Aku mulai mengacak rambutku dan mengerang. Muka yang menandakan penuh akan masalah. Aku memasuki minimarket dan mengambil kudapan yang kiranya dapat mengisi perutku yang kosong, lalu membayarnya.
Aku melangkahkan kakiku menuju salah satu tempat duduk. Lebih tepatnya berada disampingnya. Aku membuka bungkus roti dengan kasar dan mulai memakannya. Sekelebat bayangan masalah menghantui diriku. Belum lagi, almarhum ayah kembali mendatangi diriku dan mengucap "aku rindu kamu, luke" yang seketika membuatku ingin menangis.
Air mata yang berusaha sejak tadi aku sekat dengan sekuat tenaga, kini runtuh dan menetes perlahan.
"Hei. Kenapa? Kenapa wajahmu sepagi ini sudah murung?" Ucap dia sambil memandang diriku yang menahan air mata yang sudah menumpuk dipelupuk mata.
"A-aku hanya ada sedikit masalah" jawabku terbata.
"Masalah apa?"
Aku terdiam tidak menjawab pertanyaannya. Lalu, dia pergi meninggalkan aku sendiri. Air mata berhasil jatuh. Sebisa mungkin, aku untuk menghapusnya. Aku menghapusnya dengan kasar.
"Umm, luke. Aku ingin ke kelas."
"Oh ya, duluan sa--"
"--eh, aku ikut denganmu"
Aku melangkahkan kaki menuju kampus dengannya.
.
.
.
.
.
PANJANG WOY KAYAK ANU NYA MAIKEL.kaki ih:( zbl aq
KAMU SEDANG MEMBACA
last seen 6/8/17 [lrh]
Cerita Pendek#329 in short story (sun, 10 sept 2017) #403 in short story (mon, 21 august 2017) 'Aku tahu, aku salah. Seharusnya aku menyadari keberadaanmu meskipun aku tidak menginginkan kau berada di kehidupanku. Saat ini, hanya ada rasa menyesal dengan apa ya...