbc


Purwokerto, 7 September 2017

-Mentari Rizki-

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang