O

1.2K 198 5
                                    

Typo(s)
_______________

"Rei..." Kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, membuat Reileen menatapnya kaget.

"Sehun?"

Reileen berjalan mendekat. Begitupun Chanyeol, pria itu membuntuti Reileen.

"Kemana saja kau selama ini?" tanya Reileen menuntut penjelasan.

"Maafkan aku. Aku baru mengetahui kau diculik si brengsek ini," ucap Sehun penuh penekanan di setiap katanya. Ia menatap tajam pria di belakang Reileen.

"Siapa yang brengsek? Bagaimana denganmu Oh Sehun? Selama ini kau membohongiku, membohongi Kyungsoo oppa," ujar Reileen

"Apa maksudmu? Kau menuduhku? Aku ini kekasihmu, Rei."

"Sekarang tidak lagi. Aku tidak mau mempunyai kekasih pembohong."

"Kau mengatakan apa pada kekasihku?" Tanya Sehun. Ia menatap tajam Chanyeol. Sementara pria yang ditatap hanya mengedikkan bahunya.

"Tidak ada sangkut pautnya dengan dia. Ini masalah kita."

"Kau tahu? Aku sangat percaya padamu, bahkan aku lebih percaya padamu dibanding Kyungsoo oppa. Tapi apa? Kau tak pernah terbuka sedikitpun padaku. Kau tak pernah menceritakan tentang kehidupanmu, apa pekerjaanmu, siapa orang tuamu, kau tidak pernah mengatakannya, Sehun," lanjut Reileen seraya menatap sayu wajah kekasihnya.

Sehun mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum ia melangkah mendekati Reileen. Pria itu memegang bahu Reileen, menatap sendu gadisnya. Memang benar, ia tak pernah mengatakan apapun tentang latar belakang kehidupannya. Ia sangat takut jika Reileen akan membenci dan menjauhinya. Ia bukanlah orang baik-baik seperti yang selalu dikatakan gadisnya.
Bahkan, hati seorang Oh Sehun akan merasa sakit jika mendengar pujian yang diberikan untuknya. Ia tidak pantas mendapatkannya. Ia adalah orang jahat yang tak butuh pujian-pujian itu.

"Kenapa kau menyelamatkanku, Sehun? Kenapa?" Reileen mulai menangis.

Pertahanannya goyah, air mata yang ia bendung telah pecah begitu saja. Ia sudah tidak kuat Manahan semuanya.

"Reileen, jangan menangis. Kumohon," kata Sehun seraya menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya.

"Ya ampun, aku tidak ingin melihat drama mellow di pagi yang cerah ini," sindir Chanyeol.

Mendengar itu, Reileen langsung melepaskan tangan Sehun pada bahunya. Ia lupa jika ada orang lain selain dirinya dan Sehun di ruangan ini. Ia juga melupakan dimana ia berada. Tidak sepantasnya ia menangis tersedu di saat seperti ini. Ia harus kuat.

"Maafkan aku, Rei." Kata Sehun dengan nada sendu.

"Bukan itu jawaban yang kuharapkan!"

"Baiklah. Aku akan menjelaskan semuanya, setelah menghabisi pria di belakangmu. Aku akan menjelaskannya ketika sampai di rumah." Tandas Sehun.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak mau pulang bersama pembohong sepertimu." Teriak Reileen. Ia sungguh tak kuat untuk menahan semuanya. Ia ingin memarahi Sehun saat ini juga. Sepertinya ia sedang sensitive.

"Kau harus menghadapiku jika ingin membawanya pergi!" Kata Chanyeol diiringi dengan seringaian khasnya.

"Apa yang kau inginkan, Park Chanyeol?"

Chanyeol menarik Reileen ke belakang tubuhnya. Agar ia lebih leluasa menghadapi Sehun. Reileen hanya mengerjap dan berjalan menjauh dari mereka. Ia tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku menginginkanmu terbunuh dengan tanganku." Kata Chanyeol penuh penekanan.

Sehun tersenyum miring. "Kau berhasil menjeratku, ya?"

"Baguslah kalau kau sudah sadar. Jadi aku tak perlu membuang waktu untuk menjelaskan semuanya."

"Kau memang tak pernah berubah. Kau selalu mengambil cara instan untuk hal apapun." Balas Sehun.

"Apa maksudmu?" Chanyeol menajamkan matanya tak terima.

Apa katanya? Cara instan? Yang benar saja, bahkan Chanyeol berjuang mati-matian agar ia bisa sesukses ini.

"Lupakan saja."

"Aku ingin manghabisimu, penghianat," desis Chanyeol.

Pria itu melayangkan tinjunya pada wajah Sehun. Namun segera di tangkis oleh Sehun. Pria bermarga Oh itu tersenyum miring. Sedangkan Chanyeol segera menjauhkan tangannya dari pria itu.
Chanyeol memasukkan tangannya pada saku celana dan mengambil pistol yang sedari tadi ia tutupi. Reileen terkejut karenanya. Ia membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. Benda itu benar-benar membuatnya ketakutan.

"Chanyeol hentikan!" Teriak Sehun.

Ia sama sekali tidak takut dengan benda itu. Yang ia takutkan adalah perubahan air muka Reileen, dan gadisnya itu terlihat pucat pasi.

"Kenapa? Kau takut dengan benda ini? Bukankah ini mainanmu setiap hari?" balas Chanyeol diiringi senyum meremehkan.

Pria itu mengarahkan senjata apinya pada Sehun. Sudah sangat siap untuk membidik pria itu.

"Jangan!" Sehun berteriak. Dan saat itu juga timah panas mengarah ke perutnya.

Chanyeol hanya terdiam. Ia terlihat menyesal melakukannya ketika melihat Sehun memegangi perutnya kesakitan. Dua bodyguard membawa Sehun keluar kamar setelah Chanyeol menyuruhnya untuk mengantarkan Sehun ke rumah sakit.

Chanyeol mengusak rambutnya frustasi. Ia menyesal. Ia kecewa pada dirinya sendiri. Sungguh, ia tidak berniat menjadi pembunuh. Kehilangan nyawa adalah hal yang paling ia benci. Terlebih pada orang yang singgah di kehidupannya. Dan Sehun termasuk sahabatnya, orang terdekatnya.

Pria itu menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Reileen yang sedang berjongkok -memegangi lututnya dengan air mata yang mengalir di pipinya. Chanyeol segera mendekati Reileen dan membawa gadis itu ke dalam dekapannya.





to be continue

Thanks for reading and vomments 💕

loeys♡

Falsch • PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang