N

1.6K 231 5
                                    

Typo(s)
_______________

Awan kelabu kembali datang memenuhi langit Seoul. Sekarang masih pukul satu lebih dua belas menit dan Chanyeol harus segera pulang.

Pikirannya masih benar-benar kacau sejak kejadian kemarin, bahkan tadi malam ia tak bisa tidur nyenyak. Dan hari ini, sejak tadi pagi perasaannya benar-benar tak tenang. Seperti ada yang menghantuinya. Ia merasa ada yang tidak beres di mansionnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang dan membatalkan semua meeting yang sudah ia rencanakan sebelumnya.

Mobil hitam Chanyeol memasuki pelataran mansion. Semenit kemudian, pria itu turun dan disambut oleh dua bodyguard yang langsung menghampirinya.

“Nona Kim mencoba bunuh diri, Tuan.” Ucap salah satu bodyguard.

“Kenapa kau hanya diam saja? Sialan!”
Chanyeol menggertakan giginya, ia melayangkan tatapan tajam dan segera melangkahkan kakinya memasuki mansion mewah miliknya. Sedangkan dua bodyguard itu hanya menundukkan kepalanya sebagai rasa takut.
Kakinya melangkah lebar menuju kamar Reileen. Ia benar-benar tak habis pikir jika gadis itu melakukan bunuh diri yang kedua kalinya.

Ia membuka pintu kamar Reileen dengan sangat kasar, lalu menghampiri gadis itu.

“Hentikan, Leeny!” bentak Chanyeol.

Pria itu melihat Reileen sedang mencoba menyayat pergelangan tangannya secara perlahan. Ia mengambil silet dari tangan Reileen dan langsung membantingnya ke lantai yang dingin.

Saat itu juga Reileen tergugu. Ia menatap Chanyeol dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia bingung dan ingin marah, namun semua kalimat yang ingin ia katakan tercekat di tenggorokannya.

“Apa? Kau ingin marah padaku, hah?”

“Ya, tentu saja.” Jawab Reileen parau.

“Harusnya aku yang marah padamu. Kau tahu? Kau itu gadis bodoh yang pernah kutemui. Kau menyia-nyiakan dirimu, kau sama sekali tak menghargai hidupmu, ya?” Chanyeol tersenyum meremehkan. Tangan kanannya meraih dagu Reileen karena gadis itu tak kunjung menatapnya.

“Dengar,”
Chanyeol menatap manik hitam milik Reileen. Membuatnya seperti masuk ke lubang hitam dan kembali masa kelam yang pernah ia alami.

“Kenapa kau melakukan hal ini, hm? Bagaimana dengan Sehun yang telah menyelamatkanmu sebelumnya? Bukankah kau ingin membalas kebaikan pria penghianat itu?” Lanjut Chanyeol.

“Tidak! Aku tidak lagi peduli pada Sehun.” Jawab Reileen.

Chanyeol mengeluarkan smirk-nya, “baiklah. Lalu, bagaimana dengan kakak angkatmu, Do Kyungsoo?”

DEG

Reileen lupa dengan pria itu, Do Kyungsoo. Orang kedua yang tertulis dalam daftar orang yang ingin ia beri kebahagiaan. Pria yang selama ini melindunginya, yang dengan tulus mengangkatnya sebagai adik. Ia sungguh lupa dengan Kyungsoo.

“Dia juga akan kecewa jika kau kehilangan nyawa.” Chanyeol menghembuskan napasnya perlahan.

“Reileen, coba pikirkan perasaan orang-orang yang menyayangimu jika kau sudah tiada. Jangan terlalu memikirkan hal negative, aku sangat tahu latar belakang keluargamu tapi percayalah banyak orang yang menyayangimu, salah satunya kakak angkatmu. Jadi, jangan sia-siakan hidupmu,” kata Chanyeol lalu menepuk punggung Reileen ragu.

Gadis itu menatapnya penuh dengan tanda tanya. Seorang Park Chanyeol yang terkenal sebagai mafia melakukan hal selembut ini?

Chanyeol menjauhkan tangannya. Kemudian mengusap tengkuknya. Kenapa tiba-tiba suasana canggung meliputinya?

“Bukan- apa-apa, aku hanya pernah mengalami hal yang sama denganmu. Hanya saja, posisi kita berbeda.” Kata Chanyeol pelan.

“Ibuku. Dulu, ibu melakukan hal yang sama denganmu. Itu terjadi saat umurku sembilan tahun, ibuku sangat frustasi dengan keadaan ayah yang selalu mabuk dan tak jarang membawa perempuan lain ke rumah setelah pulang kerja. Bahkan, pertengkaran mereka seperti dongeng mengerikan yang aku dengar sebelum tidur. Saat itu aku hanya diam, aku masih kecil dan tak bisa berbuat apa-apa.”


“Di suatu malam saat hujan turun, ibu bunuh diri. Sungguh, saat itu aku sangat kecewa dan ingin marah padanya. Kenapa ia melakukan hal itu? Aku bahkan berpikir kalau ibu tak menyayangiku. Tapi, aku lebih marah pada diriku sendiri karena tak bisa berbuat apapun, tak bisa melindungi ibuku.” Jelas Chanyeol.

Ah, kenapa aku menceritakan hal menyedihkan seperti ini padamu?” Lanjutnya diiringi kekehan kecil. Membuat deretan gigi putihnya terlihat.

“Jadi, jangan sia-siakan hidupmu, ya? Aku tidak ingin seseorang merasakan kesedihan yang aku rasakan.” Kata Chanyeol, lagi. Suaranya begitu tenang dengan senyuman tulusnya.

Reileen benar-benar membeku melihat wajah Chanyeol. Ia masih belum percaya jika Chanyeol yang mengucapkannya. Ternyata selama ini pria itu benar-benar menyedihkan.

“Aku keluar dulu, aku akan kembali saat membawakan makanan untukmu.” Ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan kamar Reileen.




**

Masih ada waktu setengah jam untuk membawakan makanan untuk Reileen. Chanyeol masih berdiri di depan jendela besar yang ada di ruang kerjanya. Matanya menerawang jauh. Penuh dengan penyesalan, namu ia juga merasa lega.

“Kenapa aku menceritakan kehidupanku pada orang lain?” Desahnya frustasi.


Ya. Beberapa jam yang lalu ia telah menceritakan kehidupan kelamnya pada orang lain. Bahkan, Byun Baekhyun –yang notabene sebagai sahabatnya sejak sekolah menengah tak pernah tahu tentang kejadian itu.

Chanyeol benar-benar menjadi pria kuat setelah mengalami kejadian itu. Ia menghalalkan berbagai cara untuk menjadi pria yang kuat di negeri ini. Ia ingin menjadi penguasa dan membuktikan pada ayahnya bahwa ia bisa lebih hebat. Intinya, ini adalah caranya untuk membalas dendam. Demi ibunya.

Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kerja. Mengetikkan beberapa nomor dan menghubunginya.

“Bagaimana dengan Do Kyungsoo?” Tanyanya pada orang di seberang sana.

“Seperti yang kau harapkan, Tuan.”

“Baiklah, hubungi aku jika ada perkembangan.”

BIP

Chanyeol memutus sambungan secara sepihak.

Chanyeol berjalan keluar. Menyusuri mansionnya, dan berhenti di dpur. Ia melihat beberapa pelayan yang sibuk menyiapkan makan malam.

“Mana makanan untuk, Reileen?” Tanyanya.

“Ini, Tuan.” Kata salah seorang wanita paruh baya sambil menujuk nampan berisi makanan yang tersedia disana.

“Tidak. Mulai malam ini ia akan makan bersamaku, di meja makan.” Tandas Chanyeol.

Ah, baiklah.” Pelayan itu tersenyum, walau banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada tuannya. Tapi segera ia urungkan sebelum Chanyeol membentaknya.

“Aku akan menemuinya terlebih dahulu.” Kata Chanyeol. Pelayan itu hanya mengangguk memberi hormat.









to be continue

Thanks for reading and vomment 💕

loeys ♡

Falsch • PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang