empat puluh delapan.

27 8 6
                                    

Aku melangkahkan kaki menuju rumah sakit yang tak jauh dari tempat tinggalku. Bau khas, dan banyaknya pengunjung untuk mengunjungi rekan dan kerabat mereka yang sakit sangat terlihat dihadapan mataku.

Aku duduk didepan ruangan dokter spesialis yang kira nya nanti akan aku kunjungi beberapa menit lagi.

"Tuan Luke Robert Hemmings. Silahkan masuk" ujar salah satu suster yang baru keluar dari salah satu ruangan itu. Aku bangkit dari tempat duduk yang tadi aku singgahi beberapa menit sebelum dipanggil. Rasa sakit kepala dan tidak seimbang tubuhku kembali datang setelah 2 hari tidak muncul. Dua orang suster memegang kedua lengan agar aku tidak jatuh begitu saja dan membawaku masuk kedalam ruangan yang khas dengan dominan warna putih itu.

"Yup. Luke robert hemmings, right?"

"Yeah, doc"

"Dari hasil pemeriksaan ini, sel kanker yang berada di otak kamu telah berkembang pesat dan sekarang sudah memasuki stadium 4. Tapi sebelum itu, apakah ingatanmu masih baik-baik saja dan bisa mengingat beberapa hal?" Ujar dokter sambil membaca hasil tersebut dengan teliti.

Ingatanku masih sangat baik untuk mengingat dia.

"Uh, um, m-masih, dok. T-tapi aku sudah tidak bisa mengingat siapa yang dahulu dekat denganku atau sejenis hal itu. Bahkan aku sudah lupa dengan kegiatan rutinku" jawabku dengan ragu dan bingung.

"Luke, saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Hanya Tuhan yang bisa berkehendak saat ini. Saya masih bersyukur walaupun kanker kamu berkembang pesat dan sudah dibagian akhir, tetapi kamu masih bisa mengingat dengan baik. Hidup kamu, menurut perkiraan saya atau dari hasil tes ini hanya tinggal beberapa minggu ini. Itupun jika sel kanker tidak berkembang pesat." Jawab sang dokter dengan pasrah. Seketika pandangan kabur dan sakit kepala menjalar untuk yang kesekian kalinya. Tapi, aku sebisa mungkin untuk menahan.

Aku pun keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri lelaki yang sedari tadi menunggu ku. Iya, michael. Dia sahabatku. Yang tahu segala hal yang menyangkut diriku. Termasuk kanker sialan ini.

"Hey, buddy. Are you alright?"

"Um. I'm not sure. G-gue takut, mike. Gue lupa tadi kenapa gue kesini. Gue kenapa ya, mike?"

Bahkan, saat gue keluar dari ruangan sialan itu, gue sudah lupa begitu saja dengan apa yang terjadi. Yang gue ingat, gue harus mempersiapkan sesuatu untuk beberapa minggu kedepan.

last seen 6/8/17 [lrh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang