Bagian 9

968 41 3
                                    

Pagi tadi mas ihza datang kerumah untuk menjemputku, katanya mama dan papanya ingin bertemu denganku di kediaman mereka. Aku gugup dan tidak ada persiapan sama sekali, mas ihza selalu membuat keputusan tanpa meminta sedikitpun persetujuan padaku, toh aku bisa mempersiapkan diri dari kemarin kemarin

Sewaktu acara aqiqahan, aku memang belum bertemu langsung dengan kedua orang tua mas ihza, entah dimana waktu itu keberadaan mereka, dan sekarang aku akan dikenalkan sebagai calon istri nya di depan mereka? Gimana nanti pendapat kedua orang tua mas ihza, jika tatap muka aja belum pernah sama sekali

Beginilah aku, suka memikirkan hal hal yg sepele yg buat pusing diri sendiri

Sekarang aku dan mas ihza lagi perjalanan kerumahnya, sepanjang perjalanan aku hanya diam, dan tidak ada sedikitpun ingin membuka pembicaraan sama sekali dan begitupun mas ihza

Sesampai disana, aku hanya diam mengikuti langkahnya memasuki rumah besar tersebut

Aku duduk diam dengan kepala tertunduk mencoba untuk menenangkan diri agar tidak gugup, dihadapan ku ada mama dan papa mas ihza, mas ihza sendiri berada di sampingku

"Jangan tegang gitu dong sayang, lihat kami depan, masa kami di anggurin sih" kudengar mamanya mas ihza(tante ratih) berbicara dengan nada yg sengaja di sedih sedihkan mungkin

"Hehe maaf tante, maksud saya gak gtu kok" jawabku masih aja kikuk

"Panggil mama aja, kan sebentar lagi jadi mantu hihi" tante ratih terkikik sendiri

"Ma, masa kayak gtu di depan calon mantu?" Akhirnya papa mas ihza(om Ihsan) bersuara juga

"Ya gapapalah pa, supaya gak canggung, yakan sayang?" Tanyanya padaku dan hanya ku jawab dengan senyum

"Ihza sering ceritain tentang kamu loh sama mama, hampir setiap hari malah, kalau gak ketemu langsung, ya pasti di ceritanya lewat telpon" aku hanya tersenyum sendiri mendengar cerita tante ratih, huh melting lagii

"Ma.." tegur mas ihza dengan pandangan tajamnya

"Pa.... liat itu anak kamu, masa mama di pandang tajam kayak gtu sih" aku hanya bisa tertawa kecil melihat drama yg ada didepanku, dengan mas ihza dan pandangan tajamnya, tante ratih yg mengadu manja dengan om ihsan, dan om ihsan hanya menjawab gumaman aduan tante ratih

"Mas jangan gitu dong sama mama, gak baik" nasihatku sedikit

"Nah nah, aini aja gak suka kamu begitu, apalagi mama, awas kamu ya za" aku hanya menolehkan kepala kearah mas ihza, melihat reaksinya dia hanya menghela nafas pelan

"Sudah sudah, kamu debatnya sama ihza tidak ada habisnya, mending kamu ambil buah didalam yg sudah disiapkan tadi, kita akan makan bersama disini" katanya om ihsan menengahi perdebatan antar anak dan ibu tersebut, meskipun tante ratih yg mengendalikan perdebatan tersebut haha

"Siap kepala negara" katanya tante ratih sambil bangkit dari tempat duduknya

"Tan eh.. ma, aini mau bantu" kataku mencegah sedikit pergerakan tante ratih

"Hm.. okey, ayok kita ke dapurrrr" begitu semangatnya tante ratih
Aku hanya tersenyum melihat sifat tante ratih, dia ramah, baik, ceria, sifat gugup ku yg menumpuk tadi hilang entah kemana, kurasakan beban beratku hilang sudah

Aku lihat tante ratih mengambil tupperware yg lumayan besar dari dalam kulkas, yg isinya berbagai macam buah yg sudah dipotong dengan ukuran yg pas untuk di kunyah

Tante ratih menaruhnya di hadapanku, dan berjalan mengambil wadah yg ada didalam lemari dan menaruhnya di hadapan ku juga

"Bantu susun ya sayang, kita kan ada be4, jadi tempatnya ada 4, kamu pilih untuk diri kamu dan ihza, kalau punya papa biar mama aja, mama sudah hapal hehe"  kuarahkan pandangan ku ketante ratih, ingin bertanya, tapi kedeluanan dengan perkataan tante ratih

"Ihza, gak suka semangka, jadi semangka mines ya di dalam mangkuk nya" kata tante ratih

"Berarti aini sama dong kayak mas ihza, gasuka semangka hehe" dulu aku dikira aneh sama temanku, karena tidak suka semangka, katanya hampir semua orang menyukainya, ternyata ada yg sama dengan ku, yg tidak menyukai buah bulat tersebut

"Oh ya? Satu selera dong kamu, mama aja heran, kok ada ya orang yg gak suka semangka" katanya antusias

"Hehe iya ma kebetulan, kan lidah orang berbeda bed" jawabku

"Hm iya juga sih. Mau diceritain tentang ihza gak?" Tante ratih melihatku, dan melanjutkan perkataannya sebelum mendengar jawaban dariku

"Ihza itu gak pernah pacaran loh, dia juga gak pernah bawa wanita untuk di kenalkan ke mama dan papa, kamu yg pertama" blushing lagii

"Tapi kami gak pacaran ma"

"Iya mama tau, mama kasihan aja, mau maunya kamu di gantungin gtu sama ihza, masa gak dikasih status sih? Lebih bagus kalau langsung di lamar aja kali ya ni" katanya tante ratih sambil menyenggol badanku dengan bahunya, hem tante ratih gatau aja kalau anaknya sudah lamar aini ke umi

"Aini gak ngerasa di gantungin kok sama mas ihza ma" kataku tenang

"Lah kamu ini, biasanya wanita diluar sana itu malah sibuk nanyain status mereka apa ke gebetan mereka, kamu kok biasa aja? Calon mantu mama hebat nih" kurasakan tante ratih menepuk nepuk belakang ku dengan bangga, tante ratih gaul juga ya hehe

"Hehe aini biasa aja ma, ayok ini sudah selesai, kita keluar ya" kataku sambil mengangkat mangkuk ku dan mangkuk mas ihza yg berisi buah, begitupun dengan tante ratih

Sesampai di ruang keluarga terdengar teriakan heboh dari tante ratih "buahnya sudah siappppp........"

Kulihat mas ihza dan om ihsan hanya menutup kudua telinga mereka, dan tante ratih pun gak peduli dengan reaksi suami dan anaknya itu, dia duduk santai di tempat duduknya semula dan memakan buahnya

Kami lewati siang ini dengan berbicara santai sambil tertawa, hm mungkin hanya aku dan tante ratih yg antusias, mas ihza dan om ihsan hanya ikut nimbrung sesekali

***

Sekarang, kami, aku dan mas ihza lagi perjalanan pulang menuju rumahku

"Kamu sudah gak marah sama mas ni?" Kualihkan pandangan ku kearah mas ihza

"Aini gak marah mas, cuman kesel aja, tiba tiba ngejemput mau ngenalin ke orang tua mas, kan gaada persiapan, seharusnya kalau gtu hubingin dulu, jadi aku persiapkan diri" ku keluarkan unek unek ku yg tersimpan daritadi

"Udah?" Tanyanya dengan tenang lah? Gtu doang?

"Iya udah, nyebelin banget sih" dumel ku lagi

"Hehe udah gausah manyun gtu, mas kira itu hal biasa, jadi gak perlu hubungin kamu, ternyata mas salah, maaf ya, mas gak pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi tidak tau, lain kali kita akan bicarakan dulu ya" kentara raut wajah sesalnya disertai senyuman yg menenangkan dan tidak lupa tangannya yg bersarang di atas kepala ku yg terlapis jilbab sambil mengelus elusnya pelan

Seketika aku rasa kesalku hilang berganti dengan rasa nyaman, dan tak terasa aku tertidur di dalam mobil mas ihza




Sorry ya baru bisa update, beberapa hari yg lalu lagi sibuk bnget sumpah hehe 😂 gaada sempat nulis, ide juga hilang entah kemana, Alhamdulillah malam ini dapat ide, meskipun agak agak gmna gtu 😂

Maafkan cerita saya yg absurd
Happy Reading 😊








PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang