Rima berlari tak tentu arah, keringat bercucuran ke seluruh tubuhnya.
Seseorang terus mengejarnya. Rima tidak tahu siapa itu, sosoknya pun tidak terlihat. Tapi langkah kaki itu terus mengikutinya.
Sesekali Rima berhenti dan menoleh ke belakang. Bola mata Rima terbelalak dikala sebuah bayangan terlihat.
Rima melihat sekelilingnya, tak ada tempat untuk Rima menyembunyikan tubuhnya.
"Ya Tuhan, selamatkan aku," lirih Rima dengan dada yang bergemuruh dan tangan bergetar.
Lelaki itu memakai pakaian serba hitam. Ia terus mengejar Rima. Entah apa yang telah diperbuat gadis itu. Ia ingin berteriak, tapi percuma. Di sini hanya ada pepohonan rindang yang sangat tinggi.
Di sela-sela penglihatannya, terlihat gubuk kecil dengan sedikit penerangan oleh obor. Rima melangkahkah kakinya ke sana. Seraya berdoa di dalam hati, agar persembunyiannya berjalan lancar.
Benar saja, lelaki itu kebingungan mencarinya. Ia berlari lurus, sedangkan Rima bersembunyi di balik gubuk tua itu.
Rima menghela nafasnya, "Aaaa, siap—" omongannya terputus karena ada tangan yang menutup mulutnya.
"Diam," ujarnya. Rima meronta melepaskan diri dengan cara menggigit tangan lelaki itu.
"Shit! Apa yang kau lakukan? Aku berniat baik padamu," ujar lelaki itu marah. Lelaki itu menurunkan tangannya. Rima mundur beberapa langkah dan terlihat waspada.
"Kau siapa?" tanya Rima dengan perasaan masih tidak tenang. Lelaki itu menatap Rima, kemudian tersenyum kecil.
"Tenang, aku ini orang baik kok. Aku tidak akan melukaimu," ucap lelaki itu
"Bohong! Kamu pasti pembunuh yang warga bicarakan itu. Buktinya untuk apa kamu membawa gunting?"
"Hei tenanglah, apa maksudmu?"
Rima hanya menggeleng.
"Ayo cepat masuk atau sesuatu akan terjadi padamu," ujar si laki-laki.
Rima tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia bingung apakah laki-laki di hadapannya ini bisa di percaya atau tidak. Tapi, satu hal yang Rima inginkan saat ini adalah tidak bertemu lagi dengan laki-laki yang mengejarnya tadi.
Rima memutuskan untuk mengikuti lelaki itu masuk ke dalam gubuk tua tersebut.
Kepulan asap memenuhi area dalam gubuk ini. Aneh, kenapa asap ini tidak terlihat dari luar?
Rima memeluk tubuhnya sendiri sambil melihat gubuk tua itu. Hatinya tak karuan. Ia tak suka di sini, ia ingin pergi. Sampai akhirnya Rima berbalik arah dan mencoba membuka pintu itu.
"Kenapa tidak bisa?" katanya.
Laki-laki itu hanya diam.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Rima sekali lagi.
Sayangnya lelaki itu tetap bungkam. Melihatnya, Rima menjadi geram. Sebenarnya ia tak tahan dengan asap.
"Apa kau tuli?" tanya Rima dengan nada tinggi.
"Bisakah kau tak banyak bertanya?" Lelaki itu balik bertanya dengan pandangan tetap pada tungku di depannya.
"Kau sedang apa?" tanya Rima lagi.
"Aku sedang memasak air, dan kau, diamlah," jawab lelaki itu.
"Namamu siapa?" Rima kembali bersuara.
"Apa pentingnya untukmu?" Mendengarnya, Rima berdecak sebal.
"Kau tetaplah di sini, aku akan segera kembali," ucap lelaki itu lalu berbalik meninggalkan Rima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sambung Cerita Altair Paperline
Short StoryWork ini berisi kumpulan cerita hasil sambung cerita oleh para member Altair Paperline dengan genre dan tema yang berbeda-beda.